news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kata Ibra, Rashford Sekarang Lebih Komplet... Benarkah Begitu?

20 Maret 2019 15:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marcus Rashford latihan di Aon Training Complex jelang pertandingan Liga Champions melawan PSG. Foto: Reuters/Jason Cairnduff
zoom-in-whitePerbesar
Marcus Rashford latihan di Aon Training Complex jelang pertandingan Liga Champions melawan PSG. Foto: Reuters/Jason Cairnduff
ADVERTISEMENT
"Saya pikir dia (Marcus Rashford) sangat potensial dan memiliki masa depan cerah bersama Manchester United. Lebih-lebih, dia berasal dari akademi. Saya pikir ia (punya potensi) tak terbatas."
ADVERTISEMENT
Ungkapan di atas diutarakan oleh Zlatan Ibrahimovic dalam wawancaranya kepada The Mirror. Eh, bukannya Ibra adalah sosok arogan yang jarang memuji orang lain?
Jadi kalau begitu, kita seharusnya menelaah dengan baik puja-puji Ibra yang jarang-jarang ini. Tentang potensi Rashford dan masa depannya yang cerah bersama United.
Ibrahimovic saat masih berseragam MU. Foto: Carl Recine/Reuters
Rashford, sejak awal kemunculannya di edisi 2015/16, sudah dipuja-dipuja. Dua gol yang disarangkan ke gawang Arsenal dalam laga debutnya. Yes, usianya saat itu baru 17 tahun, sama persis di mana Wayne Rooney mencetak dwigol pertamanya di Premier League.
Pemain yang mengidolakan Ronaldo Luis Nazario de Lima itu pun menutup musim perdananya dengan ciamik lewat torehan 5 gol dan 2 assist yang hanya dibuatnya dalam 11 kesempatan.
ADVERTISEMENT
Meski, yah, Rashford masih mengalami problematika seorang penyerang sayap: Ketajaman. Lebih rincinya, ia masih dilanda kebimbangan dalam pengambilan keputusan--menunjukkan ia belum begitu matang--plus penyelesaian akhir yang kurang baik. Ya, mirip-mirip dengan masalah yang dialami Raheem Sterling di awal kepindahannya ke Manchester City.
Para pemain United merayakan gol Rashford. Foto: Reuters/Carl Recine
Melompat ke masa sekarang, Rashford telah berevolusi menjadi lebih baik. Taringnya semakin tajam, pergerakannya juga kian menyengat. Label sebagai penyerang alternatif telah ditanggalkan, beralih status menjadi striker utama.
Siapa pula yang bakal menyangka bila United bakalan bertumpu kepada pemain 21 tahun sebagai penyerang utama? Ya, hingga Premier League pekan 27, Rashford menjadi penyerang dengan sumbangsih gol tertinggi di angka 9.
Begini, moncernya Rashford tak terlepas dari keputusan Ole Gunnar Solskjaer untuk menurunkannya sebagai penyerang tengah. Rashford pun sukses menjawab kepercayaan itu lewat 6 gol yang dibuatnya di Premier League, dua kali lipat dari jumlah golnya di rezim Jose Mourinho.
ADVERTISEMENT
Jesse Lingard pernah membocorkan bahwa Solskjaer memberikan pelatihan khusus soal finishing kepada Rashford kala pemusatan latihan di Dubai pada awal tahun ini.
Ini jelas signifikan. Solskjaer berbeda dengan Louis van Gaal dan Mourinho. Ia pernah terjun dan bermain sebagai penyerang United. Satu hal yang amat berharga dari Solskjaer: Efektivitas.
Tengok saja bagaimana Solskjaer berhasil mengemas 18 gol dalam 33 laga dalam debutnya di Premier League musim 1996/97. Padahal saat itu United punya deretan penyerang sekelas Eric Cantona, Andy Cole, dan penyerang veteran macam Brian McClair.
Oh, ya, jangan lupakan jika Rashford punya 'ketenangan' sekarang. Bagaimana ia dengan mantap mengeksekusi tendangan penalti ke gawang Paris Saint-Germain pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions lalu jadi buktinya. Gol yang sekaligus mengantar United ke fase perempat final.
ADVERTISEMENT
Solskjaer mengenakan rompi pemain cadangan di pinggir lapangan. Foto: Christian Hartmann/Reuters
Eh, tapi bukan perkara mencetak gol doang yang membuat Rashford layak menjadi sandaran United. Adalah transformasinya menjadi sosok pengakomodir serangan yang jadi nilai plusnya saat ini, sebagaimana yang diakui Ibra.
"Pada awalnya dia lebih bermain individu--sekarang dia bermain lebih kolektif. Dia memanfaatkan kualitasnya lebih kepada tim, bukan lagi untuk diri sendiri," lanjut Ibra.
Fakta gamblangnya terpapar lewat torehan assist-nya di ajang liga. Sudah 6 assist yang dibuatnya di musim ini, hanya tiga assist lebih sedikit dari Paul Pogba sebagai kreator utama United.
Torehan assist Rashford itu juga menjadi yang tertinggi sepanjang kariernya (sejauh ini). Tentu saja berpotensi besar untuk bertambah mengingat masih ada delapan laga Premier League tersisa.
ADVERTISEMENT
Hal itu terkait erat dengan fluiditas sistem Solskjaer, khususnya di area depan dan sektor gelandang. Di mana sisi tepi menjadi jalur utama serangan United, berbeda dengan era Mourinho yang mengandalkan skema direct.
Mau tak mau, sistem tersebut membuat Rashford aktif bermain ke dalam untuk menjemput bola dan juga membaginya lebih intens. Itulah mengapa kuantitas umpan per laga mengalami peningkatan dibanding musim-musim sebelumnya.
Menurut WhoScored, di musim ini Rashford sudah mengemas 18,8 umpan per laga--torehan tertinggi di antara edisi sebelumnya. Pun demikian dengan umpan kunci yang menyentuh angka 1 bila dirata-rata, juga menjadi catatan terbaiknya.
Selebrasi gol Rashford ke gawang PSG. Foto: Reuters/John Sibley
So, pujian Ibra tak bisa disalahkan sepenuhnya. Rashford memang layak untuk menjadi pemain masa depan United. Bila masih belum percaya, ingatlah bahwa Ibra adalah sosok arogan yang tidak mudah umbar pujian.
ADVERTISEMENT