Kelahiran Anak Kedua Selamatkan Fakhri Husaini dari Sepak Bola Gajah

27 September 2018 16:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Timnas Indonesia U-16, Fakhri Husaini (tengah), saat melakukan pre-match press conference di Kuala Lumpur, Malaysia. (Foto: Dok. AFC)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Timnas Indonesia U-16, Fakhri Husaini (tengah), saat melakukan pre-match press conference di Kuala Lumpur, Malaysia. (Foto: Dok. AFC)
ADVERTISEMENT
Noda hitam pernah menghiasi perjalanan Timnas Indonesia. Noda yang bahkan begitu melekat hingga detik ini. Berpuluh tahun berlalu, kisah kelam tentang sepak bola gajah belum hilang dari benak pecinta sepak bola nasional.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, 31 Agustus 1998, Indonesia berhadapan dengan Thailand di partai pemungkas Grup A. Singkatnya, baik Indonesia atau Thailand harus sama-sama kalah untuk terhindari dari tuan rumah Vietnam. Jika pun seri, maka Indonesia yang akan menjadi juara grup dan bertemu Vietnam.
Malapetaka terjadi ketika laga memasuki menit ke-90. Saat itu, kedudukan imbang 2-2. Hanya selang beberapa menit jelang bubaran, Mursyid Effendi melakukan hal di luar nalar dengan melakukan gol bunuh diri secara sengaja ke gawang sendiri.
Sejak saat itu, bercak hitam seakan selalu mengiringi kemana pun Timnas Indonesia bertanding. Perasaan sedih bercampur malu dirasakan seluruh pihak, tak terkecuali Fakhri Husaini.
Ya, Fakhri ketika itu masih aktif menjadi penggawa Timnas Indonesia. Namanya juga termasuk ke dalam tim yang dipersiapkan menuju Piala Tiger 1998. Akan tetapi, legenda PKT Bontang itu urung berangkat bersama tim ke Vietnam. Mengapa?
ADVERTISEMENT
kumparanBOLA berkesempatan berbincang dengan Fakhri di sela-sela kesibukannya menangani Timnas U-16 yang tengah berjuang di Piala Asia. Di Hotel Dorsett, Subang Jaya, Malaysia, Fakhri coba memutar ulang memori tentang tragedi memilukan tersebut.
“Saya ingat betul waktu itu dipanggil untuk ikut TC (Training Centre) persiapan Piala Tiger 1998. Waktu itu TC di Surabaya,” ujar Fakhri membuka perbincangan.
“Tapi, saya lihat situasi sudah enggak enak, saya merasa enggak nyaman. Karena saat itu, timnas didominasi pemain dari klub tertentu, 13 pemain di antaranya dari klub yang sama, pelatihnya juga. Mereka komunikasi juga banyak pakai bahasa daerah setempat,” katanya.
Melihat kondisi tersebut, Fakhri akhirnya memutuskan untuk pulang. Ia hanya sehari mengikuti TC tersebut sebelum memutuskan untuk kembali ke Bontang.
ADVERTISEMENT
Fakhri mengatakan ia sempat bercerita perihal situasi tersebut ke rekan setimnya, Ansyari Lubis. Ternyata, Ansyari juga merasakan hal serupa. Lantas, Ansyari pun ikut pulang sehari setelah Fakhri hengkang dari TC tersebut.
“Tapi, saya ditelepon Nurdin Halid (saat itu manajer Timnas Indonesia, red) minta saya balik lagi ikut TC. Saya sudah enggak mau balik, tapi enggak bisa juga kasih alasan tadi. Akhirnya, alasan yang tepat waktu itu karena istri saya sedang hamil.”
Coach Fakhri Husaini di laga Timnas U-16 vs Timnas Iran U-16. (Foto: Adam Aidil, AFC.)
zoom-in-whitePerbesar
Coach Fakhri Husaini di laga Timnas U-16 vs Timnas Iran U-16. (Foto: Adam Aidil, AFC.)
“Memang waktu itu sudah mau melahirkan anak kami yang kedua, ya. Dan, Pak Nurdin minta dilahirkan saja di Surabaya, sambil saya ikut TC. Tapi, saya enggak mau, saya bilang istri saya sudah enggak bisa naik pesawat.”
Akhirnya, Fakhri pun tak ikut ke dalam tim yang berangkat menuju Vietnam untuk berlaga di Piala Tiger 1998. Ternyata, perasaan Fakhri benar. Di Tanah Air, ia menyaksikan langsung peristiwa kelam bagi sepak bola Indonesia tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saya enggak kebayang kalau saya ada di tim itu. Saya termasuk dari tim yang merusak sepak bola. Jadi, memang anak kedua saya yang menyelamatkan saya dari kejadian itu."
“Saya termasuk pemain yang gagal. Di klub saya runner-up, di timnas juga. Dua kali runner-up di liga, dan sekali runner-up dengan timnas di SEA Games 1997."
"Tapi, saya punya kebanggaan, saya tidak pernah terlibat di kasus-kasus pengaturan skor atau yang lainnya. Rezeki yang saya dapatkan selama ini dari sepak bola adalah halal,” tegasnya.
Kini, 20 tahun berlalu, Fakhri setidaknya telah membayar kegagalan sebagai pemain dengan membawa Timnas U-16 menjuarai Piala AFF 2018. Langkah lebih besar pun coba dipijak Fakhri dengan berupaya mencatatkan sejarah yakni membawa Timnas U-16 lolos ke Piala Dunia U-17 2019 di Peru.
ADVERTISEMENT