Kata para Pemain soal Kepelatihan Simon McMenemy di Timnas Indonesia

9 Maret 2019 12:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pemain timnas senior Indonesia melakukan pemanasan dalam sesi latihan di Stadion Madya, Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (8/3). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pemain timnas senior Indonesia melakukan pemanasan dalam sesi latihan di Stadion Madya, Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (8/3). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Dua setengah jam lamanya Timnas Indonesia menggelar latihan yang diikuti oleh 26 pemain. Pelbagai menu latihan, mulai dari fisik, taktik, sampai teknik, dilahap seluruhnya oleh para penggawa 'Garuda'. Setelahnya, pelatih Simon McMenemy menutup dengan simulasi pertandingan.
ADVERTISEMENT
Latihan yang berlangsung di Stadion Madya, Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta Pusat, pada Jumat (8/3/2019) malam WIB merupakan bagian dari persiapan menuju laga uji tanding menghadapi Myanmar, 25 Maret mendatang.
Latihan kali ini juga menjadi hari kedua para pemain menjalani program latihan dari McMenemy. Para pemain pun sudah memiliki persepsinya sendiri soal gaya melatih pria asal Skotlandia tersebut.
Alsan Sanda
Ini merupakan kali pertama pemain milik Bhayangkara FC ini berseragam Timnas Indonesia. Setelah bermain gemilang bersama The Guardians selama dua musim dengan catatan 24 penampilan pada musim 20017 dan 27 kali bermain di musim berikutnya, namanya kemudian masuk dalam daftar 27 pemain yang diumumkan McMenemy akhir Februari lalu.
ADVERTISEMENT
Beroperasi di sisi kiri, pemain 26 tahun bukan tanpa saingan. Nama-nama macam Ruben Sanadi dan Ricky Fajrin sudah pasti jadi nama lain yang akan dipertimbangkan oleh McMenemy.
Alsan (kanan) berduel dengan B.V Telaubun di laga Bhayangkara FC vs Persipura. Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta/ama
Ruben, misalnya. Kendati sudah lama tak bermain bersama Timnas Indonesia, selama musim 2017 lalu, pemain asal Papua ini tampil apik bersama Persebaya Surabaya dengan catatan 28 penampilan dan tujuh kali mencatatakan assist. Sebelum berseragam 'Bajul Ijo', pemain 32 tahun juga jadi pilihan utama di Persipura Jayapura dengan catatan 26 penampilan, 2 assist, dan 1 gol.
Kemudian, Ricky Fajrin. Sejak 2017 lalu pemain milik Bali United ini sudah menjadi pilihan Timnas U-23 di bawah asuhan pelatih Luis Milla. Dua ajang besar sekelas SEA Games dan Asian Games sudah diikutinya. Bahkan, Ricky akhirnya dipanggil ke Timnas senior untuk bertanding di Piala AFF 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Nah, Alsan sendiri, di bawah asuhan McMenemy, mengaku beruntung. Sebab, dia dan sang pelatih memang sudah saling kenal. ''Ini jadi pengalaman berharga tentunya. Saya dan Coach McMenemy sudah dua tahun bekerja sama dan saya pikir tak akan kesulitan untuk urusan adaptasi taktik dan permainan," katanya.
''Hanya, saya harus segera beradaptasi dengan para pemain lain. Jika biasa kami bertemu sebagai lawan, saat ini kami bekerja sama. Tetapi ini hanya masalah waktu untuk beradaptasi dan saya kira itu tidak terlalu sulit karena ada Coach Yeyen (Tumena, asisten pelatih) yang bantu saya untuk beradaptasi,'' tambah Alsan.
Ilija Spasojevic
Spasojevic sempat berseragam Timnas Indonesia spada 2017 lalu. Bahkan pemain Bali United ini sudah membela Timnas Indonesia untuk usia 23 tahun dan ikut ambil bagian di ajang Aceh World Solidarity Cup di bawah asuhan pelatih Luis Milla.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, pada 2018, pemain yang karib disapa Spaso ini tak lagi berseragam Timnas Indonesia. Dia disingkirkan oleh Alberto Goncalves dan gagal membela Timnas U-23 di ajang Asian Games, Agustus 2018 lalu.
Ilija Spasojevic Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Setahun tak berseragam Timnas, Spaso akhirnya kembali ketika estafet kepelatihan berganti dari Milla menjadi McMenemy. Bukan tanpa sebab kiranya eks pelatih Timnas Filipina itu memanggilnya. Sebab, Spaso adalah mantan anak asuhnya di Bhayangkara.
Selain faktor kerja sama, selama di Bali United, dari 28 penampilan Spaso mampu mencetak 9 gol dan 4 assist di Liga 1 untuk musim 2018. Selain di kompetisi lokal, Spaso juga mencetak 4 gol saat Bali United berlaga di ajang Kualifikasi Liga Champions dan Piala AFC tahun lalu.
ADVERTISEMENT
''Senang bisa kembali ke Timnas Indonesia karena saya akan selalu siap ketika negara membutuhkan tenaga saya. Dan untuk membayar kepercayaan ini saya akan mengeluarkan kemampuan terbaik yang saya punya,'' ujar Spaso.
Andik Vermansah
Andik sudah jadi langganan Timnas Indonesia sejak 2012 lalu. Pernah bekerja sama dengan beberapa pelatih macam Nil Maizar, Alfred Riedl, Luis Milla, hingga Bima Sakti nama pemain asal Madura United kadung menjadi ikon 'Merah Putih' untuk sisi sayap.
Segala reputasi yang dimiliki Andik juga sejalan dengan catatan penampilannya. Lima musim berlaga di Liga Super Malaysia untuk Selangor FA dan Kedah FA, Andik berhasil mencatatkan total 85 penampilan dan 13 gol. Catatan Andik juga kian menterang sejak memutuskan pulang kampung ke Indonesia dan bermain untuk Madura United.
ADVERTISEMENT
Sejak didatangkan ke Stadion Bangkalan, Madura, Andik sudah mencatatakan tiga penampilan. Dua di Piala Indonesia dan satu di Piala Presiden 2019 dengan sumbangan satu gol.
Andik Vermansah setelah pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Timor Leste di AFF Suzuki Cup 2018, Gelora Bung Karno, Jakarta. Foto: Helmi Afandi/kumparan
''Bersama Coach McMenemy kesan pertama yang saya dapati adalah dia adalah sosok pelatih yang santai. Tapi beliau adalah pelatih yang disiplin yang sangat tinggi,'' tutur Andik.
''Tetapi untuk taktik bermain, jujur saja saya belum memahami betul. Wajar kiranya karena baru dua hari gabung latihan juga dan sebisa mungkin saya akan segera beradaptasi dengan cepat dengan gaya kepelatihan beliau,'' sambungnya.
Fachrudin Aryanto
Sosok palang pintu milik Madura United juga bukan nama baru di Timnas Indonesia. Sejak 2012 lalu, Fachrudin sudah memulai kiprah Timnas di ajang Piala AFF. Akan tetapi, minimnya kesempatan bermain membikin ia kerap menjadi deputi Achmad Jufriyanto, Hamka Hamzah, hingga M. Roby.
ADVERTISEMENT
Kegemilangan pemain didikan PSS Sleman ini mulai bersinar saat membela Timnas Indonesia di Piala AFF 2016. Di bawah asuhan Riedl, Fachrudin menjadi palang pintu bersama Hansamu Yama Pranata. Pun di Piala AFF edisi terakhir saat dilatih oleh Bima Sakti, nama pemain 30 tahun juga belum tergantikan di lini belakang.
Tak hanya gemilang di Timnas Indonesia, di level klub pun ia juga menjadi pilihan utama Madura United dengan catatan 29 penampilan di musim 2017 dan 23 penampilan di musim berikutnya. Dari sana, dia sanggup mengemas 4 gol dan 2 assist.
Nah, bersama McMenemy, Fachruddin mengaku masih meraba-raba terkait filosofi bermain. Akan tetapi, bukan masalah besar baginya untuk segera beradaptasi.
Fachrudin Aryanto berduel udara dengan pemain Thailand Foto: ANTARAFOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
''Memang kami belum mengetahui bagaimana gaya melatih McMenemy karena baru sebatas tahapan pengenalan saja dua hari ini. Saya juga memahami setiap pelatih memiliki filosofi melatih tersendiri, walaupun berbeda-beda kami sebagai pemain harus bisa memahaminya,'' ujar Fachrudin.
Yustinus Pae
Dari 27 nama yang dipanggil oleh McMenemy ke Timnas Indonesia, ada beberapa pemain yang datang dari Tanah Papua. Mereka adalah Ruben Sanadi, Arthur Bonai, dan terkahir adalah Yustinus Pae.
Usianya yang sudah menginjak 35 tahun nyatanya bukan alasan McMenemy tak memanggilnya. McMenemy berargumen bahwa pemain senior layaknya asisten pelatih karena pengalaman mereka bisa membantu pemain muda.
Menyikapi argumen sang juru latih, penggawa Persipura Jayapura yang berposisi sebagai bek kiri ini tak ragu menjawab tantangan sang juru latih.
ADVERTISEMENT
''Di sini ada kombinasi pemain muda dan senior, ini jadi pilihan yang bagus karena yang dipanggil juga pemain-pemain yang sudah kaya pengalaman,'' kata Yustinus.