Karena Ranieri adalah Sumber Inspirasi Sarri

1 Desember 2018 15:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maurizio Sarri, manajer baru Chelsea. (Foto: Reuters/John Sibley)
zoom-in-whitePerbesar
Maurizio Sarri, manajer baru Chelsea. (Foto: Reuters/John Sibley)
ADVERTISEMENT
Jelang pertemuan antara Chelsea dan Fulham di pekan ke-14 Premier League, Minggu (2/12/2018) malam WIB, Maurizio Sarri justru memberi pujian kepada pelatih anyar The Cottagers, Claudio Ranieri. Bagi Sarri, Ranieri adalah sosok yang menginspirasi dalam perjalanannya meniti karier sebagai pelatih.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa alasan, memang, karena Sarri mengaku telah mengkuti kiprah Ranieri saat menukangi Fiorentina pada kurun waktu 1993-1997. Tak cuma soal pembawaan sebagai sosok pemimpin, Sarri terkagum pada taktik dan cara Ranieri membangun kariernya di dunia kepelatihan.
Dalam masa pengabdiannya di La Viola, Ranieri berjasa membawa tim ini promosi ke Serie A pada 1993/94. Gelar Coppa Italia dan Supercoppa Italia pun dipersembahkannya pada 1996. Selain itu, dari ketekunan Ranieri pula, pemain-pemain hebat macam Gabriel Batistuta, Rui Costa, hingga Francesco Baiano muncul ke permukaan.
"Tentu saja dia adalah sosok yang inspiratif. Saya pernah berbicara denganya ketika dia masih melatih Fiorentina sekitar 20 tahun yang lalu, ya, atau lebih mungkin. Saya juga sering melihat ketika proses latihan sedang berlangsung," kata Sarri dilansir Goal.
ADVERTISEMENT
"Saya tinggal di dekat Florence, sangat dekat dengan stadion (Artemio Franchi). Saya juga saat itu tengah melatih tim di Serie D, jadi mudah sekali buat saya datang melihat latihan karena melatih tim kecil, Antella, di bagian selatan Florence. Tempat saya sangat dekat dengan pusat latihannya," kenang eks pelatih Napoli itu.
Guard of Honour untuk Ranieri di ujung 2015/2016. (Foto: Eddie Keogh/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Guard of Honour untuk Ranieri di ujung 2015/2016. (Foto: Eddie Keogh/Reuters)
Dua dekade lebih setelah fragmen itu terjadi, Sarri akhirnya dihadapkan pada momen saling bersaing di Premier League dengan Ranieri. Sarri mafhum bahwa Ranier lebih berpengalaman dalam mengecap kompetisi sepak bola tertinggi di Inggris ini karena pernah membesut Chelsea pada kurun waktu 2000-04.
"Saya sudah berbicara dengan Ranieri sebanyak tiga kali dalam sebulan terakhir, bahkan kemarin juga. Dia datang ke Cobham (pusat latihan Chelsea) untuk melihat dua sampai tiga sesi latihan. Dia berbicara dengan saya dan juga Gianfranco Zola."
ADVERTISEMENT
Setelah meninggalkan Inggris selama satu dekade lamanya, Ranieri kembali pada 2015 untuk membesut Leicester City. Taji dari sosok berusia 67 tahun itu langsung terlihat dengan membawa Leicester --yang saat itu merupakan tim promosi-- keluar sebagai kampiun Premier League 2015/16.
Tapi, naik-turunnya performa Leicester membuat Ranieri pada akhirnya kembali meninggalkan Inggris pada 2017. Kendati begitu, hanya satu tahun berselang, Fulham yang tengah berada di dasar klasemen mendatangkan Ranieri.
Ranieri memimpin Fulham di laga melawan Southampton. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
zoom-in-whitePerbesar
Ranieri memimpin Fulham di laga melawan Southampton. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
Pada laga perdananya melawan Southampton, Ranieri menghadirkan kemenangan 3-2 yang sekaligus memutus tren buruk Fulham karena sebelumnya nirkemenangan di sembilan laga beruntun Premier League. Sarri menganggap ini sebagai sebuah ancaman buat Chelsea, apalagi ia menilai Ranieri punya tipikal bermain dengan pertahanan rapat.
ADVERTISEMENT
"Biasanya, tim yang dilatih oleh Ranieri bermain dengan solid. Mereka pun biasanya punya pertahanan yang sangat bagus, terkadang bisa kendur, tapi secara keseluruhan apik. Biasanya juga tim yang dia latih berbahaya di serangan balik, seperti di Leicester dulu, tapi tak cuma Leicester, ya," pungkas Sarri.
Tapi, Sarri dan Chelsea punya modal positif untuk menghadapi Fulham, karena Ranieri memiliki rekor yang tidak terlalu impresif ketika menghadapi 'Si Biru' sebagai pelatih tim Premier League. Bersama Leicester, Ranieri sempat bertemu Chelsea empat kali. Dari sana, dia hanya bisa menang sekali, imbang sekali, dan kalah dua kali.