Jorginho Tak Perlu Bikin Assist untuk Jadi Pilar Penting Chelsea

17 Januari 2019 13:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
N'Golo Kante berduel dengan Jordan Henderson. (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
N'Golo Kante berduel dengan Jordan Henderson. (Foto: Reuters)
ADVERTISEMENT
Sejak ditunjuk menjadi manajer Chelsea pada musim panas 2017, Maurizio Sarri membawa banyak perubahan secara taktikal demi menghidupkan idealisme sepak bola menyerangnya. Salah satu perubahan terlihat di posisi gelandang bertahan.
ADVERTISEMENT
N’Golo Kante memiliki reputasi apik sebagai gelandang bertahan bermodalkan daya jelajah dan kemampuan antisipasi serangan yang baik. Bahkan, Kante menjadi kunci di balik gelar Premier League yang direngkuh The Blues pada musim 2016/17, yakni musim perdana sosok berkebangsaan Prancis itu.
Tapi, Kante sudah tak lagi dipercaya menjadi gelandang bertahan. Sejak musim panas 2018, posisi ini sudah beralih tangan ke Jorginho. Dalam sesi wawancara pers November 2018 silam, Sarri menjelaskan mengapa perubahan ini terjadi.
“Saya ingin gelandang yang berada di tengah itu adalah pemain yang sangat piawai dalam urusan teknikal. Jadi, di mata saya, pilihannya hanya jatuh kepada Jorginho atau Cesc Fabregas untuk posisi tersebut. Saya tak ingin Kante menjadi gelandang bertahan,” kata mantan bankir itu, sebagaimana dilansir Sky Sports.
ADVERTISEMENT
Terlihat jelas dari situ perbedaan Chelsea sebelum dan setelah Sarri datang. Sebelum Sarri datang, tujuan gelandang bertahan dibatasi hanya untuk memutus alur serangan lawan. Sementara, gelandang bertahan menjadi nyawa serangan Chelsea era Sarri.
Namun, performa Jorginho pada musim ini tak luput dari kritik. Dasarnya, karena eks gelandang Hellas Verona ini tak menciptakan satu assist meski telah melancarkan hampir dua ribu operan, atau 95 operan per laga, jika mengacu statistik resmi Premier League sejauh liga musim ini bergulir.
Gelandang andalan Chelsea, Jorginho. (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Gelandang andalan Chelsea, Jorginho. (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
Lantas, apa betul Jorginho tak berguna? Sebelum sampai ke situ, kita perlu paham apa yang sesungguhnya dilakukan Jorginho selama ini.
Ketika build-up serangan masih berada di fase awal, Jorginho bertugas untuk melakukan operan dan pergerakan tanpa bola dengan tujuan tim lawan fokus melakukan pressing pada satu titik. Kemudian Jorginho bisa melancarkan operan ke titik lainnya supaya bola bergerak leluasa ke middle-third.
ADVERTISEMENT
Di middle-third, Jorginho harus mengoper ke gelandang yang posisinya lebih maju sekaligus membatasi zona permainan kedua tim. Ketika serangan telah mencapai final-third, barulah Jorginho mendapatkan mandat untuk melepas umpan yang bisa dimanfaatkan satu rekannya untuk menciptakan assist.
Menjadikan Jorginho sebagai gelandang bertahan jelas memiliki kelemahan. Jika tim lawan dapat mematikan pergerakan gelandang berusia 27 tahun itu, maka skakmat-lah alur serangan Chelsea. Makanya, dia perlu sokongan dua gelandang di depannya.
Satu gelandang box-to-box, yang musim ini biasa diemban Matteo Kovacic atau Ross Barkley, lainnya adalah gelandang perusak tempo serangan lawan macam N’Golo Kante. Kehadiran dua gelandang tersebut pada akhirnya memudahkan Chelsea dalam membangun serangan.
Sejauh ini, Squawka mencatat Chelsea merupakan tim keenam terbaik di lima liga top Eropa dalam penciptaan kans. Itu berarti, sebenarnya Jorginho telah melakukan tugasnya dengan baik.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, tim yang bermarkas di Stamford Bridge itu masih sangat bergantung dengan Eden Hazard dalam urusan penyelesaian akhir. Jika Hazard mampu dimatikan lawan, maka Chelsea harus bergantung dengan penyerang-penyerangnya yang tumpul pada musim ini untuk urusan mencetak gol.