Kegagalan Timnas U-23: Dari Pertahanan Rapuh hingga Minimnya Kreasi

27 Maret 2019 14:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Timnas U-23 Indonesia berjalan usai Pertandingan babak kualifikasi Piala Asia U-23 antara Indonesia vs Brunei Darussalam di Stadion My Dinh, Hanoi, Selasa (26/3). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Timnas U-23 Indonesia berjalan usai Pertandingan babak kualifikasi Piala Asia U-23 antara Indonesia vs Brunei Darussalam di Stadion My Dinh, Hanoi, Selasa (26/3). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Menjejak babak Kualifikasi Piala Asia u-23 2020 dengan meyandang status juara Piala AFF U-22 nyatanya tak menjamin Timnas U-23 untuk lolos ke putaran final. Bergabung di Grup K bersama tuan rumah Vietnam, Thailand, dan Brunei Darussalam, anak asuh Indra Sjafri gagal lolos setelah hanya menempati posisi ketiga klasemen.
ADVERTISEMENT
Pada laga pembuka menghadapi Thailand, Timnas U-23 menyerah dengan skor 0-4. Penampilan Bagas Adi dan kolega sedikit membaik di pertandingan berikutnya. Kendati begitu, Timnas U-23 juga harus mengakui keunggulan Vietnam dengan skor tipis 0-1.
Baru di laga pamungkas yang sudah tak menentukan, Timnas U-23 baru meraih kemenangan. Menghadapi Brunei Darussalam, Selasa (26/3/2019), 'Garuda Muda' menang meski hanya dengan skor tipis 2-1.
Ya, harus diakui, performa Timnas U-23 di babak Kualifikasi Piala Asia memang jauh dari kata memuaskan. Apakah kegagalan mereka karena terlena juara? Tidak juga.
Kendati sudah kedatangan dua pemain baru yaitu Saddil Ramdani dan Egy Maulana Vikri tetap saja tak bisa mengangkat penampilan Timnas U-23. Sederat faktor di balik kegagalan Timnas U-23 lantas mengemuka. Apa saja?
ADVERTISEMENT
Lini Pertahanan yang (Masih) Rapuh
Pelatih Timnas U-23, Indra Sjafri, sepertinya belum menemukan komposisi yang pas untuk duet bek tengah. Duet Bagas Adi dan Nurhidayat Haji Haris yang tampil apik di Piala AFF U-22, malah tak ditampilkan ketika membuka fase kualifikasi melawan Thailand.
Andy Setyo dan Rachmat Irianto yang diturunkan sejak menit awal terlihat goyah mengantisipasi serangan lawan. Rian--sapaan Rachmat--bahkan membuat double error yang berujung gol kedua Thailand lewat titik putih. Gol itu pula yang tampak meruntuhkan mental Timnas U-23 sehingga harus kebobolan dua gol tambahan.
Suasana saat pemain Timnas U-23 Indonesia mengalami cedera di pertandingan babak kualifikasi Piala Asia U-23 Indonesia vs Thailand di Stadion My Dinh, Hanoi, Jumat (22/3). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Kendati demikian, perkara lini belakang bukan semata mengenai pemilihan pemain yang belum ajeg. Koordinasi antar pemain, khususnya dalam anstisipasi umpan silang juga sangat mengecewakan.
ADVERTISEMENT
Tengok saja gol Thailand dan Vietnam. Antisipasi terhadap bola mati masih menjadi kekurangan mencolok bagi Timnas U-23. Di Piala AFF U-22 Februari lalu, Timnas U-23 kebobolan empat kali dengan tiga di antaranya lewat bola mati. Sementara, di babak kualifikasi Piala Asia U-23 2020, Timnas U-23 harus kemasukan enam gol dari tiga laga dengan empat di antaranya melalui bola mati.
Kelemahan antisipasi bola mati tak lepas dari 'sumbangan' para pemain Timnas U-23 yang telalu mudah melakukan pelanggaran di seputar area penalti. Gol pertama ketika melawan Thailand bisa jadi cerminan. Pelanggaran yang dilakukan Osvaldo Haay di sisi kiri pertahanan sendiri sama sekali tak penting.
Minim Kreasi dalam Menyerang
Datangnya Egy Maulana Vikri dan Saddil Ramdani diharapkan bisa menambah opsi di lini depan Timnas U-23. Bukan harapan yang tinggi bila melihat kualitas keduanya yang sudah berpendar bersama Timnas U-19.
ADVERTISEMENT
Namun, harapan tinggal harapan, Egy dan Saddil gagal menunjukkan performa terbaiknya. Keduanya terlihat belum padu dengan para pemain lainnya yang sudah lebih dulu ikut pemusatan latihan bersama Timnas U-23.
Pemain Timnas U-23 Indonesia Egy Maulana Vikri (tengah) berhadapan dengan pemain Timnas U-23 Thailand, Saringkan Promsupa, di pertandingan babak kualifikasi Piala Asia U-23 Indonesia vs Thailand di Stadion My Dinh, Hanoi, Jumat (22/3). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Khusunya Egy. Eskpektasi begitu tinggi yang disematkan di pundakanya, malah tampak seakan menjadi beban. Penggawa Lechia Gdansk itu gagal menunjukkan penampilan terbaik, yang sebelumnya diharapkan bisa mengangkat penampilan tim.
Naif memang bila menyalahkan Egy seorang dalam kegagalan Timnas U-23 saat ini. Karena bila ditelisik, hampir seluruh pemain gagal bersinar seperti layaknya mereka berlaga di Piala AFF U-22 lalu.
Satu hal yang kentara adalah minimnya kreasi dalam menyerang. Barisan gelandang gagal menjadi jembatan untuk membangun serangan dari bawah. Bola-bola pendek serta kombinasi yang biasa diperlihatkan oleh tim besutan Indra Sjafri tak sama sekali keluar. Timnas U-23 malah terkesan menyerang terlalu sporadis serta kerap melakukan gaya main direct ball dari lini belakang ke depan.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, untuk menembus barikade lawan pemain-pemain 'Garuda Muda' lebih banyak melakukan aksi individu. Kala menghadapi Brunei yang memiliki pertahanan rapat menjadi contohnya.
Di laga itu, Timnas U-23 banyak sekali melakukan aksi individu melalui kedua sisi. Sayang, kombinasi seperti itu mudah diantisipasi oleh pemain bertahan Brunei Darussalam. Indra Sjafri pun mengakui skuat asuhannya kurang sabar dalam membongkar pertahanan gerendel Brunei.
Tak Mengantisipasi Kekuatan Baru Lawan
Di Kualifikasi Piala Asia U-23, Timnas U-23 kembali bertemu Thailand dan Vietnam, dua tim yang berhasil mereka kandaskan di ajang Piala AFF U-22 lalu. Akan tetapi, baik Thailand maupun Vietnam datang dengan kekuatan dan taktik yang lebih segar.
Bahkan, pelatih Thailand Alexandre Gama berujar bila tim yang dibawa saat AFF merupakan pemain-pemain yang usianya masih sangat muda. Lalu, Vietnam juga datang dengan pelatih yang sukses mengantarkan mereka menjadi runner up Piala Asia U-23 2018 dan semifinalis Asian Games 2018.
ADVERTISEMENT
Pelatih Vietnam U-23, Park Hangseo. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Sedangkan, Timnas U-23 masih dengan taktik dan gaya main yang sama. Saat Piala AFF U-22 lalu, Indra Sjafri tampak lebih cenderung bermain pragmatis. Serangan balik cepat menjadi opsi yang dipilih untuk bisa membahayakan gawang lawan dan mencetak gol.
Strategi seperti itu juga yang coba diterapkan Indra Sjafri di laga menghadapi Vietnam dan Thailand. Namun, kedua negara tersebut tampaknya sudah belajar dari pengalaman bertemu Timnas U-23. Alhasil, tak ada sebiji pun poin yang diraih.
Kini, Timnas U-23 memiliki satu misi lagi yakni SEA Games 2019 di Filipina pada November mendatang. Indra Sjafri pun memiliki waktu lama untuk kembali memilih pemain terbaiknya melalui kompetisi guna mewujudkan target meraih medali emas.
ADVERTISEMENT