Juan Carlos Osorio dan Kisah Cinderella di Piala Dunia 2018

21 Juni 2018 15:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Instruksi Osorio di laga vs Jerman. (Foto: REUTERS/Axel Schmidt)
zoom-in-whitePerbesar
Instruksi Osorio di laga vs Jerman. (Foto: REUTERS/Axel Schmidt)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kisah Cinderella memberikan harapan kepada banyak orang bahwa nasib buruk bisa berubah hanya dalam satu hari. Dalam kisah itu, jika saja Cinderella tak memutuskan berangkat ke pesta sang Pangeran, nasibnya sebagai anak yang dikucilkan dan disakiti ibu tiri mungkin tak akan pernah berubah.
ADVERTISEMENT
Namun, keputusan Cinderella berangkat berhasil mengubah nasibnya. Dia bertemu pangeran, meninggalkan sepatu kacanya, dan--seperti kata-kata pamungkas di akhir sebuah dongeng--dia hidup bahagia selama-lamanya.
Jalan hidup dan nasib Juan Carlos Osorio mungkin tak setragis Cinderella. Namun, hidupnya juga penuh perjuangan dan punya satu hari yang mampu mengubah nasibnya, terutama dalam karier sebagai pelatih. Hari itu, baru saja berlalu empat hari kemarin.
***
18 Juni 2016 adalah salah satu hari paling buruk dalam hidup Osorio. Di hari itu, tim asuhannya, Meksiko, diluluhlantakkan Cile pada laga perempat final Copa America dengan skor 0-7. Kekalahan itu tak hanya menjadi salah satu kekalahan terburuk dalam kariernya, tapi juga dalam sejarah Meksiko.
Pendukung sepak bola Meksiko (Foto: AP Photo/Thanassis Stavrakis)
zoom-in-whitePerbesar
Pendukung sepak bola Meksiko (Foto: AP Photo/Thanassis Stavrakis)
Osorio tahu, dengan kekalahan itu, tekanan akan datang menimpanya. Nasibnya sebagai pelatih Meksiko mungkin tak akan lama lagi. Terlebih, di turnamen itu, para fans dan media memberikan ekspektasi dan tekanan yang besar kepada dirinya dan tim.
ADVERTISEMENT
"Saya pergi ke ruang ganti, memercikkan air dingin ke wajah saya, mengendurkan dasi, dan saya mengatakan kepada tim, 'Jika tidak ada kepercayaan dalam pekerjaan kami, maka saya akan pergi dan memberi tahu semua orang bahwa saya mengundurkan diri'," kenangnya usai laga tersebut kepada New York Times.
Osorio tahu situasinya sulit. Namun, ia beruntung. Para pemain berdiri di belakangnya, berharap dia tak mundur. Dan yang mengejutkan, Federasi Sepak Bola Meksiko pun berlaku demikian. Mereka memilih tetap percaya pada pria yang lahir di Santa Rosa de Cabal itu.
Sejak awal ditunjuk sebagai arsitek Meksiko pada 2015, perjalanan Osorio memang tak mudah. Di awal-awal kepelatihannya saja, dia mendapat banyak kritik. Para legenda sepak bola Meksiko mengkritik keputusan federasi menunjuk Osorio dan menyebut negara mereka punya banyak pilihan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Osorio juga kemudian dikritik para fan karena terlalu taktikal dan cuma bisa menang besar atas negara-negara lemah. Meksiko dianggap tak mengerikan lagi. Dan statusnya yang bukan warga negara Meksiko, membuat Osorio semakin dikucilkan.
Suporter Timnas Meksiko. (Foto: Carl Recine/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Timnas Meksiko. (Foto: Carl Recine/Reuters)
Dia juga tahu bahwa kepercayaan publik Meksiko akan pelatih tim nasional mereka amat kecil, sementara ekspektasi yang diberikan begitu heran. Buktinya saja, ada 12 pelatih--dari permanen hingga interim--berbeda dalam 12 tahun di tim nasional mereka.
"Orang-orang tidak senang dengan kemenangan kami (tim nasional). Kami harus menang dan mempermalukan lawan. Tidak ada negara lain di dunia dengan begitu banyak tekanan pada pelatih tim nasionalnya. Tidak ada," curhat Osorio satu tahun lalu.
Namun, pria 58 tahun itu enggan menyerah. Osorio terus menangani Meksiko dengan sepenuh hati. Dia membawa El Tri tampil gemilang di Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Concacaf dengan jadi pemuncak klasemen dan hanya satu kali kalah. Meksiko lolos dengan perkasa.
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, Javier Hernandez dan kawan-kawan dibawanya menapak semifinal Piala Konfederasi, meski gagal di Piala Emas Concacaf. Namun, pencapaian itu semua tetap saja belum cukup untuk membuat publik Meksiko percaya kepada pelatih yang banyak menghabiskan karier kepelatihannya di Amerika Serikat itu.
Sepanjang kariernya melatih, Osorio memang tak bergelimang prestasi. Karier terbaiknya hanya ketika menangani klub top negerinya sendiri, Atletico Nacional, dengan meraih total lima gelar domestik dalam medio 2012-2015. Setelah itu, prestasi Osorio biasa-biasa saja.
Di Amerika Serikat bersama Chicago Fire dan New York Red Bulls, di Meksiko bersama Puebla, dan bersama Millonarios serta Once Caldas di Kolombia, tak banyak trofi mentereng yang dia ukir. Namun, Osorio bukanlah sosok yang tak mau belajar dan bekerja keras.
ADVERTISEMENT
Pelatih Meksiko, Juan Carlos Osorio. (Foto: REUTERS/Maxim Shemetov)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Meksiko, Juan Carlos Osorio. (Foto: REUTERS/Maxim Shemetov)
Tengok saja jalan kariernya. Setelah tak sukses dalam kariernya sebagai pemain, Osorio memutuskan untuk menekuni karier sebagai pelatih. Dan tak hanya sekadar mengambil lisensi saja, dia juga menimba ilmunya untuk menjadi pelatih di universitas.
Karena itu, jangan heran jika Osorio itu memiliki gelar sarjana di bidang football and science dari Liverpool John Moores University, dan sebelumnya juga lulus di bidang science dari Souther Connectitut State University di Amerika Serikat.
Namun, pengalaman yang paling memengaruhi karier kepelatihannya adalah masa-masa menjalani kuliah di Liverpool. Bukan saja karena bidang yang dia ambil, tetapi dari bagaimana dia belajar langsung dari latihan-latihan yang dilakukan Liverpool di kamp mereka, Melwood.
Kebetulan, Osorio tinggal di rumah keluarga yang berjarak sangat dekat dari Melwood. Dia kemudian mendapat kamar di lantai atas dan menerima hadiah: jendela yang langsung menghadap ke Melwood. Dari situ, Osorio muda memperhatikan latihan-latihan Liverpool dan memutuskan untuk benar-benar tekun dalam bidang pelatihan sepak bola.
ADVERTISEMENT
Pria yang kemudian mengawali karier sebagai pelatih fisik itu sampai-sampai harus meninggalkan istrinya di Amerika Serikat dan melego pusat kebugaran miliknya demi melanggengkan kuliahnya di Liverpool. Pengorbanan dan usaha itu nyatanya tak sia-sia.
"Saya tidak hanya perlu mendapatkan lisensi, tetapi saya perlu meningkatkan kemampuan sebagai pelatih di lapangan. Jadi, saya perlu melihat bagaimana tim profesional bekerja," cerita ia tentang pengalaman di Liverpool itu kepada ESPN.
21 tahun setelah kedatangannya di Liverpool plus perjalanan panjangnya melatih di pelbagai klub, Osorio berhasil menuai kerja kerasnya di Rusia. Sebab, dia mampu lebih dari sekadar meloloskan dan mengantarkan Meksiko ke Piala Dunia 2018 saja.
Di Rusia, Osorio seperti Cinderella, dia menemukan satu hari yang mampu mengubah nasibnya. Luzhniki Stadium jadi tempatnya, pada laga pertama mereka menghadapi Jerman. Osorio dan tim asuhannya menemui petang yang benar-benar indah.
ADVERTISEMENT
Piala Dunia 2018 dan seluruh dunia dibuat terkejut. Satu gol Hirving Lozano mampu membuat Meksiko menaklukkan juara bertahan dengan skor 1-0. Lebih dari itu, penampilan mereka juga mendapat pujian. Lewat serangan balik, kecepatan, determinasi, dan agresivitasnya, Meksiko berhasil menjinakkan Jerman.
Pemain Meksiko merayakan gol. (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Meksiko merayakan gol. (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Singkatnya, Osorio berhasil mewujudkan apa yang publik Meksiko mau: menang dengan membuat sang lawan malu. Sebab, Meksiko di laga itu memang terlihat amat superior. Hector Herrera membuat Sami Khedira dan Toni Kroos jadi biasa-biasa saja, Guillermo Ochoa membuat pemain depan Jerman mandul.
Osorio kini dipuja-puja. Kepercayaan publik mulai hadir untuknya seiring dengan kemenangan atas Jerman itu. Terlebih jika dia mampu mewujudkan impian publik lain yang sudah tak hadir dalam 32 tahun terakhir: meloloskan Meksiko ke perempat final Piala Dunia 2018.
ADVERTISEMENT
"Jika dia bisa membawa Meksiko melaju hingga pertandingan ke lima (perempat final) Piala Dunia 2018, semua akan diampuni. Itulah yang publik rindukan," ujar Herculez Gomez, jurnalis ESPN untuk Amerika Serikat dan Meksiko.
Osorio tengah memegang penghapus dan dia sudah berhasil menghapus memori dan pemikiran buruk publik Meksiko padanya. Dia kini membutuhkan kuas dan cat untuk kemudian melukiskan hal-hal indah ke dalam memori dan ingatan mereka.
Sebab apabila pada akhirnya dia pergi, atau mungkin terus berada di kursi pelatih Meksiko untuk tahun-tahun ke depan. Selain pemain dan federasi, ada publik yang akan berada di belakang dan mendukungnya.