Italia Lumat Liechtenstein Enam Gol Tanpa Balas

27 Maret 2019 4:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Moise Kean merayakan gol di laga melawan Liechtenstein. Foto: REUTERS/Jennifer Lorenzini
zoom-in-whitePerbesar
Moise Kean merayakan gol di laga melawan Liechtenstein. Foto: REUTERS/Jennifer Lorenzini
ADVERTISEMENT
Azzurri berpesta pora di Enio Tardini. Kemenangan 6-0 atas Liechtenstein direngkuh dalam laga Grup J Kualifikasi Piala Eropa 2020.
ADVERTISEMENT
Bertanding pada Rabu (27/3/2019), torehan Stefano Sensi, Marco Verratti, Moise Kean, Leonardo Pavoletti, serta dwigol Fabio Quagliarella mengantarkan Italia berdiri kokoh di puncak klasemen sementara berbekal enam poin.
Formasi 4-3-3 masih menjadi pilihan Roberto Mancini saat tim asuhannya menjamu Liechtenstein. Siapa-siapa yang berlaga di lini serang menjadi yang paling menarik karena rotasi benar-benar diterapkan oleh Mancini. Di antara ketiganya, hanya Moise Kean yang turun arena sebagai starter di laga melawan Finlandia.
Fabio Quagliarella yang pada laga pertama masuk sebagai pemain pengganti 10 menit jelang waktu normal, kali ini dimainkan sebagai starter. Adapun pos penyerang sayap kanan ditempati oleh Matteo Politano.
Liechtenstein turun lapangan dalam skema dasar 4-4-2. Dennis Salanovic dan Nicolas Hasler ditunjuk sebagai dua ujung tombak yang bertugas untuk mencecar tembok pertahanan Italia dengan rangkaian serangan.
ADVERTISEMENT
Italia yang sudah mengamankan tiga poin hasil dari kemenangan pada laga perdana tampil menggebrak sejak peluit tanda laga dimulai dibunyikan. Buktinya, penjaga gawang Liechtenstein sudah dipaksa untuk melakukan penyelamatan pada menit keempat.
Adalah Quagliarella yang melepaskan tembakan tepat sasaran pertama. Namun, tendangan mengarah ke sudut kiri gawang itu masih mampu dihalau oleh sang kiper.
Walaupun bermain dalam formasi dasar 4-3-3, Italia seperti menyerang dengan empat penyerang sekaligus. Sensi lebih bermain ke depan, diikuti dengan Spinazzola yang juga aktif membantu serangan. Gianluca Mancini, tandem Spinazzola di pos bek sayap, yang cenderung membantu menjaga keseimbangan pertahanan saat timnya sibuk menyerang.
Serangan demi serangan Italia membuahkan hasilnya pada menit 17. Kecepatan menjadi senjata andalan Spinazzola untuk berpenetrasi sejak area sayap lawan. Dari situ pulalah serangan Italia di momen ini dimulai.
ADVERTISEMENT
Spinazzola bahkan bergerak naik sampai ke kanan pertahanan lawan dan mengirimkan umpan silang ke tengah kotak yang sudah dihuni oleh Sensi. Dari sini, Sensi langsung melepaskan sundulan mengarah gawang yang tak mampu dikandaskan oleh Benjamin Buechel.
Tak sampai lima menit berselang, Quaglarella hadir sebagai ancaman bagi pertahanan lawan. Sepakan jarak dekatnya bukannya tak mungkin berbuah gol jika bendera offside tak terangkat.
Tubian serangan yang dilancarkan oleh Italia membuat Liechtenstein kesulitan untuk membangun serangan. Terlebih, mereka juga lambat dalam merancang serangan balik. Kecenderungannya, jarak antarpemain terlalu lebar. Akibatnya, bek-bek Italia begitu mudah untuk memotong bangunan serangan yang sering mereka bangun dengan umpan-umpan panjang.
Memasuki menit 32, Italia memperlebar keunggulan lewat sepakan Verratti. Prosesnya bermula dari duel Verratti dengan tiga pemain Liechtenstein.
ADVERTISEMENT
Bola sebenarnya sempat direbut oleh pemain lawan. Namun, Verratti belum menyerah. Begitu bola berhasil direbut kembali, ia langsung melesakkan tembakan yang memaksa kiper lawan memungut bola dari gawang sendiri untuk kali kedua.
Fabio Quagliarella dalam laga Timnas Italia. Foto: REUTERS/Jennifer Lorenzini
Terlebih, gol ketiga Azzurri lahir dari sepakan penalti. Hasler didakwa melakukan handball tepat di garis gawang. Manuver ini terpaksa dilakukannya karena berusaha melindungi bola dari terjangan tendangan sudut Sensi.
Quagliarella yang ditunjuk sebagai algojo menuntaskan tugasnya dengan elegan. Fragmen yang terjadi selanjutnya begitu puitis. Seantero tribune menyambut gol Quagliarella dengan meriah. Elu-elu dinyanyikan, bendera Italia dikibarkan sedapat-dapatnya.
Sang penyerang Sampdoria merayakannya dengan lepas, berlari ke sebelah kanan gawang sambil merentangkan kedua tangannya. Lewat sepakan penaltinya, Quagliarella memecah delapan tahun kesunyian.
ADVERTISEMENT
Kucuran gol Italia belum usai walau babak pertama sudah memasuki fase tambahan waktu. Quagliarella kembali menjebol gawang Buechel via sepakan penalti. Bedanya, kali ini hadiah penalti diberikan akibat pelanggaran keras Daniel Kaufmann yang langsung mendapat kartu merah.
Menutup babak pertama dengan keunggulan 4-0, Italia melanjutkan pesta golnya usai turun minum. Kean kembali menorehkan namanya di papan skor laga level internasional usai menyelesaikan umpan tandukan yang dikirimkan oleh Quagliarella pada menit 69.
Timnas Italia usai laga melawan Liechtenstein. Foto: REUTERS/Jennifer Lorenzini
Belum habis kesal Liechtenstein, Italia sudah membobol gawang Buechel untuk kali keenam lima menit berselang oleh Pavoletti. Pemain Cagliari ini hanya perlu menginjakkan kaki di lapangan selama dua menit untuk membobol gawang seteru.
Prosesnya bermula dari umpan silang kiriman Sensi yang diterima Pavoletti dengan sundulan mengarah gawang. Sebenarnya, Buechel sanggup menepis sundulan tadi.
ADVERTISEMENT
Tapi tepisan yang tak maksimal itu membuat bola terjatuh di dekat gawang. Nah, Pavoletti lantas berlari dan melepaskan tendangan tepat di mulut gawang yang tak mampu diamankan oleh sang kiper.
Memasuki menit 80, Italia tak mengendurkan serangan dan tekanan. Rekam statistik Italia di laga ini memang mengesankan. Penguasaan bola mereka menangi hingga 78%. Tapi, bagian terbaik ada di agresivitas serangan mereka.
Di sepanjang laga, pasukan Mancini melepaskan 41 upaya tembakan, berbanding tiga percobaan Liechtenstein. Berangkat dari sini, tidak mengherankan jika akhirnya Italia menutup laga dengan kemenangan besar 6-0.