news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Karena Lini Serang Milan Tak Seharusnya Tumpul

29 Januari 2019 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Milik dan Piatek di akhir laga Milan melawan Napoli. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
zoom-in-whitePerbesar
Milik dan Piatek di akhir laga Milan melawan Napoli. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
ADVERTISEMENT
Jika ada satu hal yang paling membikin AC Milan kesulitan mengarungi musim kompetisi 2018/19, tumpulnya lini serang menjadi jawaban. Sejak Desember 2018, Milan sudah bertanding 11 kali di semua kompetisi. Namun, dari 11 pertandingan tersebut, tim besutan Gennaro Gattuso ini hanya sanggup mencetak gol di lima laga.
ADVERTISEMENT
Di pentas Serie A, ketiga pertandingan itu adalah saat melawan Parma, SPAL, dan Genoa. Sisanya, masing-masing di satu pertandingan melawan Olympiakos di Liga Europa dan Sampdoria di Coppa Italia. Bila ditotal, Milan mencetak sembilan gol dalam lima pertandingan tadi.
Untuk urusan mencetak gol, sudah menjadi rahasia umum bahwa Milan sangat bergantung pada Patrick Cutrone dan Suso. Keduanya menjadi pemain Milan dengan torehan gol terbanyak dalam tiga kompetisi. Kita harus mencoret nama Gonzalo Higuain dari daftar karena ia sudah hengkang ke Chelsea. Yaaah... walaupun baru, sih.
Cutrone mencetak sembilan gol dengan rincian tiga gol Serie A, empat gol Liga Europa, dan dua gol Coppa Italia. Sementara, Suso menorehkan enam gol: lima gol Serie A dan satu gol Liga Europa.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam lima pertandingan yang sudah disebutkan tadi, Cutrone hanya mencetak gol di dua pertandingan sementara Suso di satu pertandingan. Sisanya, menjadi milik Fabio Borini, Samu Castillejo, Cristian Zapata, dan Franck Kessie.
Walaupun Zapata dan Kessie tidak bermain sebagai penyerang, menyebut Milan sebagai tim yang punya skema alternatif saat penyerang mandek mencetak gol juga tidak tepat. Gol Kessie di laga melawan Parma itu terjadi lewat eksekusi tendangan penalti. Sementara, keberhasilan Zapata mencetak gol ke gawang Olympiakos dalam laga perebutan tempat di babak 32 besar itu berawal dari sepak pojok Hakan Calhanoglu.
Lantas yang menjadi pertanyaan, apakah Milan punya harapan untuk membobol gawang Napoli?
Jawaban normatifnya, tentu ada. Namun, atas segala hal yang terjadi di muka Bumi ini, termasuk di atas lapangan bola, ‘mengapa’ jauh esensial ketimbang ‘apa’. Dari sini, kita bisa bertanya: Mengapa Milan masih punya harapan macam tadi?
ADVERTISEMENT
Perhatikan Bakayoko
Laga melawan Napoli di Serie A menjadi bukti bahwa Tiemoue Bakayoko adalah aset berharga buat Milan. Singkirkan sejenak kegagalan Milan mencetak gol sebiji pun di pertandingan ini. Melawan Napoli yang bermain dalam skema 4-4-2, Milan melakoni laga dalam formasi 4-3-3. Bakayoko berperan sebagai gelandang tengah, diapit oleh Lucas Paqueta dan Kessie.
Sistem sepak bola modern yang biasanya membuat lini pertahanan sebagai hulu serangan juga diterapkan Gattuso di pertandingan itu. Pressing ketat yang dilakukan pemain-pemain bertahan Napoli menyisakan lubang karena pada dasarnya kuantitas mereka kalah dari jumlah pemain Milan yang harus dijaga.
Empat pemain bertahan Napoli akan menjaga dua penyerang Milan plus Kessie dan Paqueta. Akibatnya, Bakayoko menjadi pemain yang tak terkawal. Kecenderungan di pertandingan itu, pemain Milan yang menguasai bola, tapi sudah mulai merasa terjepit dengan kawalan penggawa Napoli, akan mengoper bola kepada Gianluigi Donnarumma.
ADVERTISEMENT
Duel antara Albiol dan Bakayoko. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
zoom-in-whitePerbesar
Duel antara Albiol dan Bakayoko. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
Salah besar jika menyangka serangan mereka putus karena inilah yang menjadi awalnya. Nilai plusnya, Donnarumma dan Bakayoko punya koneksi yang baik di pertandingan itu. Menyadari rekannya itu punya ruang gerak yang bebas, Donnarumma mengumpan kepada Bakayoko. Begitu Bakayoko mendapat bola, otomatis penjagaan mulai beralih kepadanya.
Lambatnya transisi penjagaan pemain Napoli memberikan waktu yang cukup bagi Bakayoko untuk melepaskan bola kepada bek tengah mereka, Mateo Musacchio. Bakayoko yang memang mengambil jarak cukup rapat dengan lini pertahanan akan menggantikan tugas Musacchio untuk sementara, setidaknya sampai bola itu diterima oleh pemain sayap.
Karena kemenangan tidak hanya diciptakan dari mencetak gol sebanyak-banyaknya, tapi juga mencegah agar lawan tidak bisa membobol gawang, peran Bakayoko dalam menggalang pagar pertahanan yang mengacaukan umpan juga patut diapresiasi. Contohnya terlihat di laga melawan Juventus di Supercoppa Italiana. Gattuso menginstruksikan anak-anak asuhnya untuk membentuk dua garis pertahanan, artinya mengubah formasi 4-3-3 menjadi 4-5-1.
ADVERTISEMENT
Bakayoko akan mengomandoi dua gelandang tengah dan dua pemain sayap untuk membentuk garis pertama di depan garis pertahanan sejajar yang disii oleh keempat bek. kedua garis ini dibentuk untuk mengapit pemain-pemain Juventus yang menjadi pilihan umpan si pembawa bola. Harapannya, kalaupun aliran bola Juventus tidak langsung mati, setidaknya Milan bisa mengacaukannya.
Memahami Pemahaman Ruang Paqueta
Milan seharusnya sadar, menggembar-gemborkan pemain baru bisa jadi sikap naif. Higuain dan segala dramanya menjadi pelajaran penting bagi Milan. Tapi, di tengah situasi tak sedap macam ini, kenaifan kadang menjadi amunisi yang baik untuk memantik semangat. Jadi, ya, kita ampuni Milan untuk sikapnya yang satu ini.
Keberadaan Paqueta di pertandingan itu memberikan Milan opsi yang lebih baik menyoal penyerangan dari area kiri half-space. Umpan-umpan pendek dan kontrol bolanya dapat diandalkan. Tapi, yang paling menyenangkan untuk disimak adalah kombinasinya dengan Calhanoglu walaupun cuma berjalan selama 69 menit. Koneksi keduanya terjalin baik karena mereka acap mengambil jarak yang tak terlalu jauh.
ADVERTISEMENT
Dalam potongan pertandingan di bawah terlihat bagaimana Calhanoglu memulai pergerakannya dengan melepaskan bola kepada Paqueta yang mengambil posisi sejajar dengannya. Karena kontrol bolanya baik, Paqueta tidak memerlukan banyak sentuhan untuk memberikan bola kepada Cutrone yang mengambil posisi di belakang pemain Napoli. Yang disayangkan memang tetap penyelesaian akhir. Di momen ini, Cutrone melepaskan tembakan jauh yang melebar dari gawang.
Koneksi Calhanoglu dan Paqueta di laga Milan vs Napoli (Foto: Dok. TotalFootballAnalysis)
zoom-in-whitePerbesar
Koneksi Calhanoglu dan Paqueta di laga Milan vs Napoli (Foto: Dok. TotalFootballAnalysis)
Di bawah ini adalah contoh lain dari pemahaman Paqueta tentang ruang. Milan sedikit memutar sayap mereka dan di sini kita melihat bagaimana Suso (kuning) bergerak jauh dari sayap kanan. Menyadari itu, Paqueta (putih) bergerak lebih tinggi untuk memungkinkan Suso mengeksploitasi ruang tadi. Selain itu, Calhanoglu (hitam) tetap melebar untuk menciptakan dua opsi passing untuk Rodriguez, si pembawa bola. Ini adalah posisi dan pergerakan yang sangat pintar dari gelandang serang Milan.
ADVERTISEMENT
Peran Paqueta, Cutrone, dan Suso di laga Milan vs Napoli (Foto: Dok. TotalFootballAnalysis)
zoom-in-whitePerbesar
Peran Paqueta, Cutrone, dan Suso di laga Milan vs Napoli (Foto: Dok. TotalFootballAnalysis)
Pesan untuk Piatek: Jangan Ulangi Kesalahan Higuain
Pada dasarnya, Milan memiliki bangunan serangan yang menjanjikan. Namun, persoalan Milan masih klasik: penyelesaian akhir. Di laga melawan Napoli tersebut, Milan kerap kesulitan untuk menembus area penalti lawan yang merupakan wilayah strategis untuk melepaskan penyelesaian akhir. Bagaimana caranya agar bangunan serangan itu tak sia-sia itu yang harus diselesaikan para penyerang.
Cutrone dan Suso dengan torehan gol terbanyak memang acap menjadi pusat serangan. Selama Higuain masih bermain, penyerang asal Argentina itu juga acap digadang-gadangkan sebagai pencetak gol ulung. Namun, persoalannya, Suso atau Cutrone sering tak memiliki koneksi yang baik dengan Higuain.
Masih segar dalam ingatan Milanisti, bahwa sejatinya Gatusso lebih menginginkan Suso berperan sebagai pelayan Higuain ketimbang berambisi mencetak gol. Tapi, bukan Suso namanya bila tak membantah. Alih-alih memberikan banyak peluang kepada Higuain, ia lebih suka untuk menyelesaikannya sendiri walau dalam momentum tak oke.
ADVERTISEMENT
Namun, mandeknya serangan juga tidak bisa dilepaskan dari penempatan posisi Higuain yang keliru. Paling kentara di laga melawan Sampdoria teranyar. Di awal-awal babak kedua, Milan sebenarnya memiliki bangunan serangan yang menjanjikan untuk memecah kebuntuan.
Dalam momen tersebut, ia tampil sebagai penyerang tengah yang tidak bisa bergerak cepat melepaskan diri dari penjagaan dua bek tengah. Higuain tidak bermain sebagai pemain yang punya kecepatan di belakang garis pertahanan. Tak heran, jika ia terus berputar-putar di depan dua bek tengah yang celakanya juga dibantu oleh Albion Ekdal sebagai gelandang terdalam Sampdoria.
Higuain tak menawarkan kecepatan untuk melepaskan diri dari tekanan di laga vs Sampdoria. (Foto: Cuplikan pertandingan Youtube.)
zoom-in-whitePerbesar
Higuain tak menawarkan kecepatan untuk melepaskan diri dari tekanan di laga vs Sampdoria. (Foto: Cuplikan pertandingan Youtube.)
Bagaimana menjadi pemain yang tak cuma mengancam saat memegang bola, tapi memiliki kecepatan tinggi sehingga bisa membantu mengendurkan pressing lawan menjadi kualitas yang seharusnya ada dalam Piatek kalau ia memang diturunkan Gattuso di laga melawan Napoli. Terlebih, kita semua tahu agresivitas pemain bertahan Napoli. Terlebih, Piatek sendirilah yang menjanjikan bahwa kedatangannya dapat menjadi solusi bagi tumpulnya lini penyerangan Milan.
ADVERTISEMENT
*** Pertandingan perempat final Coppa Italia antara AC Milan dan Napoli akan digelar di Stadion San Siro pada Rabu (30/1/2019). Sepak mula akan berlangsung pada pukul 02:45 WIB.