Jurnal: Meresapi Magi Stadion Benteng yang Mati

21 Juni 2019 19:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Stadion Lapangan Benteng Persita Lama. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Stadion Lapangan Benteng Persita Lama. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Masih dengan seragam sekolah, saya diajak untuk menyaksikan pertandingan sepak bola. Ini kali kedua saya datang ke stadion karena sebelumnya Gelora Bung Karno sudah saya datangi untuk menyaksikan Timnas Indonesia berlaga.
ADVERTISEMENT
Tepatnya pada 2004 lalu, ayah mengajak saya menyaksikan laga derbi Tangerang antara Persita dan Persikota. Ayah memang mengambil risiko yang tinggi. Semua tahu derbi Tangerang memang terkenal sangat panas.
Kedua kelompok suporter hampir selalu baku hantam ketika tim berjumpa. Malah, saat Persita sedang main dan Persikota tak main, keributan juga kerap terjadi.
Kendaraan tak kami parkiran di area stadion. Kami memilih masjid yang ada di sekitaran untuk menaruh kendaraan. Kami tahu betul akan sangat beresiko seandainya memarkir kendaraan di stadion.
Tiket sudah di tangan, tak sulit untuk mendapatkannya karena di area stadion itu terjual. Kami tak memilih tribune VIP untuk nonton. Karena kami ingin merasakan atmosfer salah satu derbi terpanas di sepak bola Indonesia itu.
ADVERTISEMENT
Suasana Stadion Lapangan Benteng Persita Lama. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Tak ada nomor bangku di lembaran tiket karena Benteng Tangerang tak menerapkan single seat seperti Stadion Gelora Bung Karno kini. Bahkan, kursi di belakang gawang dan area timur cuma beralaskan bebatuan.
Kami masuk dari sebelah selatan. Karena tak ada nomor kursi, kami bebas memilih spot dan berjalan ke sisi timur stadion.
Oh iya, Stadion Benteng merupakan yang terbesar di Tangerang pada zamannya. Areanya memang berada di pusat kota dan dekat sekali dengan kantor pemerintahan. Parkiran cukup luas meski di sekelilingnya terdapat semak-semak.
Setelah berjalan melewati penonton dan menaiki batu-batuan akhirnya kami mendapat tempat enak. Tempat yang pas untuk kami menyaksikan laga besar ini.
Pertandingan sore itu berakhir imbang. Hasil yang adil karena kedua kesebelasan juga tampil menghibur penonton yang datang. Tapi, mana ada sih penonton yang puas kala tim kesayangannya gagal menang.
ADVERTISEMENT
Suasana Stadion Lapangan Benteng Persita Lama. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Kerusuhan lantas terjadi usai pertandingan. Beberapa oknum penonton saling lempar batu di luar stadion. Saya yang berada di sana melindungi diri. Beruntung, kami bisa keluar dari kerusuhan tersebut dengan aman sentosa.
Sepuluh tahun berlalu, saya akhirnya kembali ke Stadion Benteng. Sejatinya, Benteng Tangerang tak terlalu jauh dari rumah, paling hanya 15 menit bila menggunakan sepeda motor.
Saat kembali ke stadion tersebut, saya tercengang. Bukan karena bagus, melainkan sebaliknya. Stadion kebanggaan warga Tangerang itu sudah tak terurus. Ada beberapa pedagang yang berjualan di sekitaran stadion.
Saya coba mendekat, tentu saya ingin kembali masuk ke dalam stadion tersebut. Dan, setelah berada di dalamnya, saya cuma bisa geleng-geleng kepala.
Banyaknya coretan di dinding jalur masuk stadion menjadi sebab. Belum lagi bau pesing yang menyerbak ketika masuk stadion. Kondisi lantai tak jauh dari kata bagus, sampah berserakan ditambah debu-debu menempel di lantai masuk stadion.
ADVERTISEMENT
Kondisi semakin parah saat masuk ke dalam stadion. Tribune utara dan selatan lebih banyak dihiasi alang-alang. Papan skor juga hancur tak tersisa.
Kondisi lapangan tak jauh lebih baik dari stadionnya itu sendiri. Rumput yang botak menjadi penghias di tengah lapang.
Suasana Stadion Lapangan Benteng Persita Lama. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Pantas saja Persita tak lagi menggunakan stadion tersebut. 'Pendekar Cisadane' harus menjadi musafir selama gelaran Liga 1 dan Liga 2 musim lalu.
Tapi, sebutut-bututnya, Benteng Tangerang tetap digunakan oleh Pemkot. Ya, beberapa event seperti turnamen antarkecamatan di Tangerang atau Liga Pendidikan cabang Tangerang tetap dilangsungkan di Benteng Tangerang.
Suasana Stadion Lapangan Benteng Persita Lama. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Tuah Benteng Tangerang memang sudah tidak ada. Tangerang kini memiliki tempat baru yang terletak di Kabupaten Tangerang. Ialah Stadion Kelapa Dua Sport Center --biasa disebut Benteng Taruna-- yang menjadi markas baru Persita. Berjarak 14 Kilometer dari Benteng Tangerang, Benteng Taruna berdiri megah.
ADVERTISEMENT
Letaknya memang lebih masuk ke pelosok. Bahkan akses menuju stadion bukan melewati jalan besar. Namun, lokasi terpencil membuat stadion berkapasitas 30.000 itu kehilangan status megah. Ya, diresmikan 5 September lalu, Benteng Taruna memang lebih besar daripada Benteng Tangerang.
Stadion Benteng Taruna, Tangerang. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Tapi, sama seperti Benteng Tangerang, stadion yang terletak di Jalan Raya Legok itu hanya terdapat kursi di tribune VIP. Sisanya, tribune beralaskan beton saja.
Di sekitaran Stadion terdapat fasilitas olahraga yang memang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang. Banyak juga warga yang berlari dan berolahraga di sekitaran stadion.
Untuk kualitas rumput, Benteng Taruna cukup memadai. Rata dan hijau menjadi pemandangan yang terhampar di lapangan Benteng Taruna.
Stadion Benteng Taruna, Tangerang. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Well, Benteng Taruna memang lebih megah dan indah dibanding stadion Persita yang terdahulu. Tapi, magi dan euforia belum terlalu menyengat di stadion baru tersebut.
ADVERTISEMENT
Bintang Persita, Ilham Jaya Kesuma mengakui Benteng Tangerang lebih angker dan ramai didatangi penonton.
"Dulu di sana (Stadion Benteng), bisa 25.000 orang yang nonton, kalau sekarang paling 3000-4000 orang, jauh selisihnya," ujar Ilham kepada kumparanBOLA.