Jurnal: Menyapa Gugun Gondrong, Menyelami Cintanya untuk Persija

26 April 2018 13:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gugun Gondrong (Foto: Retno Wulandhari Handini/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gugun Gondrong (Foto: Retno Wulandhari Handini/kumparan)
ADVERTISEMENT
Membicarakan Muhammad Gunawan Hendromartono (49), atau akrab disapa Gugun Gondrong, seperti terjun dalam sebuah romansa tentang sebuah kesetiaan.
ADVERTISEMENT
Di tengah dunia yang serba cepat dan berubah ini, kesetiaan mulai menjadi sebuah barang langka. Hari ini seseorang bisa berkata satu hal, tapi esok mulut malah mengucapkan hal lain.
Sulit untuk bisa menjadi setia, karena bertahan pada satu hal membutuhkan sebuah upaya yang besar. Intinya, hanya orang-orang kuat yang bisa setia untuk satu hal dalam waktu yang lama.
Maka, tak heran orang yang tetap setia akan satu hal, akan dianggap orang yang spesial. Meski keadaan diri dan sekitarnya berubah, dia tidak akan pernah melepas kesetiaan yang dia anggap sudah menjadi bagian dari dalam dirinya sejak lama. Godaan hanya akan dianggap sebagai ujian dari kesetiaan tersebut.
Inilah yang saya lihat dari sosok Gugun Gondrong. Walau keadaannya sudah berubah, dia tahu, ada satu kesetiaan yang tidak pernah lekang dari dirinya. Kesetiaan yang dari dulu sampai sekarang masih tetap bertahan: Persija Jakarta.
ADVERTISEMENT
Gugun Gondrong dan Persija Jakarta
Rumahnya terletak di Jalan Mampang Prapatan XVI, tak jauh dari salah satu pusat keramaian Jakarta Selatan, Kuningan. Namun, ketika Anda memasuki rumahnya, kesan berbeda begitu terasa.
Saat saya menginjakkan kaki di rumahnya, ada sebuah perasaan nostalgik yang muncul. Rumahnya memang besar--sangat besar malah, tapi tak ada kesan angkuh.
Dia justru menunjukkan kesan sebuah rumah yang ramah. Rumah itu seakan menyambut saya ketika datang, siap menyajikan segala cerita yang mungkin belum pernah saya tahu.
Seturut dengan kesan yang muncul tersebut, ibunda Gugun, Tuning Sukobagyo, menyambut saya dengan ramah. Dia mempersilakan kami masuk ke dalam, sembari langsung memerintahkan kepada asisten rumah tangganya untuk membawakan minuman.
"Rumah ini sudah saya tempati selama kurang lebih 50 tahun. Ya, sejak Gugun berusia 1 tahun, kami sudah tinggal di sini," ujar Tuning membuka pembicaraan.
ADVERTISEMENT
Masuk ke dalam rumahnya, saya langsung duduk di tempat yang sudah disediakan. Saya pun menyiapkan bahan-bahan pertanyaan yang akan saya tanyakan kepada narasumber utama saya, Gugun, dan sang ibu. Sembari menunggu Gugun, saya mencuri-curi pandang ke sekeliling rumah.
"Hmmm, mirip rumah tahun 80-an, ya," gumam saya dalam hati.
Tak berapa lama, Gugun datang dari balik pintu sembari dipapah ibunya. Dia tampak sehat. Perutnya lebih buncit, dan wajahnya lebih segar. Rambutnya yang gondrong sudah tidak terlihat lagi, kini dipangkas rapi.
Penampilan barunya ini membuatnya terlihat lebih muda, di tengah usianya yang sudah memasuki angka 49 tahun. Tuning juga mengamini hal ini.
"Sekarang mas Gugun sudah kelihatan sehat, kan? Iya, gemuk, gemuk sekali. Kayaknya sedikit over, sedikit overweight, jadi emang harus diturunin sedikit. Tetapi, saya bersyukur sekali, Alhamdulillah bahwa mas Gugun sekarang sudah sehat," ujar Tuning.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, perbincangan menjadi sesuatu yang lebih intim. Banyak hal yang diceritakan oleh ibunya, yang perlahan-lahan membuat saya semakin mengenal secara pribadi sosok Gugun Gondrong.
Saya jadi tahu bahwa Gugun sekarang sedang menjalani sesi fitness dan juga rutin jalan kaki untuk menjaga kebugaran fisiknya. Gugun juga sudah bisa makan dengan lahap sekarang ini.
Gugun Gondrong (Foto: Instagram @jakonline01)
zoom-in-whitePerbesar
Gugun Gondrong (Foto: Instagram @jakonline01)
"Makan minum itu tidak ada pantangan, hanya saja dibatasi aja, sih. Jadi maksudnya, kalau masalah makanan, kalau dibatasi, dalam arti kata, tidak over, yah. Misalnya satai kambing, misalnya, berapa tusuk-lah, ga usah terlalu banyak. Duren juga boleh, cuma berapa biji, gitu ya. Jadi ga harus banyak, gitu. Jadi dia memang dia sudah normal. Sekarang sudah normal," ucap Tuning.
ADVERTISEMENT
Namun satu hal yang pasti, ada satu hal yang tidak berubah dari Gugun. Ini saya tangkap dari ketegasan jawabannya ketika saya menanyakan soal Persija Jakarta. Pandangan mata Gugun lurus ke arah saya, dengan sedikit senyum yang tersungging di wajahnya, ketika saya menanyakan apakah dia masih sering menonton Persija atau tidak.
"Masih lah, masih, hehehe," ujar Gugun singkat.
Ujaran yang langsung diamini ibunya yang semakin menyakinkan saya bahwa apa yang diujarkan Gugun ini tidak bohong. Ternyata, rasa cinta Gugun terhadap Persija Jakarta masih ada, tertancap di dalam hatinya.
"Ya, aktif, masih. Teman-teman Jakmania juga masih sering ke sini, sering menengok dia, dan kalau misalnya ada acara-acara yang hebat, dia selalu datang. Misalnya, waktu beberapa waktu yang lalu ke Solo. Dia pergi ke Solo untuk melihat Persija waktu itu," ujar Tuning.
ADVERTISEMENT
Gugun dan Dunia Suporter yang Membesarkannya
Orang-orang mengenal pribadi Gugun sebagai seorang bintang film dan presenter ternama di masa lampau. Gugun juga tercatat pernah menjadi model "cover" majalah ketika masih muda. Tapi, tak ada yang tahu bahwa Gugun, di masa mudanya, ternyata sudah dikenal juga sebagai seorang koordinator suporter.
Hal ini dijelaskan langsung oleh sang ibu yang memang menyaksikan sendiri perkembangan dari Gugun. Sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, Gugun sudah akrab dengan sorak-sorai dukungan. Kegemarannya terhadap sepak bola sejak kecil menjadikannya sebagai penggemar sepak bola yang cukup fanatik.
"Karena memang diawali pada waktu di kampus dia memang sering jadi suporter. Jadi memang dia waktu di kampus UGM (Universitas Gadjah Mada) dulu, suka mengorganisir orang-orang, maksudnya supaya jadi teratur," ungkap Tuning.
ADVERTISEMENT
Kegemaran Gugun terhadap sepak bola ini memang bukan hanya omong belaka. Selain ungkapan dari ibunya, beberapa bukti otentik, seperti foto Gugun mengenakan jersi Borussia Dortmund, serta sosok Gugun yang turun membawa bendera Indonesia ke tengah lapangan Gelora Bung Karno (ibunya dan Gugun lupa kapan foto itu diambil, yang jelas foto itu pernah masuk halaman depan Harian Kompas), menunjukkan bahwa Gugun memang pria yang gila bola.
Gugun Gondrong bersama Ibunda (Foto: Retno Wulandhari Handini/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gugun Gondrong bersama Ibunda (Foto: Retno Wulandhari Handini/kumparan)
Lazimnya, fanatisme terhadap sepak bola, apalagi yang sudah terbentuk sejak usia muda, kerap membuat orang tua cemas. Keributan yang acap terjadi di stadion, serta kemungkinan melayangnya nyawa ketika menonton di stadion, adalah hal-hal yang bisa saja terjadi ketika seseorang menonton bola ke stadion.
Namun, Tuning berbeda. Bukannya melarang, Tuning malah mengizinkan anaknya untuk ke stadion.
ADVERTISEMENT
Daripada mengekang anaknya dengan melarang untuk pergi ke stadion, dia lebih memilih untuk membiarkan anak-anaknya berekspresi dengan bebas tanpa harus dia halang-halangi. Semua dengan satu syarat: bertanggung jawab. Hal ini yang secara tidak langsung mendewasakan Gugun.
"Gak ada masalah karena saya memang seneng kalau anak saya itu berkembang. Maksudnya itu, berarti dia itu kan, berkembang untuk ke arah positif. Yang penting itu, kalau untuk saya. Saya memang dari dulu, apa, membebaskan, ya. Membebaskan anak-anak saya untuk berkembang semau dia, maunya apa, asal ke positif, dan bertanggung jawab," kata Tuning.
"Ya, pasti rasa khawatir, sebagai seorang ibu, sebagai orangtua. Tapi gimana ya, itu adalah memang jiwanya dia, kan?"
"Saya pikir kalau sebagai orang tua, kalau kita terlalu mengekang, itu malah, nggak bebas kan? Tapi, selama ini memang Gugun selalu bertanggung jawab, sebagai seorang anak. Dalam arti kata, orang tua memberikan kebebasan, tapi tanggung jawab ada."
ADVERTISEMENT
Saat membicarakan tentang kebiasaan Gugun menjadi suporter ini, tampak sang ibu membicarakannya dengan cukup antusias. Memang, yang saya tangkap, ada semacam persetujuan dari ibunya akan terjunnya Gugun ke dunia suporter. Toh, pada akhirnya, dunia suporter ini, selain dunia entertain, yang membuat Gugun menjadi sosok yang dikenal oleh banyak orang.
Jika menyambungkan dengan fanatisme Gugun terhadap Persija, tak heran bahwa sampai saat ini, dia masih betah menonton Persija, walau pada akhirnya, mungkin dia tidak bisa menikmati pertandingan seperti dulu karena beragam keterbatasan yang menimpanya sekarang ini.
***
Setelah menghabiskan waktu sekira 2 jam 30 menit, wawancara pun usai. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.45. Saya dan rekan saya pamit pulang, karena memang tampak Gugun dan ibunya akan segera beristirahat.
ADVERTISEMENT
Namun, kebetulan pada hari itu, Persija sedang berlaga. Melawan Tampines Rovers di ajang AFC Cup. Dan, tentu saja, Gugun enggan melewatkannya.
Sebelum pamitan, saya sempat nonton bareng dengan Gugun. Persija mampu menghajar sang lawan dengan melesakkan empat gol. Meski tak ada sorak-sorai, saya bisa melihat jelas bagaimana kebahagiaan Gugun melihat kesebelasan kesayangannya menang.
Kebahagiaan yang terpancar jelas dari tatapan matanya. Entahlah, mungkin Gugun sedang mengenang masa-masa indah dahulu. Ketika dirinya mengemban tanggungjawab sebagai Ketua Umum perdana The Jakmania sekaligus pendiri.
Gugun memang tak banyak bicara ketika itu. Semua tahu bahwa Gugun pernah terserang penyakit berat. Tapi, saya bersyukur bisa menyapa Gugun. Sosok yang begitu mencintai Persija. Selamanya.
ADVERTISEMENT