Ke manakah Persipura yang (Tangguh) Dahulu?

22 Mei 2019 19:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesepakbola Persipura Jayapura Boaz E. Salossa bersama pesepakbola Persib Bandung Supardi Nasir mengejar bola. Foto: Antara/M Agung Rajasa
zoom-in-whitePerbesar
Pesepakbola Persipura Jayapura Boaz E. Salossa bersama pesepakbola Persib Bandung Supardi Nasir mengejar bola. Foto: Antara/M Agung Rajasa
ADVERTISEMENT
Hampir semua klub Liga 1 melakukan peluncuran tim sekaligus jersi baru guna menghadapi musim kompetisi 2019. Borneo FC dan PSS Sleman, misalnya, dengan meriahnya mengadakan peluncuran tim dan jersi di stadion kebanggaan masing-masing. Begitu pula dengan Arema FC, PSIS Semarang, dan PSM Makassar.
ADVERTISEMENT
Namun, di ujung timur sana, tak tampak keriuhan serupa. Persipura Jayapura, klub kebanggan masyarakat Papua, bahkan tak memiliki jersi baru. Tak hanya itu, 'Mutiara Hitam' juga terhitung agak telat mempersiapkan tim untuk mengarungi musim 2019.
Usut punya usut, keterbatasan anggaran ternyata menjadi alasan utama mereka. Sebagaimana diketahui, hingga saat ini Persipura baru memiliki dua sponsor, yaitu Bank Papua dan PT Freeport, dan nominal total 17,5 miliar yang diperoleh dari dua sponsor tersebut dianggap tak cukup untuk membiayai peluncuran tim.
Meski begitu, Ketua Umum Persipura, Benhur Tomi Mano, mengatakan bahwa peluncuran tim masih mungkin mereka lakukan kendati Liga 1 musim ini sudah berjalan. Dengan catatan, kata dia, ada sponsor yang siap membantu.
ADVERTISEMENT
Todd Rivaldo (kanan) berduel dengan penggawa Bhayangkara FC, Jajang Mulyana (tengah) dan Indra Kahfi (kiri) Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta/ama.
Apa yang dialami Persipura musim ini sejatinya bukan hal yang asing bagi mereka. Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, Persipura selalu dihadapkan dengan masalah serupa. Dampaknya, mereka tak hanya terpaksa selalu absen menggelar peluncuran tim, tetapi juga kerap kesulitan mempertahankan para pemain andalan, merancang skuat, serta membiayai operasional tim pada tiap musimnya.
Pada 2017, misalnya, mereka baru bergerak merancang tim untuk mengarungi Liga 1 tatkala sudah memasuki Februari atau hanya sebulan jelang kick-off, sedangkan tim-tim lain bahkan sudah ada yang terbentuk sejak akhir Desember. Beruntung, prestasi Persipura pada musim itu tak begitu jeblok setelah finis di posisi ke-6, meski memang terlihat menurun bila dibandingkan dengan musim sebelumnya ketika mereka menjadi juara Indonesia Soccer Championship A.
ADVERTISEMENT
Tahun berikutnya, kondisi Persipura semakin memburuk. PT Freeport yang pada 2017 sempat meninggalkan mereka memang kembali masuk sebagai sponsor, tetapi itu tak serta-merta mereduksi masalah yang ada.
Persoalan finansial Persipura lumayan kentara manakala mereka terpaksa absen dari beberapa turnamen pramusim semacam Piala Presiden dan Piala Gubernur Kaltim. Ditambah, sejumlah pemain andalan mereka juga memutuskan hengkang jelang Liga 1 2018 bergulir.
Sebut saja Osvaldo Haay, Feri Pahabol, Marinus Wanewar, Ruben Sanadi, hingga pemain senior semacam Yoo Jae-hoon. Dengan keadaan seperti ini, ungkapan 'sudah jatuh tertimpa tangga' tampaknya cocok untuk menggambarkan Persipura.
Hengkangnya para pemain andalan tersebut, ditambah minimnya persiapan tim, pada akhirnya membuat Persipura menjalani Liga 1 2018 dengan tertatih. Ketika musim berakhir, jumlah kemenangan mereka lebih sedikit ketimbang jumlah kekalahan.
ADVERTISEMENT
Rinciannya adalah 12 kemenangan dan 14 kekalahan. Parahnya lagi, 11 dari 12 kemenangan tersebut hanya mereka dapat kala bertanding di kandang sendiri. Artinya, hanya satu kemenangan didapat saat bermain tandang melawan PSMS Medan.
Dengan catatan seperti itu, tak heran bila kemudian Persipura hanya bisa finis di urutan ke-12 klasemen ketika liga berakhir. Poin yang mereka peroleh saat itu adalah 44, hanya selisih lima angka dari zona degradasi. Tragis.
Nah, pada tahun ini, performa Persipura tampaknya juga belum langsung membaik. Di Liga 1, mereka baru saja dihajar Persib Bandung dengan skor 0-3 pada laga pembuka Adapun di Piala Indonesia 2018, mereka secara mengejutkan disingkirkan oleh tim Liga 3, Persigo Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Ya, apa yang terjadi pada Persipura ini jelas berbanding terbalik dengan yang mereka alami selama era Indonesia Super League (ISL). Di ISL, Persipura bak seorang raja.
Tak pernah sekalipun mereka terlihat merana. Total tiga gelar juara mereka kumpulkan dari enam kali ikut serta. Mereka juga pernah tercatat sebagai semifinalis AFC Cup 2014. Oleh karena itu, rasanya aneh melihat mereka berada di tempat yang tak semestinya.
Regenerasi yang Terlambat
Terlepas dari berbagai permasalahan yang berkaitan dengan finansial, Persipura juga cenderung terlambat dalam meregenerasi skuatnya. Mereka seakan terlena dengan kesuksesan di masa lampau. Buktinya, para pemain yang menjadi andalan mereka saat masuk final ISL 2014 lalu, semisal Ricardo Salampessy, Tinus Pae, Imanuel Wanggai, Ian Louis Kabes, Dede Sulaiman, hingga Boaz Solossa, masih menjadi andalan hingga kini.
ADVERTISEMENT
Memang, kesuksesan dan stabilitas yang dulu mereka raih salah satunya didapat karena komposisi pemain yang jarang sekali berubah. Saat tim seperti Arema FC atau Sriwijaya FC kerap melakukan bongkar pasang skuat hampir pada tiap musim, Persipura tak melakukannya. Atas dasar itulah mereka cenderung stabil.
Namun, perlu diingat bahwa para pemain yang telah dipertahankan selama bertahun-tahun tersebut tak akan terus sama kemampuannya. Akan ada aspek-aspek yang menurun. Kemampuan teknik perlahan meredup seiring fisik yang kian renta.
Boaz kini berusia 33 tahun, Salampessy (35), Tinus Pae (35), Wanggai (31), dan Kabes (33).
Boaz Solossa saat melawan Perseregres. Foto: Hendra Nurdiansyah/ANTARA
Soal regenerasi ini, Boaz Solossa pada awal 2018 lalu sudah mengingatkan. Ia bahkan secara jelas menyebut bahwa para pemain yang sudah berusia lanjut untuk sadar diri dan hengkang. Barangkali bahkan ia turut mengingatkan dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
"Sudah saatnya ada regenerasi. Jadi buat mereka pemain yang disebut sudah tua harus sadar diri bahwa penerus kita banyak di Papua," tulis Boaz di halaman Facebook resminya.
Seperti yang dituliskan Boaz, memang sudah saatnya Persipura meregenerasi skuat. Bila tidak, mereka akan terus terjebak dalam kesuksesan masa lalu.
Pada akhirnya, apa yang mereka alami selama tiga tahun terakhir tidak akan kunjung berubah. Jika sudah demikian, maka tinggal menunggu para suporter berteriak, "Ke manakah Persipura ku yang tangguh dahulu?".