Ketika Piala Indonesia Dikungkung Polemik

12 Februari 2019 18:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sepak bola. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sepak bola. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Masalah demi masalah tampaknya enggan menjauh dari perhelatan Piala Indonesia 2018. Semenjak digelar tahun lalu, turnamen yang diikuti 128 tim dari seantero Nusantara ini terus bergelut dengan persoalan jadwal pertandingan.
ADVERTISEMENT
Masalah penundaan jadwal terjadi hampir pada setiap babak. Ketika drawing babak 16 besar sudah digelar pada 8 Januari lalu, sejumlah pertandingan di babak 32 besar malah belum rampung.
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) selaku operator, kemudian menetapkan jadwal pertandingan 16 besar yang dimulai pada 15-19 Februari untuk leg pertama. Sementara, leg kedua digelar pada 20-24 Februari.
Hanya saja, dari semua jadwal tersebut belum tercantum laga antara Persija Jakarta vs Tira-Persikabo dan Persebaya/Persinga Ngawi kontra Persidago Gorontalo. Pasalnya, PSSI masih belum menentukan jadwal untuk kedua laga itu lantaran Persija masih bermain di kualifikasi Liga Champions Asia. Sementara, Persebaya versus Persinga baru akan digelar pada 16 Februari.
ADVERTISEMENT
Nah, laga Persebaya vs Persinga menjadi polemik baru di Piala Indonesia. Laga antara kedua tim sempat tidak jelas. Persinga yang jadi tuan rumah pada leg pertama tidak mendapatkan izin dari pihak keamanan untuk bermain di Stadion Ketonggo, Ngawi, 22 Januari lalu.
PSSI dan Persinga kemudian sempat mengusahakan Lapangan Bumimoro AAL Surabaya pada 30 Januari. Usaha itu pun kandas lagi-lagi karena tidak mendapatkan izin keamanan.
Alasan serupa juga terjadi ketika pertandingan akan dilakukan pada 5 dan 9 Februari. Alhasil, PSSI belum menetapkan jadwal untuk Persija versus Tira-Persikabo dan Persebaya/Persinga kontra Persidago.
Setelah bergelut dengan penundaan jadwal hingga empat, titik terang akhirnya muncul untuk laga Persebaya vs Persinga. Babak 32 besar kedua tim itu digelar di Stadion Gelora Bung Tomo pada 16 Februari. Laga tersebut mendapat restu dari pihak keamanan dan bisa ditonton suporter kedua tim.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, keputusan itu disertai kontroversi. Bagaimana tidak, PSSI memutuskan bahwa laga Persebaya vs Persinga hanya berlangsung satu kali. Ini tentu saja berbeda dengan laga babak 32 besar lainnya yang dimainkan dalam dua leg dengan sistem kandang dan tandang.
Persebaya Surabaya Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Masalah yang muncul di laga Persebaya versus Persinga sejatinya juga sempat dialami Persib ketika ingin menjamu Persiwa Wamena di leg kedua babak 32 besar. Awalnya, partai tersebut dilangsungkan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Senin (4/2) lalu. Akan tetapi, pihak kepolisian tak memberikan izin atas dasar keselamatan.
“Ada rapat antara Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Bandung, Dinas Tata Ruang Kota Bandung, dan Polrestabes Bandung soal kondisi terkini Stadion GBLA. Kabarnya stadion amblas. Hal itu membahayakan keselamatan penonton. Izin kepoilisian tak keluar atas dasar hasil rapat itu,” ujar Direktur Media dan Digital PSSI, Gatot Widakdo, kala itu.
ADVERTISEMENT
Menariknya, federasi tak menetapkan tuan rumah kalah WO. PSSI beralasan kedua tim tuan rumah itu sudah berusaha sesuai regulasi Piala Presiden. Dalam regulasi Piala Indonesia Pasal 8 Ayat 6 tersebut disebutkan perubahan jadwal bisa diajukan selambat-lambatnya tujuh hari sebelum laga.
Alasan tak diberlakukan kalah WO, menurut Gatot, karena usaha yang dilakukan tuan rumah sudah dilaporkan kepada PSSI sesuai tenggat waktu. Namun, ada perubahan izin begitu mendekati waktu pertandingan. Bahkan, federasi menetapkan untuk kedua laga tunda itu masuk ranah force majeure.
Polemik lain yang mengungkung Piala Indonesia ialah soal kontrak pemain. Tim peserta bebas mengganti tujuh pemain tiap babak mulai dari 32 besar hingga 8 besar. Perombakan itu bahkan memungkinkan tim peserta mendepak pemain menjelang kompetisi mulai.
ADVERTISEMENT
PSSI gelar drawing untuk Piala Indonesia Foto: Alan Kusuma/kumparan
Tak hanya itu, kontrak pemain juga banyak bermasalah. Kehadiran Piala Indonesia yang molor membuat klub melahirkan sistem pra kontrak. Pasalnya, banyak klub yang mengontrak pemain cuma sampai Desember 2018 atau saat Liga 1 2018 selesai.
Masalah belum selesai sampai situ. Usai babak 16 besar, Piala Indonesia bakal berlanjut ke babak 8 besar. Rencananya, federasi baru akan menggulirkan babak 8 besar saat Liga 1 2019 sudah berjalan. Alasannya? Karena pada Maret mendatang, PSSI akan menggelar Piala Presiden 2019.
Lantas, polemik apa lagi yang akan muncul berikutnya di Piala Indonesia? Menarik dinantikan.