Jerman vs Prancis: Momentum Hapus Noda di Rusia

6 September 2018 14:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jerman angkat koper di Piala Dunia 2018. (Foto: REUTERS/Michael Dalder)
zoom-in-whitePerbesar
Jerman angkat koper di Piala Dunia 2018. (Foto: REUTERS/Michael Dalder)
ADVERTISEMENT
Juara Piala Dunia dalam dua edisi terakhir akan bersua di Allianz Arena, Jumat (7/9/2018) dini hari WIB. Perancis sebaga raja di Piala Dunia 2018 dan Jerman yang keluar sebagai pemenang di edisi 2014 dijadwalkan mentas pada laga pembuka Grup A UEFA Nations League.
ADVERTISEMENT
Meski sama-sama pernah memakai mahkota Piala Dunia, keduanya mencatatkan tren yang berbanding terbalik. Bila Les Bleus suskses menghadirkan titel kedua mereka, Jerman tampil mengecewakan. Jangankan menembus fase gugur, lolos dari babak penyisihan saja tidak --catatan buruk mereka dalam 80 tahun terakhir.
Lini Belakang Jerman yang Rapuh
Pada konferensi pers jelang pertandingan, Joachim Loew menekankan tentang fokusnya area pertahanan. Cukup logis, mengingat barisan belakang menjadi borok mereka pada gelaran di Rusia lalu.
Permainan yang agresif membuat garis pertahanan mereka menjadi tinggi dan rentan dalam mengantisipasi serangan balik lawan. Nyatanya dari empat gol yang bersarang ke gawang Manuel Neuer, harmpir seluruhnya berasal dari counter attack.
Loew kemungkinan besar masih akan memakai Mats Hummels dan Jerome Boateng di jantung pertahanan. Sementara Joshua Kimmich yang sudah mengukir sepasang assist untuk Bayern Muenchen juga akan tetap mengisi pos full-back kanan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengisi Jonas Hector yang absen, Loew akan memercayakannya kepada Nico Schulz. Kendati belum pernah tampil bersama tim senior, penggawa Hoffenheim itu tampil moncer saat menyumbang assist kala timnya menaklukkan Freiburg.
Full-back yang agresif adalah salah satu ornamen penting dalam format Loew. Memaksimalkan sisi sayap untuk melakukan penetrasi, mereka juga difungsikan untuk aktif mengirimkan crossing. Di gelaran Piala Dunia lalu Jerman menjadi tim yang paling intens dalam melepaskan umpan silang dengan rata-rata 32 per laga, unggul jauh dari Spanyol yang cuma mengukir 20.
Selain buruknya pertahanan, Jerman juga memiliki masalah dengan keseimbangan lini tengah dan produktivitas sektor depan. Jadi tak menutup kemungkinan Loew akan menerapkan pakem 4-3-3. Lagipula, setelah Mesut Oezil pergi, Jerman juga tak memiliki gelandang serang yang ciamik untuk mengaplikasi formasi dasar 4-2-3-1.
ADVERTISEMENT
Toni Kroos akan ditemani oleh Ilkay Guendogan dan Leon Goretzka di area sentral. Ketimbang Sami Khedira, dua nama yang disebut belakangan lebih dinamis --dalam menyerang dan juga bertahan. Goretzka bahkan tengah dalam kondisi on-fire setelah berhasil menyumbangkan masing-masing satu gol dan assist saat Muenchen membungkam Stuttgart 3-0 pekan lalu.
Leroy Sane beraksi untuk Timnas Jerman pada laa persahabatan menghadapi Austria. (Foto: AFP/Joe Klamar)
zoom-in-whitePerbesar
Leroy Sane beraksi untuk Timnas Jerman pada laa persahabatan menghadapi Austria. (Foto: AFP/Joe Klamar)
Sementara Leroy Sane boleh saja kembali dipanggil Die Mannschaft, tetapi peraih Pemain Muda Terbaik PFA musim lalu itu belum menemukan permainan terbaiknya bersama Manchester City sejauh ini.
Dengan pertimbangan demikian, Loew akan memilih Marco Reus untuk melengkapi trisula depan bersama Thomas Mueller dan Timo Werner. Di satu sisi, menaruh Werner sebagai penyerang utama bukan tanpa risiko.
ADVERTISEMENT
Penggawa RasenBallsport Leipzig itu nihil gol. Parahnya lagi, hanya satu tembakan tepat sasaran dalam tiga laga yang dilakoninya. Maka tak menutup kemungkinan andai penyerang Freiburg, Nils Petersen, akan dipilih Loew dalam laga nanti.
Prancis yang Tetap Manis Walau Pragmatis
Secara komposisi skuat, Prancis adalah momok bagi Jerman. Pasukan Didier Deschamps itu mafhum untuk urusan serangan balik, titik lemah terbesar Jerman. Kehadiran Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann di lini depan terbukti mengerikan. Saat melawan Argentina di babak 16 besar Piala Dunia lalu misalnya, dua dari empat gol Prancis diawali dari serangan balik.
Dengan karakteristik Jerman, Deschamps berpotensi untuk mengaplikasi format 4-2-3-1, mirip-mirip dengan pakem yang diterapkannya kala menyingkirkan Belgia di semifinal. N'Golo Kante dan Paul Pogba bakal diutus untuk berpatroli di lini tengah, bergerak vertikal untuk menyapu serangan sayap Jerman. Olivier Giroud tetap menjadi tower di garda terdepan, melengkapi kelemahan postur Griezmann dan Mbappe.
ADVERTISEMENT
Ousmane Dembele yang sudah menghasilkan 3 gol dalam empat laga terakhirnya bersama Barcelona bisa dijadikan opsi untuk mengisi satu slot di sayap kiri. Kendati, Blaise Matuidi lebih ideal karena juga mampu menjaga kedalaman di area tepi.
Tak banyak perubahan yang akan dilakukan Deschamps pada skuatnya di Piala Dunia, kecuali sektor penjaga gawang yang akan diserahkan kepada Alphonse Areola lantaran cedera yang dialami Hugo Lloris.
Satu nama yang berpotensi untuk tampil sejak menit pertama adalah Benjamin Mendy. Mengacu pada penampilan impresifnya bersama City, lulusan Le Havre itu kemungkinan besar akan menggeser Lucas Hernandez yang sebelumnya rutin mengisi pos full-back kiri.
Deschamps di laga vs Australia. (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
zoom-in-whitePerbesar
Deschamps di laga vs Australia. (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
Jerman mungkin akan mendominasi jalannya pertandingan. Mueller dan kawan-kawan lebih intens dalam menguasai bola dan juga mendulang peluang. Sementara Deschamps akan cenderung menunggu, memanfaatkan celah dan juga mengoptimalkan serangan balik.
ADVERTISEMENT
Besar potensi Prancis untuk tampil membosankan nanti karena pragmatisme Deschamps. Di satu sisi, justru kejutan-kejutan itulah yang membuat jalannya pertandingan menjadi menarik.