Iniesta Sang Maestro Pembeda

29 Januari 2018 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Andres Iniesta seusai latihan bersama Barcelona. (Foto: AFP/Pau Barrena)
zoom-in-whitePerbesar
Andres Iniesta seusai latihan bersama Barcelona. (Foto: AFP/Pau Barrena)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gol John Guidetti di menit ke-23 menjadi titik balik Deportivo Alaves saat bertandang ke Camp Nou, Senin (29/1/2018) dini hari WIB. Sejak saat itu, pasukan Abelardo Fernandez cenderung bermain lebih defensif untuk meredam gempuran para pemain Barcelona yang ngebet mencetak gol balasan.
ADVERTISEMENT
Meski Alaves menerapkan skema 4-4-2, hanya Ibai Gomez, Ruben Sobrino, dan Guidetti yang intens berada di area Barcelona. Hal itulah yang membuat Gerard Pique dan kawan-kawan kesulitan mencetak angka.
Secara keseluruhan, Blaugrana memang mendominasi permainan dengan penguasaan sebesar 78%. Namun, usaha mereka baru berbuah hasil di menit 72 melalui aksi Luis Suarez. Baru kemudian Lionel Messi mencetak gol kemenangan sebelas menit berselang.
Sejatinya, membongkar pertahanan tim yang tampil defensif bukan hanya bertumpu pada finishing dari seorang penyerang saja. Buktinya, total delapan tembakan tepat sasaran berhasil dilepaskan Barcelona ke arah gawang Fernando Pacheco sebelum gol pertama tercipta.
Lantas siapa yang perlu diapresiasi dalam hal ini? Messi? Suarez? Atau Philippe Coutinho? Tak ada jawaban benar di atas karena Andres Iniesta adalah nama yang dimaksud.
ADVERTISEMENT
Ernesto Valverde sendiri mengatakan jika Iniesta adalah game changer pada laga tersebut. Secara harafiah, game changer adalah sosok yang bisa mengubah jalannya pertandingan. Figur tersebut bisa menjadi pembeda --memecah kebuntuan dengan mencetak gol misalnya.
Kendati begitu, tak selamanya game changer dipegang oleh pemain yang berhasil mencetak gol, tapi juga pemain yang menciptakan peluang.
Iniesta jadi penggagas gol pertama yang dicetak Suarez melalui umpan lambungnya di sisi kiri pertahanan Alaves. Gol yang kemudian meruntuhkan semangat juang Babazorros dan memantik terjadinya gol kedua. Sumbangsih satu assist adalah puncaknya. Di luar itu, Iniesta adalah perancang utama dari serangan Barcelona.
Di menit 14, misalnya. Setelah mengirimkan umpan kepada Messi, Iniesta mencari ruang di sisi kiri pertahanan tim tamu. Pergerakan tersebut membuat Suarez dengan leluasa melancarkan kerja sama dengan La Pulga. Sayang, umpan kunci Suarez berhasil dihalau Guillermo Maripan.
ADVERTISEMENT
Begitulah peran Iniesta secara garis besar di laga tersebut. Memprakarsai serangan dan memanfaatkan celah kosong untuk menyediakan ruang kepada rekan-rekan setimnya.
Well, Messi memang menjadi pemain yang paling aktif dalam melepaskan umpan kunci sebanyak empat. Namun, itu tak bisa dilepaskan dari inisiasi Iniesta dari lini tengah. Top assist La Liga edisi 2012/2013 jadi pusat distribusi umpan Barcelona dengan di angka 102.
Pendek kata, jika Messi adalah motor serangan di lini depan, maka Iniesta adalah bensin yang memberikan suplai agar motor itu terus bergerak.
Nah, pertanyaan selanjutnya, bagaimana keberlangsungan eksistensi Iniesta di Camp Nou selanjutnya? Pasalnya, Barcelona telah mendatangkan Coutinho dari Liverpool.
Peran Iniesta berbeda Coutinho. (Foto: Reuters/Albert Gea)
zoom-in-whitePerbesar
Peran Iniesta berbeda Coutinho. (Foto: Reuters/Albert Gea)
ADVERTISEMENT
Tak dapat dipungkiri, salah satu alumnus La Masia yang tersisa itu memang mengalami penurunan menit bermain di tiap musimnya. Puncaknya terjadi di musim lalu, saat dirinya cuma tampil 1.332 menit di La Liga. Jumlah penampilan paling minim sejak 10 tahun ke belakang.
Selain karena usia yang tak lagi muda, 33 tahun, kehadiran gelandang komplet seperti Ivan Rakitic kian menggeser tempat Iniesta di lini tengah. Kian kecil saja kans Iniesta untuk tampil rutin seiring kedatangan Coutinho.
Mengenai hal tersebut, Valverde secara tersirat mengatakan jika keduanya (Iniesta dan Coutinho) bisa bermain bersama.
"Mereka adalah pemain yang berbeda, tapi mereka bisa saling melengkapi dengan sempurna di lapangan," ujar Valverde.
ADVERTISEMENT
Meski sama-sama seorang playmaker, keduanya memiliki perbedaan mendasar. Iniesta merupakan jembatan dari area belakang ke depan, sedangkan Coutinho lebih ofensif. Baik itu melalui manuver dari sisi sayap dan tembakan jarak jauh.
Aksinya semacam itu tertuang bersama Liverpool setengah di awal musim ini. Coutinho bukan hanya memimpin dari intensitas dribel per laga, tapi juga kuantitas tembakan yang menyentuh angka 3,9 jika dirata-rata.
Laga kontra Alaves semalam juga cukup menampilkan kisi-kisi porsi Coutinho di Barcelona. Tampil sejak menit pertama, eks pemain Inter Milan itu diutus untuk melakuan pergerakan di sisi kanan.
Lain hal dengan Iniesta yang bertugas untuk bermain lebih ke dalam untuk mendistribusikan bola. Tugas yang tak mampu diemban sempurna oleh Rakitic, bahkan Messi sekalipun.
ADVERTISEMENT
Memang tak menutup kemungkinan Coutinho bakal mengemban peran itu dan jadi suksesor Iniesta, tapi tidak sekarang. Iniesta adalah Iniesta. Maestro langka yang bisa muncul sebagai pembeda.