Kala Pique Merasa Inferior di Hadapan Madrid

17 Agustus 2017 14:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pique berduel dengan Karim Benzema. (Foto: Sergio Perez/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Pique berduel dengan Karim Benzema. (Foto: Sergio Perez/Reuters)
ADVERTISEMENT
Mari kita sepakat saja untuk hal yang satu ini: saat ini, Real Madrid lebih baik daripada Barcelona. Bahkan, bek Barcelona, Gerard Pique, saja mengakuinya.
ADVERTISEMENT
Pique, seperti bagaimana kita mengenalnya, adalah pembela Barcelona yang gigih. Kakeknya, Amador Bernabeu, pernah menjabat sebagai wakil presiden Barcelona. Ayah dan ibunya adalah orang Catalunya asli. Darah Catalunya dan Barcelona mengalir kental dalam tubuh Pique.
Maka, jangan heran jika Pique menempuh berbagai cara untuk mendukung sekaligus mengolok-olok Madrid, yang notabene merupakan rival abadi Barcelona. Dari berseteru dengan kapten Madrid, Sergio Ramos, di atas lapangan hingga mengumbar ledekan di media sosial, Pique pernah melakukan semuanya.
Ia bahkan tidak segan menuding para pengadil dan otoritas (baca: wasit dan federasi) mendukung Madrid. Singkat kata, Pique adalah pengejawantahan nyata atas sengitnya rivalitas Barcelona dengan Madrid. Namun, bukan berarti tidak ada ruang untuk berpikir secara rasional di kepala Pique.
ADVERTISEMENT
Setelah Barcelona dikalahkan Madrid (1-3 dan 0-2) lewat dua leg Piala Super Spanyol, Pique pun merasa inferior. Buat bek berusia 30 tahun tersebut, ini adalah pertama kalinya dia merasa inferior di hadapan Madrid.
“Saat ini, kami tidak berada dalam kondisi terbaik, baik sebagai sebuah tim maupun sebuah klub. Kami harus tetap bersatu dan melangkah ke depan. Yang terpenting, kami harus bisa menerima kekalahan ini dan mengakui bahwa Madrid lebih baik,” ujar Pique seperti dilansir Soccerway.
“Musim masih panjang dan kami masih bisa memperbaiki diri.”
Senada dengan Pique, akun Twitter resmi Barcelona langsung memberikan selamat kepada Madrid tak lama setelah perhelatan Piala Super Spanyol selesai. Barcelona punya banyak PR untuk diselesaikan.
ADVERTISEMENT
Ernesto Valverde, yang datang sebagai pelatih anyar musim panas ini, menemukan timnya dalam keadaan compang-camping. Dimulai dari barisan gelandang yang butuh perbaikan hingga kenyataan bahwa ia harus bisa mencari pengganti Neymar.
Sebagai pemain, Neymar bukan hanya bintang yang bisa jadi pembeda. Dia merupakan pelengkap bagi Lionel Messi dan Luis Suarez. Jika Messi dan Suarez terbiasa membobol gawang lawan, Neymar adalah sosok yang mampu mengkreasikan peluang sekaligus assist.
Setelah Neymar pergi, Barcelona membidik Philippe Coutinho dan Ousmane Dembele, kendati sejauh ini belum ada hasil dari perburuan kedua pemain itu. Pemain yang tersedia saat ini, Gerard Deulofeu, belum sampai pada level di mana Neymar berada.
Namun, seperti yang dikatakan Pique sendiri, musim masih panjang. Pertanyaannya sekarang, bagaimana Barcelona (dan Valverde) akan mengisi musim yang panjang ini? Bisakah solusi dari masalah-masalah di Barcelona segera ditemukan?
ADVERTISEMENT