Inter Memang Tak Kalah dari Roma, tapi Spalletti Pantas Khawatir

21 April 2019 17:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi dari Ivan Perisic usai membobol gawang Roma. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi dari Ivan Perisic usai membobol gawang Roma. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
ADVERTISEMENT
Kemenangan tak berhasil disegel Inter Milan kala menjamu AS Roma di Giuseppe Meazza pada pekan ke-33 Serie A 2018/19. Hasil imbang 1-1 merupakan buah dari gol Stephan El Shaarawy yang dibalas oleh Ivan Perisic.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan dengan tim tamu, kondisi Inter jauh lebih meyakinkan jika melirik papan klasemen. Hingga kini, tim besutan Luciano Spaletti itu mendiami posisi tiga, sementara peringkat enam menjadi bagian yang mesti dikecap oleh Roma.
Meski tak sanggup merengkuh kemenangan, Spaletti tetap menilai hasil imbang ini sebagai ganjaran yang pantas untuk kedua tim. Memang bukan hasil yang diharapkan kubu tuan rumah. Tapi, kegigihan mereka untuk mengejar ketertinggalan di babak pertama menjadi hal lain yang pantas mendapat apresiasi.
Luciano Spalletti tidak puas akan penampilan Inter di laga melawan Frosinone. Foto: Reuters/Alberto Lingria
Terlepas dari fighting spirit tadi, penampilan Inter memang layak dikritisi. Melihat kembali jalannya laga, sisi sayap menjadi area krusial bagi Inter untuk membangun serangan. Inter memang tampil agresif di laga ini, terlebih sejak mereka tertinggal 0-1 dari Roma pada menit 14.
ADVERTISEMENT
Catatan itu dibuktikan dengan 21 upaya tembakan yang dibuat oleh Inter di sepanjang laga. Torehan itu berbanding dengan sembilan percobaan Roma.
Namun, angka-angka statistik tak jarang menipu. Yang menjadi persoalan bukan sedikit-banyaknya serangan, melainkan efektivitas. Dari 21 upaya tersebut hanya lima yang tepat sasaran. Jumlah itu sama dengan tembakan mengarah gawang yang dilepaskan oleh Roma.
Tak cuma persoalan akurasi tembakan, kecenderungan permainan para full-back juga mengkhawatirkan Spalletti. Menurut mantan pelatih Zenit St. Petersburg itu, para full-back acap bermain melebar di laga ini sehingga memberi ruang saat mereka mesti membangun pertahanan dengan segera dalam menangkal serangan balik.
Ekspresi kekecewaan Spalletti di laga Inter vs Roma. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
"Kami membiarkan para full-back bermain terlalu lebar sehingga menjadi persoalan saat harus bertahan. Setelah memimpin, Roma memilih untuk bermain dalam dan tidak memberikan ruang antara gelandang dan bek," jelas Spaletti, dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
"Mereka memaksa permainan berputar-putar di lapangan tengah saat kami menguasai bola. Yang mereka lakukan adalah menyerang balik. Toh, gol perdana itu juga lahir dari skema demikian," ucap Spalletti.
Agresivitas Inter yang dimulai dari sisi sayap memang ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi mereka sering betul menggertak, di sisi lain, sisi sayap mereka memang cukup mudah buat ditembus lewat serangan lawan.
Apalagi dua bek sayap Roma, Aleksandar Kolarov dan Alessandro Florenzi, juga memiliki kemampuan dribel yang oke. Akibatnya pergerakan mereka memberikan bantuan yang berarti bagi Shaarawy dan Nicolo Zaniolo saat mengeksploitasi area sayap.
Tapi, kabar baik bagi para pendukung Inter, ya, gol penyama kedudukan yang dilesakkan oleh Perisic pada menit 61. Mereka memang tak memungut tripoin, tapi setidaknya selamat dari kekalahan di kandang sendiri.
ADVERTISEMENT
El Shaarawy merayakan gol ke gawang Inter Milan. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
Meski demikian, ada catatan mengkhawatirkan yang seharusnya menjadi perhatian Spalletti. Perisic memang menjadi pemain yang paling banyak melepaskan upaya tembakan di laga ini--baik dibandingkan dengan seluruh penggawa Inter maupun Roma.
Yang cukup merisaukan, dari enam upaya tembakan tersebut hanya satu yang tepat sasaran. Ya, untungnya, tembakan mengarah gawang itu berbuah gol.
"Kadang-kadang Perisic memang begitu. Ia memang memiliki kesempatan untuk menebar ancaman, tapi ujung-ujungnya malah bergerak mundur. Sebenarnya, dia pemain yang sangat berguna karena andal dalam duel udara dan berbahaya di dekat gawang. Kemampuan-kemampuan macam itu sangat penting saat bertanding melawan tim yang acap beradu fisik seperti Roma," jelas Spaletti.
Melihat jalannya laga berserta hasil yang jadi penutup, persoalan Inter sepertinya masih itu-itu saja. Serangan yang mudah ditebak serta kelewat agresif saat menyerang sehingga alpa membangun pertahanan.
ADVERTISEMENT
Nah, Serie A 2018/19 menyisakan lima laga untuk Inter. Memang bukan waktu yang panjang, tapi jika dimanfaatkan secara optimal tentu cukup untuk setidaknya menjaga asa kembali ke Liga Champions musim depan. Toh, itu bukan target yang mustahil bagi Inter 'kan?