Kelemahan-kelemahan Spurs yang Dapat Dieksploitasi West Ham

31 Oktober 2018 20:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spurs telan kekalahan 2-4 dari Barcelona di kandang sendiri. (Foto: REUTERS/Dylan Martinez)
zoom-in-whitePerbesar
Spurs telan kekalahan 2-4 dari Barcelona di kandang sendiri. (Foto: REUTERS/Dylan Martinez)
ADVERTISEMENT
Keputusan Mauricio Pochettino untuk mengorbankan Piala Liga Inggris melahirkan pertanyaan baru: Kompetisi apa yang sebenarnya paling masuk akal untuk dituntaskan Tottenham Hotspur dengan gelar juara?
ADVERTISEMENT
Dalam 11 laga terakhir di lintas kompetisi, Spurs hanya sanggup membukukan lima kemenangan. Sementara, empat laga berakhir dengan kekalahan dan dua sisanya berakhir imbang. Alhasil, label inkonsistensi menjadi tajuk utama yang disematkan publik kepada Spurs.
Usai menuai hasil imbang 2-2 melawan PSV Eindhoven di Liga Champions dan kekalahan 0-1 dari Manchester City di Premier League, Spurs mesti berhadapan dengan West Ham United di Piala Liga Inggris yang bakal dihelat pada Kamis (1/11/2018) pukul 01:45 WIB di London Stadium.
Seharusnya, laga melawan West Ham dapat menjadi kesempatan bagi Spurs untuk meraup kemenangan. Namun, pernyataan Pochettino yang menjelaskan bahwa mereka akan mengorbankan Piala Liga Inggris memunculkan tanda tanya tentang kesanggupan mereka untuk menutup laga ini dengan kemenangan. Kemungkinan besar, Spurs akan mengistirahatkan pemain-pemain utamanya di laga kali ini.
ADVERTISEMENT
Menilik laga terakhir yang mempertemukan Spurs dengan Manchester City, yang menjadi persoalan bagi The Lilywhites adalah minimnya kreativitas. Masalah ini muncul karena di laga tersebut, dua otak permainan mereka, Christian Eriksen dan Delle Alli, justru dibangkucadangkan. Hasilnya terlihat jelas. Di sepanjang laga mereka hanya melakukan empat upaya tembakan, yang bila dirinci masing-masing akan menjadi dua upaya di babak pertama dan kedua.
Dalam formasi 4-2-3-1 tersebut, Pochettino menyerahkan tugas mengatur serangan kepada tiga gelandang serang mereka, Moussa Sissoko-Erik Lamela-Lucas Moura. Alih-alih melahirkan ancaman, ketiganya justru berulang kali melahirkan kesalahan individu.
Minimnya kreativitas Spurs itu ditandai dengan performa yang demikian: Lamela cuma sanggup melancarkan satu umpan kunci, Sissoko lebih suka melakukan umpan ke belakang ketika menerima bola, sementara Moura lebih suka melakukan cut-inside (tusukan) yang hasilnya selalu nihil. Dampaknya benar-benar menyedihkan. Harry Kane sang penyerang tunggal kekurangan suplai bola.
ADVERTISEMENT
Yang disayangkan, persoalan Spurs tak hanya sebatas kreativitas, tapi efektivitas penyelesaian akhir. Ambil contoh di laga melawan PSV Eindhoven di matchday ketiga Liga Champions 2018/19. Kali ini, Spurs tak kekurangan agresivitas. Di sepanjang laga, mereka mencatatkan 24 upaya tembakan dengan 9 di antaranya mengarah ke gawang. Namun, dari sekian upaya itu hanya 2 yang berbuah gol. Bandingkan dengan 12 upaya PSV yang juga berujung pada 2 gol.
Sialnya, yang menjadi masalah bagi Spurs bukan hanya lini serang yang tak optimal. Lini pertahanan mereka pun menghadirkan persoalan baru. Kecenderungan menyerang membuat dua full-back mereka, terutama Kieran Trippier dan Ben Davies, sama-sama alpa dalam tugasnya untuk menjaga pertahanan.
Di laga melawan City, persoalan inilah yang menjadi hulu gol dini di menit keenam itu. Bila dirinci, prosesnya akan menjadi demikian: Raheem Sterling yang sukses mengecoh Tripper melancarkan umpan kepada Riyad Mahrez, yang tampil sebagai winger kanan di laga ini. Karena lepas dari kawalan Davies, mudah saja bagi mantan pemain Leicester City itu untuk melancarkan tembakan berujung gol.
ADVERTISEMENT
Untungnya, performa Davinson Sanchez di laga melawan City itu dapat menjadi harapan baru bagi lini pertahanan pasukan Pochettino. Menghadapi gempuran City, Sanchez sukses melakukan 9 sapuan dan 2 tekel. Bayangkan bila Sanchez tak tampil istimewa di laga tersebut, bukannya tidak mungkin Spurs bakal kebobolan lebih banyak gol.
Permainan ofensif memang menjadi ciri khas Pochettino. Namun, pola permainan seperti ini menimbulkan banyak lubang di lini pertahanan Spurs. Kembali berkaca pada laga melawan PSV, kecenderungan menyerang menjadi alasan mengapa Spurs tertinggal lebih dulu.
Tendangan Harry Kane diblok oleh bek West Ham United. (Foto: REUTERS/David Klein)
zoom-in-whitePerbesar
Tendangan Harry Kane diblok oleh bek West Ham United. (Foto: REUTERS/David Klein)
Sebenarnya, Spurs tampil superior lewat kreativitasnya di sepanjang babak pertama. Dalam kurun waktu 17 menit, sudah ada 2 peluang brilian yang dihasilkan oleh Kane walau tak ada yang berbuah gol. Namun, petaka itu muncul di akhir babak pertama karena kesalahan individu Toby Alderweireld. Alhasil, Hirving Lozano melepaskan tendangan deflect yang membuat gawang Hugo Lloris kebobolan.
ADVERTISEMENT
Rentannya pertahanan Spurs juga terlihat dari catatan kebobolan mereka di kompetisi liga. Di antara penghuni lima besar Premier League 2018/19, Spurs menjadi tim kedua yang paling banyak kebobolan, yaitu sebanyak 8 kali. Yang memperburuk keadaan, lemahnya pertahanan seperti ini tidak ditunjang dengan jumlah gol yang didulang Spurs. Buktinya, mereka menjadi tim penghuni lima besar yang paling sedikit menorehkan gol, hanya 16 gol.
Memanfaatkan kelemahan-kelemahan Spurs tersebut, peluang West Ham untuk mencuri poin di laga ini tidak tertutup. Pertemuan terakhir kedua tim memang ditutup Spurs dengan kemenangan 1-0. Tapi, bukan berarti Spurs melakoni laga tersebut tanpa masalah.
Di babak kedua, West Ham tampil menggigit. Buktinya, laga babak kedua baru berjalan dua menit, Marko Arnautovic sudah sanggup melepaskan peluang yang bukannya tidak mungkin berbuah gol jika luput dari antisipasi Lloris.Bahkan memasuki menit 60-an, renggangnya pertahanan Spurs membuat pemain-pemain West Ham mampu menciptakan dua peluang yang membahayakan gawang Lloris. Itu belum ditambah dengan ancaman di injury time yang membuat pertahanan Spurs kerepotan.
ADVERTISEMENT
Salah satu titik lemah lain yang bisa dimanfaatkan oleh pemain-pemain West Ham adalah Spurs kerap kalah dalam duel udara. Di pertemuan terakhir keduanya, West Ham unggul jauh di aspek ini. Bila Spurs hanya mampu memenangi 3 duel bola-bola atas, West Ham sanggup memenangi 22 duel udara.
***
Spurs dan West Ham memasuki laga dengan permasalahan inkonsistensi. Di satu sisi, penampilan West Ham juga buruk. Dalam 10 pertandingan Premier League saja, mereka hanya sanggup menyegel dua kemenangan. Sementara, dua pertandingan berakhir dengan hasil imbang dan enam berujung pada kekalahan. Rekam jejak yang demikian seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Spurs untuk meraih kemenangan. Terlebih, kemenangan juga dapat mengangkat moral anak-anak asuh Pochettino untuk menghadapi laga selanjutnya, apa pun kompetisinya.
ADVERTISEMENT