Keberuntungan Menyertai para Pemberani seperti Parma

16 September 2018 7:38 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Federico Dimarco merayakan golnya ke gawang Inter Milan. (Foto: Emilio Andreoli/Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Federico Dimarco merayakan golnya ke gawang Inter Milan. (Foto: Emilio Andreoli/Getty Images)
ADVERTISEMENT
Kemenangan Parma atas Inter Milan di Giuseppe Meazza menjadi salah satu kejutan terbaik yang hadir di pekan keempat Serie A 2018/19. Parma memang tak menang besar, hanya 1-0.
ADVERTISEMENT
Namun, kemenangan tetaplah kemenangan. Tak peduli tipis ataupun telak, pada kenyataannya, kali ini Inter menelan kekalahan dari tim promosi. Ironisnya, gol kemenangan itu diciptakan oleh pemain pinjaman dari Inter, Federico Dimarco.
Kalau menyaksikan Inter berlaga, maka sebagian besar penonton akan menyangka pertandingan ini bakal ditutup dengan kemenangan telak Inter. Bagaimana tidak? Di sepanjang pertandingan, ada 26 upaya tembakan yang diciptakan oleh Inter.
Dari segi penguasaan bola pun, tim didikan Luciano Spalletti unggul besar. Bila persentase penguasaan bola Parma hanya mencapai 26,7%, maka Inter memenangi 73,3%. Kalau mau lebih detail, ada 622 umpan yang dilepaskan Inter di laga ini (88% tercatat sebagai umpan sukses), berbanding dengan 238 umpan milik Parma.
ADVERTISEMENT
Walau tak bisa disebut bermain cantik, Parma bermain efektif. Pola permainan bertahan memang tak menyenangkan buat disaksikan, tapi bagi mereka yang berlaga di atas lapangan, kemenangan selalu menjadi yang nomor satu. Bila kemenangan harus direbut dengan bermain bertahan, apa pula yang salah dengan itu?
"Awalnya kemenangan ini terasa tak masuk akal, apalagi melawan tim sehebat Inter di kandang mereka. Tapi, saya memberikan aplaus kepada tim karena mereka memang pantas mendapatkan kemenangan ini. Aplaus ini bukan hanya soal kemenangan atas Inter, tapi juga untuk kerja keras mereka dan determinasi yang mereka tunjukkan," jelas pelatih Parma, Roberto D'Aversa, dilansir Football Italia.
"Kalau boleh jujur, beberapa pemain kami baru di musim ini bisa berlaga di Serie A. Jadi, penting bagi mereka untuk belajar dari pengalaman pemain-pemain semacam Bruno Alves maupun Gervinho. Kami bahkan melakoni latihan dalam dua grup terpisah, sesuai dengan tingkat kebugaran masing-masing. Namun, kami tampil berani. Dan saya pikir, keberuntungan menyertai para pemberani," kata sosok yang menukangi Parma sejak 2016 itu.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan dengan Inter yang turun arena dengan bermodalkan nama-nama mentereng, Parma memasuki laga dengan segala keterbatasannya. Dalam skuat Parma, praktis hanya Bruno Alves, Luigi Sepe, Massimo Gobbi, Gervinho, dan Roberto Inglese yang benar-benar punya banyak pengalaman di sepak bola level tertinggi. Selebihnya, adalah anak bawang.
Itulah sebabnya, D'Aversa memberikan tugas tambahan kepada pemain senior: membagikan pengalaman kepada 'adik-adik' mereka, memimpin mereka di setiap pertandingan, terlepas dari apa pun hasilnya nanti. Gervinho pun tak luput dari tugas ini. Di mata sang pelatih, mantan pemain Arsenal ini sanggup memberikan impak pada keseluruhan permainan tim, termasuk di laga melawan Juventus dan Inter.
Pelatih Parma, D'Aversa, di laga melawan Inter Milan. (Foto: Miguel MEDINA / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Parma, D'Aversa, di laga melawan Inter Milan. (Foto: Miguel MEDINA / AFP)
"Saya pikir, Gervinho adalah pemain yang begitu penting. Ia bisa memberikan perbedaan, baik di pertandingan melawan Juventus maupun Inter. Sejauh ini, kami bertanding dengan baik saat melawan Juventus dan Inter."
ADVERTISEMENT
"Tapi, tugas saya di sini adalah memastikan bahwa tim ini bertanding dengan motivasi dan intensitas yang sama di setiap pertandingan. Tim kecil ataupun tim besar, semuanya harus kami lawan dengan motivasi tinggi. Terutama tim yang secara kualitas setara dengan kami. Merebut kemenangan dari mereka menjadi cara paling masuk akal untuk membuat kami tetap aman di kompetisi Serie A," jelas D'Aversa.
Frase para pemberani yang disebut oleh D'Aversa itu mewujud dalam atribut bertahan Parma. Benar, Inter tampil begitu ofensif di laga ini. Namun, bukan berarti Parma tak agresif. Agresivitas Parma itu ditunjukkan ketika mereka tak menguasai bola. Ketika mereka mesti beradu dengan gempuran serangan Inter.
Mengutip statistik Whoscored, Parma melepaskan 19 percobaan tekel, berbanding dengan 22 percobaan milik Inter. Sebelas dari 19 upaya itu tercatat sebagai tekel sukses. Dari segi sapuan, Parma unggul jauh ketimbang Inter. Bila Nerazzurri membukukan 3 sapuan, Parma mencatatkan 59 sapuan.
ADVERTISEMENT
Adalah Riccardo Gagliolo yang tampil sebagai pemain yang melakukan sapuan terbanyak di laga ini. Sebagai pelengkap, Parma mencatatkan 10 intersep, berbanding dengan 2 intersep milik Inter.
Suporter Parma di laga melawan Inter Milan. (Foto: Miguel MEDINA / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Parma di laga melawan Inter Milan. (Foto: Miguel MEDINA / AFP)
Di pertandingan ini, Parma memasang garis pertahanan rendah dan cenderung menumpuk tujuh hingga delapan pemain di daerah permainan sendiri. Pola pertahanan seperti ini membuat Parma sanggup mempersempit ruang gerak Inter dalam melakukan serangan. Alhasil, mau tak mau, Inter berkali-kali menyerang dengan mengandalkan tembakan jarak jauh.
"Melawan pemain-pemain, katakanlah, Ivan Perisic, kami harus berani memblok serangan dan fokus untuk mengunci pergerakan mereka di area tengah. Permainan seperti ini juga membuat kami bisa memberikan ruang kepada ketiga penyerang begitu mereka mendapat kesempatan untuk menyerang balik."
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya, kami punya beberapa peluang berbahaya di babak pertama. Sayangnya, kami belum dapat mencetak gol sebelum turun minum. Kami harus membiarkan Inter mengambil alih penguasaan bola dan mencoba mencuri peluang. Tapi, ya, itu bagian dari rencana," ucap D'Aversa.
Tidak ada yang pasti di atas lapangan bola. Begitu pula dengan perjalanan Parma di Serie A musim 2018/19. Bisa saja pekan ini meraih kemenangan, pekan depan harus kembali akrab dengan kekalahan.
Namun, selalu ada yang pantas buat dirayakan di atas lapangan bola. Terlebih bagi Parma yang merebut kemenangan dengan cara yang sederhana tanpa gemuruh hegemoni, setidaknya di laga pekan keempat ini. Dan kalaupun ada keberuntungan yang turut campur tangan, maka rayakanlah keberuntungan itu. Karena bagaimanapun, siapa pula yang tak membutuhkan keberuntungan?
ADVERTISEMENT