Jurnal: Cerita Kecil dari Tribune Media Stadion Patriot

24 Agustus 2018 15:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Stadion Patriot saat pertandingan Timnas Indonesia U-23 menghadapi Palestina. (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Stadion Patriot saat pertandingan Timnas Indonesia U-23 menghadapi Palestina. (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada keriaan lamat-lamat yang menjadi kawan orang-orang di tribune media Stadion Patriot Candrabhaga.
ADVERTISEMENT
Namanya Ahmed, seorang Palestina. Serupa saya, ia bekerja sebagai jurnalis. Keriaannya tertangkap jelas sejak laga kedua Palestina di Asian Games 2018.
Waktu itu, Laos yang menjadi lawan. Palestina tertinggal 0-1 sampai menit 82. Namun, sejak 10 menit menjelang berakhirnya waktu normal, ia turun ke area bawah, ingin mendekat dengan para pemainnya. Lantas, gol yang dinanti-nantikannya itu muncul di menit 83.
Seketika, Ahmed meloncat kegirangan. Kegembiraannya menjadi satu dengan para pemain yang berlaga di lapangan. Ahmed meloncat-loncat dengan jenaka, mempersetankan pandangan mata orang-orang yang melihat dengan heran.
Saya menerka-nerka, batin penonton-penonton tadi ikut tergelitik melihat tawa yang lepas dan gerak yang lincah itu. Semacam menjadi pengingat bahwa selalu ada tempat bagi tingkah yang tak dibuat-buat.
ADVERTISEMENT
Begitu puas meloncat-loncat macam bocah, Ahmed kembali ke tempat duduknya semula dan menjadi satu dengan tugas-tugasnya. Tapi, sesekali matanya menatap ke arah lapangan yang salah satu sudutnya diisi dengan sebelas orang yang berbahagia.
Dia berbahagia untuk para jagoannya. Kalau mereka yang bertanding melihat tingkah polahnya di tribune, mereka pasti juga akan berbagi kebahagiaan dalam jarak yang dekat. Kebahagiaan yang sama, awet, dan ajek.
Tribune media di Stadion Patriot tak begitu sesak pada Rabu (15/8/2018). Tak banyak awak media yang hadir seperti laga perdana Timnas Indonesia U-23, saat melawan Laos.
Kali ini, Palestina yang menjadi lawan. Palestina dan Indonesia itu kawan lama. Ketimbang pertandingan, laga ini lebih mirip reuni dua kawan yang terpisah jarak. Makanya, saya tak heran saat melihat bendera Palestina ikut dibentangkan di beberapa sudut stadion.
ADVERTISEMENT
Mata saya menangkap Ahmed, si jurnalis ceria bukan kepalang. Ternyata, ia bekerja sebagai jurnalis untuk Federasi Olahraga Palestina.
Matanya hitam bulat, serasi dengan legam rambut ikalnya, kontras dengan kaus merahnya. Badan Ahmed tinggi besar dengan perut yang sedikit buncit. Ahmed seperti saya, berbadan tambun dan tak cocok jadi pesepak bola.
Setengah jam sebelum pertandingan dimulai, Ahmed sudah mempersiapkan peralatan tempur yang bakal ia gunakan di sepanjang laga. Cekatan juga kawan yang satu ini, pikir saya waktu itu.
"Lihat, itu banyak bendera Palestina terpasang di Stadion ini.” Nah, seperti itu cara saya memulai perkenalan dengan si Ahmed.
Keberuntungan bagi saya hari itu datang dalam rupa kecakapan Ahmed berbahasa Inggris. Seharusnya, ini menjadi perkara biasa, karena toh, ia seorang jurnalis. Namun, melihat dua kawannya yang tak fasih berbahasa Inggris, saya langsung mantap untuk menempatkannya ke dalam daftar keberuntungan.
ADVERTISEMENT
"Ya, saya sangat terharu. Saya sangat senang berada di sini. Hubungan Indonesia dengan Palestina memang sangat baik," tutur Ahmed dengan sangat ramah.
Pendukung Timnas Indonesia memberikan dukungan dalam laga Indonesia vs Palestina di Stadion Patriot, Bekasi, Rabu (15/8). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pendukung Timnas Indonesia memberikan dukungan dalam laga Indonesia vs Palestina di Stadion Patriot, Bekasi, Rabu (15/8). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Ini merupakan kali pertama Ahmed datang ke Indonesia. Serupa saya, ia bertugas untuk meliput pesta olahraga terbesar se-Asia ini. Tapi, tak cuma sepak bola. Ya, namanya juga Asian Games, kan tidak bola melulu.
"Saya belum melihat venue lain karena Asian Games memang belum dibuka. Namun, di Stadion Patriot ini, saya lihat sangat baik sangat sempurna.”
"Bukan hanya fasilitasnya yang baik, tapi pelayanan selama saya di sini sungguh luar biasa. Saya baru melihat sepak bola Indonesia ketika mereka menghadapi Taiwan, Indonesia memiliki tim yang sangat luar biasa.”
ADVERTISEMENT
"Pertandingan saat menghadapi Taiwan begitu menghibur, berbeda dengan Laos dan Hong Kong yang tampil tak menyerang. Saya pikir, laga Indonesia menghadapi Palestina akan menyajikan permainan yang seru," ucap Ahmed.
Pertandingan pun dimulai. Seperti biasa, lagu kebangsaan selalu menjadi awal yang tepat untuk membuka laga. Ahmed dan dua kawannya berdiri menyanyikan Biladi, lagu kebangsaan Palestina. Saya tak mau ketinggalan, dong. Indonesia Raya saya nyanyikan dengan lantang.
Laga Indonesia vs Palestina di Stadion Patriot, Bekasi, Rabu (15/8). (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Laga Indonesia vs Palestina di Stadion Patriot, Bekasi, Rabu (15/8). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Beberapa saat sebelum sepak mula, Ahmed membaca doa. Mulutnya komat-kamit, kedua tangannya terangkat sedada. Entah apa yang diucapkannya, tapi saya yakin, ia ingin jagoan-jagoannya itu menang.
Sikapnya itu kontras dengan apa yan terlihat begitu wasit membunyikan peluit tanda dimulainya pertandingan. Laga itu ditontonnya dengan tenang sambil mencomot camilannya. Agaknya, ia tak mau dipusingkan dengan tugas hariannya waktu itu.
ADVERTISEMENT
Saat Gavini Nivon memberikan hadiah penalti usai Zulfiandi menyentuh bola dengan tangan, Ahmed girang bukan kepalang. Keriangannya yang saya tunggu-tunggu itu muncul lagi. Tanpa sungkan, ia memeluk rekannya, meluapkan kesenangan sedapat-dapatnya.
Yang saya tangkap waktu itu, ia begitu yakin bahwa gol bakal muncul walau sepakan sempat dihalau Andritany. Ahmed tak berlebihan, bola muntahan itu menjadi awal dari terciptanya gol Oday Dabbagh.
Keriangan Ahmed tak surut. Tetap sama seperti yang sudah-sudah.
Pada menit ke-23, giliran saya yang girang bukan kepalang. Irfan Jaya berhasil mencetak gol usai lolos dari perangkap offside. Tak ada ledekan dari saya untuk Ahmed, hanya lemparan senyum seraya berkata kami imbang sekarang.
Babak pertama pun berakhir imbang 1-1. Bagi Ahmed, ini pertandingan yang menyenangkan, sehingga pantas buat dinikmati.
ADVERTISEMENT
"Pertandingan yang sangat menarik, mate. Indonesia punya pemain yang sangat cepat di kedua sisi dan kami sangat kerepotan," ucap Ahmed.
Laga Indonesia vs Palestina di Stadion Patriot, Bekasi, Rabu (15/8). (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Laga Indonesia vs Palestina di Stadion Patriot, Bekasi, Rabu (15/8). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Pada babak kedua, Ahmed tampak lebih tegang. Ketika pemain Palestina kehilangan bola, ia berdiri sambil menggerutu. Entah apa yang diucapkannya, karena ia berbicara dalam Bahasa Arab.
Namun, ketika Mohamed Darwish mencetak gol, ia kembali ceria. Gol akibat kesalahan pemain belakang ini membuat Palestina unggul 2-1. Cara Ahmed merayakan benar-benar persis di gol pertama tadi.
Kali ini giliran saya yang geregetan. Indonesia sangat sulit menembus pertahanan kokoh yang dibangun oleh Palestina. Pada akhirnya saya yang kecewa. 'Garuda Muda' tak berhasil merengkuh tiga angka keduanya.
Saya pun memberikan selamat kepada Ahmed. Ia punya cara sendiri untuk menerima ucapan selamat dari seorang kawan. "Pertandingan yang seru, mate. Saya minta maaf karena menang dalam pertandingan kali ini.”
ADVERTISEMENT
Sepak bola hari itu mewujud dalam laga yang aneh. Tak ada kekesalan yang berlarut-larut walau tuan rumah gagal mengemas kemenangan. Dari tribune penonton terdengar seruan yang meneriakkan nama Palestina. Mereka yang menang tak menjadi musuh.
Sesekali dua kawan karib memang perlu untuk bertemu dalam satu pertandingan sepak bola yang sama. Pertemuan seperti ini dibutuhkan untuk memastikan masing-masing kami tetap bertahan dalam bentuk aslinya. Semacam menjadi pengingat bahwa ada banyak hal yang jauh lebih penting ketimbang urusan menang atau kalah.
Saya pun berpamitan menuju ruang konferensi pers. Saya memang tak kenal-kenal amat dengan Ahmed. Tapi, saya rasa, ia akan merawat cerita kemenangan ini baik-baik, tinggal tetap bersama cerita menyenangkan yang lain.
ADVERTISEMENT