Jejak Imigran Turki di Sepak Bola Jerman

23 Juli 2018 22:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mehmet Scholl saat mencetak gol untuk Bayern Muenchen. (Foto: Sandra Behne/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Mehmet Scholl saat mencetak gol untuk Bayern Muenchen. (Foto: Sandra Behne/Reuters)
ADVERTISEMENT
Kisah orang Turki di Jerman tak datang dalam satu malam. Dalam buku Muslims in Western Europe, disebutkan bahwa kedatangan orang-orang Turki di Jerman bahkan telah dimulai saat zaman Kerajaan Ottoman.
ADVERTISEMENT
Revolusi industri kedua yang terjadi pada 1850-an, membuat semakin banyak orang Turki memilih mencari kehidupan di Jerman. Keberlanjutan mereka diteruskan oleh anak cucu yang kini mencari peruntungan baru di luar bidang yang tak berhubungan dengan revolusi industri.
Sepak bola menjadi bidang yang tak bisa dilepaskan dari hubungan Jerman dan imigran. Cerita diteruskan oleh masuknya anak pasangan Turki-Jerman bernama Mehmet Scholl ke tim berjuluk Die Mannschaft tersebut.
Setelah Scholl makin banyak anak imigran atau pernikahan Turki-Jerman yang dipanggil Tim Nasional (Timnas) Jerman. Saat besar, beberapa di antara mereka yang memperkuat tanah kelahiran, meski ada juga yang memilih untuk mengikuti batin leluhur.
Masalahnya, hubungan bak anak tiri Turki-Jerman tak selamanya berlangsung mulus. Ada kalanya, mereka sebagai sebuah negara, saling mencibir satu sama yang lain, yang berimbas pada konflik antara pemain keturunan dan orang-orang di Timnas Jerman.
ADVERTISEMENT
Untuk mengingat itu, kumparan membuat daftar yang berisi beberapa pemain yang garis silsilahnya menyasar Turki. Berikut di antaranya:
Mehmet Scholl
Mehmet Scholl tercatat sebagai generasi Turki pertama yang bermain di pentas tertinggi sepak bola Jerman. Ia lahir di Karlsruhe dari ayah berdarah Turki dan ibu berdarah Jerman. Nama Scholl didapatkannya dari ayah tirinya yang bernama Hermann Scholl.
Di masa kecil, Scholl ditempa oleh klub sepak bola lokal bernama Karlsruher SC. Bakatnya lantas tercium oleh FC Bayern Muenchen. Ia membela Muenchen selama 15 tahun, sejak 1992 hingga 2007.
Di level internasional, Scholl memilih Jerman sebagai tim nasional. Setahun memperkuat Jerman U-21, ia dipanggil oleh pelatih Berti Vogts untuk membela tim senior. Kariernya di tim senior Jerman terbilang cukup memuaskan di mana ia tercatat sebagai penggawa reguler kala memenangi Piala Eropa 1996.
ADVERTISEMENT
Yildiray Basturk
Nama Mehmet Scholl di level teratas diteruskan oleh wonderkid bernama Yildiray Basturk. Basturk adalah peranakan Turki yang tinggal di kawasan pertambangan bernama Herne, North Rhine-Westphalia.
Karier Basturk dimulai saat ia memperkuat klub lokal bernama Wattenscheid 09. 10 tahun di sana, ia hengkang ke klub rival yang malang melintang di jajaran tertinggi sepak bola Jerman, VfL Bochum. Nama Basturk makin dikenal saat ia membawa Bayer Leverkusen menempati posisi dua Bundesliga, DFB Pokal, dan Liga Champions 2002.
Untuk level internasional, Basturk memilih Turki sebagai pelabuhan. Meski kariernya di level internasional tak sepenuhnya berhasil, tapi ia berhasil membawa tanah leluhurnya menempati posisi tiga di Piala Dunia 2002.
Halil dan Hamit Altintop
ADVERTISEMENT
Saudara kembar bernama Halil dan Hamit Altintop menjadi penerus takhta pesepak bola keturunan Turki yang tumbuh besar di Jerman. Meski kembar, nasib keduanya berbeda. Karier Halil tak seberuntung Hamit.
Setelah menimba ilmu di Wattenscheid 09, keduanya coba mengadu nasib di klub yang berbeda. Halil di Kaiserslautern, sementara Hamit memilih bergabung Schalke. Dari sana, ketidakberuntungan Halil dan keberuntungan Hamit dimulai.
Halil tercatat gagal di beberapa klub, entah itu di Jerman maupun di luar. Cedera menjadi alasan terbesar mengapa kariernya gagal. Berbeda dengan Halil, Hamit memiliki karier yang lebih bisa dibanggakan, sebab ia pernah memperkuat beberapa klub besar, seperti Bayern Muenchen, Real Madrid, dan Galatasaray.
Nasib keduanya tak jauh berbeda apabila menyangkut level internasional. Sama-sama memilih Turki sejak junior, mereka terus menerus mendapatkan panggilan. Meski demikian, mereka tak pernah sekalipun mengharumkan nama Turki di level internasional.
ADVERTISEMENT
Nuri Sahin
Nuri Sahin pernah disebut sebagai bakat terbaik dari keturunan Turki yang mendiami Jerman. Ia lahir dari pasangan suami istri Turki yang dibesarkan di daerah Meinerzhagen, North Rhine-Westphalia.
Keberhasilannya membawa klub lokal bernama RSV Meinerzhagen menjuarai beberapa kompetisi junior membuat banyak klub profesional tertarik mendapatkannya. Borussia Dortmund jadi yang paling beruntung setelah menawari kontrak di usia 13 tahun.
Tepat 16 tahun 334 hari, Sahin mendapatkan status sebagai pesepak bola termuda yang pernah bermain di Bundesliga. Dua bulan kemudian, ia tercatat sebagai pemain termuda yang mencetak gol di Bundesliga.
Bakat Sahin membuatnya jadi rebutan Tim Nasional (Timnas) Turki dan Jerman. Namun, karena ia telah memperkuat tim junior Turki di beberapa kelompok umur, ia akhirnya memilih untuk membela panji Ay-Yildizlilar.
ADVERTISEMENT
Ilkay Guendogan
Ilkay Guendogan lahir di Gelsenkirchen dari keluarga keturunan Turki. Menurut Der Kurzpassmeister, leluhurnya datang pada 1900-an dari Balikesir, Turki, untuk mencari nafkah sebagai penambang batubara di lembah Ruhr.
Setelah berpindah-pindah klub junior, Guendogan akhirnya memilih untuk bergabung VfL Bochum. Penampilan apik lantas membawanya bergabung ke tim di sisi lembah Ruhr, Borussia Dortmund.
Sedari remaja, Guendogan memutuskan untuk membela Tim Nasional (Timnas) Jerman. Sayang, serangkaian cedera membuatnya tergusur dari berbagai pemusatan latihan Timnas Jerman, termasuk yang disiapkan untuk Piala Dunia 2014.