Kapten Tim Berganti-ganti, Keseimbangan Brasil Terjaga

6 Juli 2018 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Brasil merayakan gol Paulinho. (Foto: REUTERS/Axel Schmidt)
zoom-in-whitePerbesar
Brasil merayakan gol Paulinho. (Foto: REUTERS/Axel Schmidt)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Timnas Brasil memang unik. Semakin unik ketika Tite, mantan pelatih Corinthians, mengambil alih kursi kepemimpinan Brasil pada 2016. Dia menerapkan sebuah kebijakan yang bikin orang bertanya-tanya, yaitu sering mengganti kapten di tiap pertandingan.
ADVERTISEMENT
Dalam ajang Piala Dunia 2018, Brasil tampil memukau. Dengan skuat yang lebih menyatu dan koherensi skuat yang lebih terjaga, mereka mampu melangkah sampai babak perempat final saat ini. Meksiko menjadi lawan terakhir yang mereka kalahkan di babak 16 besar dengan skor akhir 2-0.
Di balik penampilan apik Brasil sejauh ini, ada sebuah hal unik yang terjadi di tubuh Brasil. Dari empat laga yang sudah dilakoni Brasil di ajang Piala Dunia 2018, Brasil sudah berganti kapten sebanyak empat kali. Tiga pemain berbeda mengenakan ban kapten Brasil di empat laga berbeda.
Ketika melawan Swiss, Marcelo menjadi kapten Brasil. Ketika lawan Kosta Rika di laga kedua, ban kapten beralih kepada Thiago Silva. Ban kapten kembali beralih di laga ketiga melawan Serbia kepada Miranda. Pun dengan babak 16 besar saat ban kapten kembali ke lengan Thiago Silva. Kebiasaan mengganti kapten ini sudah dilakukan Tite sejak Brasil melakoni babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Amerika Selatan.
ADVERTISEMENT
Saat itu, setidaknya ada 11 nama yang pernah jadi kapten Brasil. Mereka adalah Thiago Silva, Marcelo, Filipe Luis, Fernandinho, Renato Augusto, Coutinho, Neymar, Paulinho dan Robinho. Langkah Tite ini berawal dari kebiasaannya kala melatih Corinthians. Di sana, dia juga kerap mengganti kapten beberapa kali. Dilansir Goal, dia mengungkapkan alasan di balik kapten yang sering berganti tersebut.
"Saya mempelajari bahwa kepemimpinan itu membutuhkan kualitas tertentu. Perilaku, (pemahaman) taktik, kemampuan teknis, dan cara berkomunikasi. Tidak semua pemain memiliki hal tersebut. Maka, saya coba setiap pemain mengenakan itu (ban kapten). Semua punya kesempatan untuk menunjukkan warna kapten mereka," ujar Tite.
Namun, apa memang maksud Tite memutar ban kapten beberapa kali hanya sebatas itu? Apa hanya sebatas memberikan kesempatan kepada setiap pemain merasakan panasnya ban kapten?
ADVERTISEMENT
***
Menjadi seorang kapten dalam tim olahraga manapun, termasuk tim sepak bola, bukanlah perkara mudah. Salaar Shamsi, dalam tulisannya di laman Bleacher Report, menyebut bahwa kapten tim sepak bola bukan hanya harus tenar atau dikenal oleh banyak orang.
Meski memang pada akhirnya kapten akan menjadi sosok yang dikenal karena mengenakan tanda khusus, berdiri paling depan ketika sebuah tim memasuki lapangan, serta berbicara dalam sesi jumpa pers mewakili pemain lain, ada atribut-atribut tertentu yang membuat sang pemain layak dianggap dan didapuk sebagai kapten.
Shamsi menyebut, ada beberapa aspek yang membuat seorang pemain layak menjadi kapten. Aspek-aspek tersebut dia bedah menjadi delapan poin terpisah, yaitu:
- Dapat bekerja sama dengan pemain lain.
ADVERTISEMENT
- Dapat menjadi jembatan antara pemain senior dan pemain muda.
- Menjadi "pemimpin garis depan", dapat menahan emosi, menggunakan segala pengalaman yang dia miliki untuk membawa tim sampai akhir pertandingan.
- Dapat juga mengontrol emosi semua pemainnya.
- Mengerti dan memahami pemain muda.
- Menciptakan aura kemenangan dalam tim, serta lapar akan trofi.
- Tak pernah menyalahkan pemain lain ketika tim menderita kekalahan.
- Memiliki hasrat yang besar untuk memimpin rekan-rekannya.
Marcelo dan Tite menjalani jumpa pers. (Foto: Marko Djurica/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Marcelo dan Tite menjalani jumpa pers. (Foto: Marko Djurica/Reuters)
Melihat atribut-atribut di atas, tampaknya tak mungkin semua pemain memiliki kedelapan atribut tersebut secara lengkap. Mengingat manusia adalah sosok tak sempurna, pasti ada satu atau dua atribut yang tak dimiliki oleh sang pemain.
Hal inilah yang disadari betul oleh Tite. Jika menyambungkan dengan komentarnya di atas soal setiap pemain punya kualitas masing-masing, keputusannya mengganti kapten dalam setiap laga terlihat seperti sebuah keputusan yang masuk akal. Tapi, tetap saja ada pertanyaan yang menyeruak. Apa tujuan Tite sampai mengganti kapten 11 kali selama babak kualifikasi, dan empat kali selama ajang Piala Dunia?
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab ini, maka kita perlu menilik sosok Tite yang suka akan keseimbangan. Hal ini dijelaskan dalam sebuah tulisan di The Guardian yang digubah oleh Nick Ames.
Dalam tulisannya, Ames menyebut bahwa Tite adalah sosok yang memang senang akan sesuatu yang tidak berlebihan. Dia adalah sosok yang tenang, serta memiliki kemampuan man-management yang apik. Kemampuan man-management-nya itu tampak usai laga melawan Serbia, kala dia mampu menenangkan sosok Roberto Firmino yang tidak mendapatkan jam bermain dalam laga tersebut.
"Saat itu, saya memeluk (Roberto) Firmino, dan mengatakan: "Kau bermain dengan baik. Maaf, seorang pelatih memang harus memilih pemain sesuai denan keadaan". Dia menjawab: 'Tak apa-apa, saya sangat bahagia.'. Tapi saya tahu, tak ada ekspresi 'sangat' itu di wajahnya," ujar Tite.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, Tite juga adalah sosok yang paham akan kemampuan pemain. Seperti istilah adil, menempatkan sesuatu sesuai dengan takaran dan kapabilitasnya, itulah yang dilakukan Tite di skuat Brasil yang sekarang, termasuk soal pemilihan kapten yang kerap berganti-ganti.
Kapten Brasil, Neymar, bersama Tite, sang pelatih. (Foto: Paulo Whitaker/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Kapten Brasil, Neymar, bersama Tite, sang pelatih. (Foto: Paulo Whitaker/Reuters)
Prinsip keseimbangan ini sudah dipelajari Tite sejak melatih Al-Ain, klub asal Uni Emirat Arab, pada 2007 silam. Jauh dari ingar-bingar sepak bola Amerika Selatan dan Eropa, Tite menemukan bahwa keseimbangan tim adalah salah satu elemen penting yang dapat menunjang keberhasilan tim. Di Piala Dunia 2018 ini, dia mempraktikannya dengan cara kerap mengganti kapten tim di setiap laga.
"Dulu, dia (Carlos Bianchi, mantan pelatih Velez Sarsfield dan Boca Juniors), pernah bilang kepada saya: Tite, salah satu aset dari tim yang hebat adalah kekuatan mental dan dapat menjaga fokus serta keseimbangan tim setiap waktu," ujar Tite.
ADVERTISEMENT
"Hal itu menempel dalam pikiran saya. Di tim yang saya asuh, saya selalu menerapkan ide yang sama: tidak boleh larut dalam euforia, tapi tidak juga takut kala. Jaga kepala tetap dingin dan tetap bermain kolektif sebagai sebuah tim," tambahnya.
***
Sekilas, ide Tite kerap mengganti kapten ini adalah ide yang aneh. Saat tim-tim lain berfokus pada satu pemain yang jadi kapten, dan baru diganti oleh wakilnya jika dia diganti di tengah lapangan, Tite malah mengganti kapten di setiap laga yang dilakoni Brasil. Selama dua tahun, hal ini sudah dia lakukan.
Namun, kita juga tak bisa menyalahkan langkah yang diambil Tite ini. Karena, menilik tujuannya untuk menjaga keseimbangan skuat Brasil yang bertabur bintang, mengganti ban kapten di setiap laga menjadi sebuah langkah tepat. Apalagi, sejauh ini hasilnya memihak kepada Tite. Brasil lolos sampai perempat final. Akan lebih menarik lagi, jika langkah Tite ini sukses sampai membawa Brasil di Piala Dunia 2018.
ADVERTISEMENT
Maka, sekarang mari kita menebak. Siapa yang akan jadi kapten Brasil dalam laga melawan Belgia nanti?