Kejelian Taktik Hodgson, Pangkal Mala Arsenal di Emirates

22 April 2019 15:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Arsenal Sead Kolasinac (tengah) berusaha melewati sejumlah pemain Crystal Palace. Foto: REUTERS / Eddie Keogh
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Arsenal Sead Kolasinac (tengah) berusaha melewati sejumlah pemain Crystal Palace. Foto: REUTERS / Eddie Keogh
ADVERTISEMENT
Tak ada sorak-sorai kemenangan tuan rumah di Emirates Stadium pada Minggu (21/4/2019). Mau bagaimana lagi, bertanding melawan Crystal Palace, Arsenal justru mengecap kekalahan 2-3.
ADVERTISEMENT
Gol Christian Benteke, Wilfried Zaha, dan James McArthur hanya mampu dibalas dengan masing-masing satu gol Mesut Oezil dan Pierre-Emerick Aubameyang.
Tak heran jika Unai Emery menganggap jalan dan hasil pertandingan membuatnya frustrasi. Laga ini seharusnya menjadi kesempatan baik bagi Arsenal untuk--setidaknya--memperkokoh posisi mereka di zona Liga Champions. Terlebih, Premier League 2018/19 tinggal menyisakan empat pertandingan untuk The Gunners.
"Pertama, kami kalah karena mereka memang memiliki pemain-pemain yang sangat baik. Kedua, kami tidak mampu mengatasi situasi bola mati dan kami memang tidak sekuat biasanya," jelas Emery, dikutip dari laman resmi Arsenal.
Pelatih Arsenal, Unai Emery. Foto: Reuters/Lee Smith
Jika hanya melihat hitung-hitungan papan klasemen, Arsenal di atas angin. Palace adalah tim penghuni papan tengah hampir ke bawah. Sementara, Arsenal ada di zona empat besar. Bagi para kontestan, zona itu bukan area sembarangan.
ADVERTISEMENT
Tapi, klasemen bukan segalanya. Bukan cerita baru mereka yang diinferiorkan justru sanggup menghantam tim-tim hebat. Begitu pula dengan Palace. Arsenal mencetak gol penyama kedudukan, Palace bangkit dan merebut keunggulan baru. Begitu seterusnya sampai pertandingan tuntas.
Kejelian taktik Roy Hodgson adalah pangkal segala mala Arsenal di Emirates. Pakem dasar yang digunakan oleh mantan pelatih Timnas Inggris itu adalah 4-4-2, tapi acap berubah jadi 4-5-1.
Skema terakhir inilah yang begitu sulit ditembus oleh Arsenal. Keputusan untuk menumpuk lima gelandang adalah taktik ampuh untuk memampatkan aliran serangan Arsenal. Hebatnya, taktik menumpuk pemain itu tak berefek samping pada ketajaman Palace.
Selebrasi pemain Crystal Palace usai mencetak gol ke gawang Arsenal. Foto: REUTERS / Eddie Keogh
Motor serangan Palace ada di sektor sayap. Di laga melawan Arsenal, si juru taktik mengarahkan serangan ke sektor sayap via Andros Townsend yang masuk menggantikan Max Meyer, Joel Ward, maupun Zaha.
ADVERTISEMENT
Cheikhou Kouyate yang aslinya berperan sebagai gelandang bertahan juga tak ketinggalan membangun serangan. Itu terbukti dengan tiga upaya tembakan yang semuanya mengarah ke gawang. Bahkan gelandang asal Senegal itu sudah mengukir dua assist di Premier League 2018/19.
Arsenal tidak menjadi satu-satunya korban kematangan taktik Hodgson. Manchester City yang sejak kompetisi dimulai saja sudah digadang-gadangkan sebagai kandidat juara pun merasakannya.
Serupa dengan Arsenal, pada laga pekan ke-18 itu, City juga kalah di kandang 2-3. Yang membikin sangat spesial, Palace menjadi tim pertama di Premier League 2018/19 yang mampu mengalahkan skuat asuhan Pep Guardiola.
Bek City, Kyle Walker, berupaya memblok tembakan gelandang Palace, Jeffrey Schlupp. Foto: Reuters/Darren Staples
Padahal, penguasaan bola City kala itu hampir 78,3%. Persoalan agresivitas serangan pun Palace kalah telak. Jika City mampu mencatatkan 12 upaya, Palace hanya lima kali melepaskan percobaan tembakan. Bedanya, tiga dari lima upaya itu bermuara pada gol.
ADVERTISEMENT
Saat bertandang ke Emirates pun, Palace seperti tim yang peduli setan dengan penguasaan bola. Namun, mereka unggul agresivitas, baik dalam serangan maupun pertahanan.
Palace mencatatkan 16 percobaan dengan tujuh di antaranya mengarah ke gawang. Sementara, Arsenal membukukan 12 upaya dengan lima di antaranya tepat sasaran.
Untuk urusan aksi bertahan, Palace melepaskan 25 tekel sukses berbanding dengan 15 tekel Arsenal. Jumlah itu belum ditambah dengan 31 sapuan, dan 18 intersep. Tak heran, jika rangkaian serangan Arsenal tetap sanggup mereka redam.