Kisah Pilu Wasit Indonesia Diperlakukan Bak Maling

8 Mei 2018 12:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wasit Persibara vs Bhayangkara Muda Dianiaya (Foto: Dok. Reform PSSI)
zoom-in-whitePerbesar
Wasit Persibara vs Bhayangkara Muda Dianiaya (Foto: Dok. Reform PSSI)
ADVERTISEMENT
Wajah muram kembali terlihat di sepak bola Indonesia. Entah untuk keberapa kali, kekerasan masih saja terjadi di atas lapangan hijau.
ADVERTISEMENT
Prinsip-prinsip fair play yang seharusnya menjadi nyawa dalam setiap pertandingan, lenyap begitu saja. Tak hanya baku hantam sesama pemain, wasit pun lagi-lagi menjadi korban akibat ketidakpuasan para pemain.
Kali ini, pemandangan mengerikan terjadi di pertandingan Liga 3 Zona Jawa Tengah antara tuan rumah Persitema Temanggung vs PSIP Pemalang di Stadion Bhumi Pala, Minggu (6/5) lalu. Keributan bermula dari ketidakpuasan pemain Persitema atas keputusan wasit yang menganggap bola sudah melewati garis gawang.
Berawal dari sepak pojok, kiper Persitema keliru dalam mengantisipasi bola meski kemudian mampu dikuasai kembali. Pemain PSIP lantas mengklaim bola tersebut sudah melewati garis gawang. Wasit pun akhirnya mengesahkan gol tersebut. Akibat gol itu, keunggulan Persitema buyar karena kedudukan sama kuat 1-1.
ADVERTISEMENT
Melihat keputusan wasit, suporter Persitema tak terima dan langsung melampiaskannya dengan melemparkan barang-barang ke dalam lapangan. Terlihat pula seorang asisten wasit terkapar di tepi lapangan.
Sementara, wasit lainnya dikejar-kejar bak seorang maling oleh pemain dan ofisial Persitema. Beruntung, ia mendapat kawalan dari pihak keamanan meski terlihat sempat terkena pukulan dan tendangan.
Namun, kericuhan itu nyatanya bukanlah satu-satunya yang terjadi. Pada hari yang sama dan masih di Liga 3 Zona Jawa Tengah, penganiayaan terhadap wasit juga terjadi dalam partai antara tuan rumah Persibara Banjarnegara vs Bhayangkara Muda
Dalam video yang beredar, terlihat pemain Bhayangkara Muda melakukan pelanggaran keras terhadap pemain lawan. Kejadian itu kemudian dihukum wasit yang memimpin laga dengan kartu kuning.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, keputusan itu tak diterima oleh pemain Bhayangkara Muda yang melakukan protes kepada wasit. Mereka terlihat mengerubungi wasit dan seketika pemain bernomor punggung 8 melayangkan bogem mentah kepada wasit. Akibat kejadian itu, wasit sempat mendapatkan perawatan karena hidung dan matanya lebam.
Ya, peristiwa mengerikan seperti tadi seakan tak pernah berhenti menimpa persepakbolaan nasional. Keributan seakan menjadi pembenaran atas kinerja wasit yang dipandang berat sebelah.
Padahal, semua sudah diatur mekanismenya. Jika klub tak puas dengan kepemimpinan wasit, mereka bisa mengajukan protes kepada PSSI atau Asprov tempat mereka bernaung. Jika keliru, wasit tersebut toh akan dihukum.
Di Liga 1, sejak pekan pertama, Komite Wasit sudah memarkir sejumlah nama. Mereka dianggap tak cakap dalam memimpin pertandingan.
ADVERTISEMENT
Kini, tinggal menunggu hukuman apa yang pantas untuk para pemain durjana tersebut. Karena penganiayaan atas dasar apa pun kepada siapa pun tak pernah dibenarkan dalam sepak bola.