Kaleidoskop 2018: Pasang Surut Sepak Bola Indonesia

31 Desember 2018 17:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain serta pelatih Timnas Indonesia saat mengelilingi tribun penonton usai imbang melawan Timnas Filipina. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain serta pelatih Timnas Indonesia saat mengelilingi tribun penonton usai imbang melawan Timnas Filipina. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ada banyak hal yang bisa dilakukan sebelum kembang api meletup-letup dan mewarnai langit pada malam 31 Desember. Mulai dari merumuskan formula untuk 2019 sampai mengingat kegagalan, keberhasilan, kekecewaan, serta kebahagiaan yang pernah dialami sepanjang 2018.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, opsi yang nantinya dipilih tentu saja bertujuan agar pencapaian tahun depan jauh lebih baik, bukan? Sebelum 2018 berakhir, kumparanBOLA bakal merangkum kaleidoskop sepak bola Indonesia. Berikut ini.
Januari: Menjamu Islandia, Membuka Piala Presiden 2018
Mengusung sikap optimistis pada awal 2018 adalah keputusan logis. Karena sang juru taktik Timnas Indonesia saat itu, Luis Milla, datang membawa keyakinan di mata pecinta sepak bola nasional. Eks pelatih Real Zaragoza itu menginisiasi gaya bermain yang berbeda plus memanggil pemain-pemain yang terkesan segar.
Hal itu terlihat manakala Milla memasukkan beberapa nama kejutan macam Henhen Herdiana dan Victor Iqbonefo dalam daftar skuat Timnas untuk menjamu Islandia. Ya, Islandia, kontestan Piala Dunia 2018 itu.
ADVERTISEMENT
Dalam laga yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (14/1), Indonesia keok dengan skor 1-4. Kendati begitu, performa skuat asuhan Milla itu tergolong apik. Sebelum empat lesakan pemain Islandia bersarang di gawang Timnas, Ilham Udin Armaiyn mencatatkan nama di papan skor pada menit 29.
Babak Kedua Timnas Indonesia vs Islandia (Foto: kumparan/Fanny Kusumawardhani)
zoom-in-whitePerbesar
Babak Kedua Timnas Indonesia vs Islandia (Foto: kumparan/Fanny Kusumawardhani)
Selang dua hari, turnamen pramusim bergengsi Tanah Air, Piala Presiden 2018, resmi digelar. Laga Persib Bandung melawan Sriwijaya FC di Stadion Gelora Bandung Lautan Api menjadi pembuka. Namun, lampu sorot tertuju kepada Presiden Joko Widodo yang hadir di tribune penonton dengan memakai jaket berwarna merah putih.
Februari: Trofi Pramusim Milik Persija Jakarta
Di SUGBK, Sabtu (17/2), malam WIB, Persija memastikan diri keluar sebagai kampiun Piala Presiden 2018 seusai menekuk Bali United dengan skor 3-0. Dua gol kemenangan ‘Macan Kemayoran’ lahir dari kaki Marko Simic, sedangkan satu gol lainnya dicetak Novri Setiawan.
ADVERTISEMENT
Sebelum laga final Piala Presiden 2018 digelar, baik Persija dan Bali United dihujani kritik. Kedua tim itu melepas laga perdana AFC Cup karena menurunkan skuat lapis kedua. Bali United yang bermain di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Selasa (13/2), tumbang 1-3 dari wakil Myanmar, Yangon United.
Sementara itu, Persija yang melawat ke Stadion Tan Sri Dato Hj. Hassan Yunos, kandang klub Malaysia, Johor Darul Takzim (JDT), tak bisa berbuat banyak. Alhasil, pasukan Stefano ‘Teco’ Cuggura itu kalah tiga gol tanpa balas. Efek dari hasil minor tersebut adalah kans kedua tim melaju ke babak selanjutnya terpangkas.
Maret: Egy Maulana Vikri dan Sepak Mula Liga 1
Egy Maulana Vikri sukses mengejawantahkan mimpi besarnya berlaga di Benua Eropa. Pada 11 Maret 2018, striker asal Asam Kumbang, Medan, itu resmi diperkenalkan sebagai pemain klub Polandia, Lechia Gdansk, di Stadion Energa Gdansk. Meski demikian, Egy baru menandatangani kontrak pada 8 Juli lalu atau ketika ia berusia 18 tahun.
ADVERTISEMENT
Konpers Egy Maulana Vikri - Lechia Gdansk. (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konpers Egy Maulana Vikri - Lechia Gdansk. (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
Peristiwa lain yang tak kalah krusial dari keberhasilan Egy menjejak Eropa adalah sepak mula Liga 1 2018. Setelah mengalami beberapa penundaan, PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi menetapkan 23 Maret sebagai waktu kick-off kompetisi teratas sepak bola Indonesia itu. Dua tim berlabel juara, Bhayangkara FC (Liga 1 2017) dan Persija (Piala Presiden 2018), beradu kuat dalam laga pembuka Liga 1 2018 di SUGBK.
April: Kegaduhan Mulai Muncul di Sepak Bola Nasional
Kegaduhan mulai menyeruak di sepak bola nasional pada bulan keempat. Video cadaan beberapa pemain Persija berdurasi 24 detik menjadi hulu persoalan. Sekilas tak ada yang aneh dalam video yang menampilkan Gunawan Dwi Cahyo, Ahmad Syaifullah, dan Riko Simanjuntak itu.
ADVERTISEMENT
Namun, tiba-tiba keluar teriakan bernada rasial yang dialamatkan kepada salah satu kelompok suporter Persib, Viking. Alih-alih merasa bersalah, pemain yang terekam dalam klip tersebut justru ketawa terbahak-bahak. Akibatnya, rivalitas Viking dan The Jakmania kembali mencuat.
Untuk menyetop bola panas tersebut, pemain dan ofisial tim mengutarakan permohonan maaf. Direktur Utama Persija, Gede Widiade, pun melakukan hal serupa. Kendati begitu, Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan sanksi berupa denda sebesar Rp15 juta kepada pemain Persija yang terekam di video tersebut.
Aremania. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aremania. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Pada bulan yang sama, ada hal di luar nalar yang terjadi di sepak bola Indonesia. Seorang Aremania, Dhimas Duha Romli, menghembuskan napas terakhir akibat kerusuhan yang terjadi saat Arema FC menjamu Persib di Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu (15/4) dalam pekan keempat Liga 1 2018.
ADVERTISEMENT
Dhimas yang terluka akibat insiden itu tak mendapatkan perawatan medis. Keesokan harinya, Dhimas mengeluh nyeri di dadanya. Dan, pada Rabu (18/4), Dhimas menghembuskan napas terakhir. Sebelumnya, suporter Persebaya Surabaya, Micko Pratama, menjadi korban kekerasan orang tak dikenal dalam perjalanan pulang dari Bantul ke Sidoarjo usai menyaksikan laga ‘Bajul Ijo’ versus PS Tira di Stadion Sultan Agung, Sabtu (13/4).
Mei: Gol Handball sampai Aksi Kekerasan kepada Wasit
Cerita minor menyoal gol kontroversial terjadi ketika Persela Lamongan berhadapan dengan Persija dalam pekan ke sembilan di Stadion Surajaya. Saat laga memasuki menit 85, Diego Assis mencatatkan nama di papan skor. Akan tetapi, dilihat dari tayangan ulang, pemain asal Brasil itu memasukkan bola ke gawang Persija dengan menggunakan tangan.
ADVERTISEMENT
Insiden yang menyedot perhatian pecinta sepak bola Indonesia pada Mei tentu saja dua aksi kekerasan yang dilakukan suporter dan pemain kepada wasit. Aksi kekerasan pertama terjadi saat Persitema Temanggung menjamu PSIP Pemalang di Stadion Bhumi Pala dalam lanjutan Liga 3 Indonesia. Keputusan wasit yang mengesahkan gol kedua PSIP menjadi pemicunya.
Aksi kekerasan berikutnya terekam pada laga yang mempertemukan Persibara Banjarnegara vs Bhayangkara Muda. Kali ini, pemain Bhayangkara Muda, Manan Samara, menjadi pelaku setelah melayangkan bogem tepat ke wajah wasit karena tak terima dengan keputusan sang pengadil lapangan yang memberinya kartu kuning.
Wasit dihajar oleh pihak Persitema (Foto: Ig @imah_juayjhawa )
zoom-in-whitePerbesar
Wasit dihajar oleh pihak Persitema (Foto: Ig @imah_juayjhawa )
Juni: Ribut Suporter yang Berujung Pembatalan Laga
Ribut-ribut suporter dengan suporter terjadi menjelang laga Persija versus Persebaya pada lanjutan Liga 1 2018 di Stadion Sultan Agung Bantu, Minggu (3/6). Saling melempar batu dan benda keras antara The Jakmania dengan Bonek tak bisa dihindari. Imbas dari kerusuhan tersebut adalah pembatalan pertandingan.
ADVERTISEMENT
Juli: Kegagalan Timnas U-19 di Piala AFF
Tak perlu memandang Timnas U-19 sebagai tim butut setelah kalah dari Malaysia dalam babak semifinal Piala AFF U-19 2018 lewat drama adu penalti di Stadion Delta Sidoarjo pada 12 Juli silam. Pasalnya, performa skuat asuhan Indra Sjafri itu tergolong apik sepanjang fase grup.
Egy dan kolega mampu mencatatkan rentetan empat kemenangan beruntun atas Laos (1-0), Singapura (4-0), Filipina (4-1), dan Vietnam (1-0). Langkah Timnas U-19 terjegal pada laga pamungkas babak penyisihan grup usai keok 1-2 dari Thailand.
Sorotan lain pada bulan ketujuh tentu tertuju pada gol striker Borneo FC, Lerby Eliandry, ke gawang Persebaya dalam pekan kedelapan Liga 1 2018 di Stadion Segiri Samarinda yang beraroma tak sedap. Sebab, sebelum Lerby menyambut bola hasil umpan Marlo da Silva, ia lebih dulu berada di posisi offside. Itu jelas sekali. Untuk mengingatnya, mari simak video berikut ini.
ADVERTISEMENT
Agustus: Keberhasilan Timnas U-16 di Piala AFF
Timnas U-16 tampil memesona sepanjang Piala AFF U-16 2018. Sekuat-kuat apapun lawannya, Timnas U-16 tak terkalahkan. Dan sebaik-baiknya rekam jejak sang seteru, pasukan Fakhri Husaini itu tetap terdepan.
Sepanjang fase grup plus semifinal, David Maulana cs. selalu mengakhiri laga sebagai pemenangan. Catatan impresif Timnas U-16 tercantum pula pada jumlah gol yang menyentuh 22 atau rasio memasukkan mereka mencapai 3,6 per laga. Di partai final, Timnas U-16 menang adu penalti dengan skor 4-3 atas Thailand setelah bermain imbang 1-1 selama 80 menit. Tabik!.
Setelah Timnas U-16 menuntaskan turnamen terbesar se-Asia Tenggara itu, giliran Timnas U-23 memulai perjalanan di Asian Games 2018. Bagaimana hasilnya? Silakan simak pada rangkuman di poin selanjutnya.
ADVERTISEMENT
September: Dari Problem Kontrak Luis Milla sampai Haringga Sirla
Di Asian Games 2018, Milla gagal menuntaskan misi mengantarkan Timnas U-23 mejejak semifinal. Tapi, kegagalan itu tak lantas membuat Milla diganjar dengan celaan. Mengapa demikian? Karena eks pemain Barcelona itu dinilai berhasil mengeluarkan potensi Hansamu Yama Pranata dan kolega.
Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, pun mengambil keputusan untuk mempertahankan Milla sebagai juru taktik. Tapi, PSSI mengatakan bahwa negosiasi kontrak Milla tak mencapai kata sepakat, sehingga ia tak kunjung datang. Pernyataan berbeda dilontarkan asisten Milla, Miguel Gandia. Menurutnya, PSSI menganulir kontrak yang telah ditandatangi eks pelatih Spanyol U-21 tersebut.
Haringga Sirla. (Foto: Twitter/@alvinReparo)
zoom-in-whitePerbesar
Haringga Sirla. (Foto: Twitter/@alvinReparo)
Pembicaraan menyoal kontrak Milla belum selesai, muncul insiden yang mencoreng sepak bola Indonesia. Pada 23 September, Haringga Sirla meninggal dunia akibat dikeroyok oknum Bobotoh (sebutan suporter Persib) tiga jam sebelum laga 'Maung Bandung' vs Persija dimulai.
ADVERTISEMENT
Pria asal Cengkareng, Jakarta Barat, itu diteriaki sebagai 'The Jakmania'. Ia dikejar dan dihantam berkali-kali meski ia sudah tersungkur. PSSI maupun Kementerian Pemuda dan Olahraga mengambil langkah tegas dengan menyetop Liga 1 untuk sementara waktu. Tujuannya, agar kasus seperti Haringga tak terulang.
Oktober: Piala Asia U-19 dan Bima Sakti
Timnas U-19 mendapatkan lampu sorot pada Oktober. Pasukan Indra itu mampu menembus perempat final Piala Asia U-19 sekaligus menghidupkan asa berlaga di Piala Dunia U-20 Polandia. Akan tetapi, langkah Timnas U-19 terhenti seusai kalah 0-2 dari Jepang pada babak delapan besar di SUGBK.
Tak hanya Indra yang menyedot perhatian, Bima Sakti pun demikian. Pria asal Balikpapan itu diutus sebagai pelatih Timnas untuk Piala AFF 2018. Keputusan itu diambil pasca Komite Eksekutif (Exco) PSSI menggelar rapat. Meski ketetapan tersebut dinilai mengejutkan, PSSI menaruh harapan besar kepada Bima untuk memasukkan trofi Piala AFF ke dalam kabin.
ADVERTISEMENT
Ekspresi kekecewaan skuat 'Garuda Nusantara' usai kalah dari Jepang dalam perempatfinal Piala Asia U-19 2018. (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi kekecewaan skuat 'Garuda Nusantara' usai kalah dari Jepang dalam perempatfinal Piala Asia U-19 2018. (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
November: Titik Nadir Sepak Bola Nasional
Namun, nyatanya, Bima gagal. Timnas di bawah kepemimpinan Bima merepetisi rapor merah yang tercatat pada edisi 2007, 2012, dan 2014. Terasa lebih memilukan karena sepak terjang skuat 'Garuda' terhenti ketika fase grup menyisakan satu laga. Situasi tersebut baru kali pertama dialami Timnas di turnamen dua tahunan tersebut.
Timnas tak berprestasi, sepak bola Indonesia diguncang dugaan praktik jual beli pertandingan. Laga pamungkas Grup A babak 8 besar Liga 2 2018 yang mempertemukan PS Mojokerto Putera (PSMP) melawan Aceh United pada Senin (9/11/2018) memperlihatkan bagaimana match fixing berjalan.
Selain itu, manajer Madura FC, Januar Herwanto, mengalamatkan tudingan kepada anggota Exco PSSI, Hidayat. Dalam acara Mata Najwa bertajuk 'PSSI Bisa Apa?', Januar mengatakan, Hidayat sempat meminta Madura FC mengalah dari PSS Sleman dalam laga Liga 2 dengan ganjaran uang sebesar Rp100-150 juta.
ADVERTISEMENT
Pada program serupa, mantan runner match fixing atau sosok yang menjadi penghubung antara bandar judi dengan pemain, Bambang Suryo, melafalkan nama Vigit Waluyo sebagai salah satu dalang match fixing di Indonesia. Bambang bahkan mengatakan bahwa Vigit adalah aktor lama. Sejak itu, kepercayaan publik kepada PSSI mulai tergerus.
Desember: Penangkapan Terduga Pelaku Kasus Match Fixing
Sampai akhir 2018, match fixing masih menjadi isu panas yang terus dibahas. Pihak Kepolisian Republik Indonesia bahkan turun tangan dengan melakukan pemanggilan terhadap pemangku-pemangku kebijakan di ranah sepak bola nasional dan pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Anti Mafia Bola.
Gubernur Anies Baswedan dan pemain Persija saat pawai bersama dari Balaikota ke Sarinah. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Anies Baswedan dan pemain Persija saat pawai bersama dari Balaikota ke Sarinah. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
Pihak yang disebut terakhir bergerak cepat dan tegas dalam menindaklanjuti perkara pengaturan skor. Tengok saja sederet nama yang telah dipanggil seperti Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatos S Dewa Broto, dan Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria.
ADVERTISEMENT
Satgas Anti-Mafia Bola pun telah menetapkan empat nama sebagai tersangka. Mereka adalah anggota Exco PSSI, Johar Lin Eng, Prayitno, Anik Yuni Artika Sari, dan Dwi Irianto yang menjabat anggota Komisi Disiplin PSSI.
Sebelum isu pengaturan skor berdentum begitu keras, Persija memastikan diri sebagai kampiun Liga 1 2018 dan menggelar perayaan besar. Mereka mengarak trofi dengan iringan ratusan The Jakmania. Dua kasus itu mendapat sorotan tajam di akhir tahun.