news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Ronaldo dan Queiroz: Anak dan Ayah yang Tak Akur Lagi

25 Juni 2018 17:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ronaldo dan Queiroz di Timnas Portugal. (Foto: FRANCISCO LEONG / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo dan Queiroz di Timnas Portugal. (Foto: FRANCISCO LEONG / AFP)
ADVERTISEMENT
Jurnalis ESPN, Raphael Honigstein, membuka tulisannya dengan kalimat yang lugas: Sepak bola pria adalah permainan ayah dan anak, biologis dan adopsi, nyata dan imajinasi. Sama seperti tulisan ini, Honigstein membuat kalimat itu untuk menuliskan tentang dua sosok: Carlos Queiroz dan Cristiano Ronaldo.
ADVERTISEMENT
***
Queiroz adalah sosok yang tekun. Tahu kariernya sebagai seorang penjaga gawang biasa-biasa saja, dia ingin mengubah nasib ketika memutuskan menjadi pelatih pada 1989. Tim Nasional (Timnas) Portugal U-20 jadi tim pertama yang dia besut.
Tiga tahun di sana, dia mampu membawa Portugal U-20 dua kali juara Piala Dunia. Tak pelak, pada 1991, Queiroz ditunjuk jadi pelatih tim senior. Namun, di sana tak ada prestasi gemilang yang dia raih. Dalam medio 1991-1993, Queiroz hanya mencatatkan 23 laga dengan rasio kemenangan sebesar 43,48%.
Setelah itu, dia merajut karier bersama Sporting Lisbon. Di sana, dua gelar domestik berhasil dipersembahkan. Namun, pria berdarah Mozambik itu kemudian mencari pengalaman di lain benua. Dia ke Amerika Serikat untuk melatih NY/NJ Metrostars dan kemudian ke Jepang guna menangani Nagoya Grampus.
ADVERTISEMENT
Pelatih Timnas Iran, Carlos Queiroz. (Foto: John Sibley/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Timnas Iran, Carlos Queiroz. (Foto: John Sibley/Reuters)
Meski tanpa gelar di perantauan itu, Timnas Uni Emirat Arab (UEA) kepincut. Queiroz kembali menjadi pelatih sebuah tim nasional. Namun, kariernya tak terlalu gemilang. Dia hanya menangani Timnas UEA selama satu tahun sampai kemudian menyeberang jauh ke Afrika Selatan.
Bersama Timnas Afrika Selatan, Queiroz mengesankan. Menjalani 24 laga, dia mampu meraih 10 kemenangan dan kemudian membawa Bafana lolos ke Piala Dunia 2010. Namun, belum sempat melatih di putaran final, pria yang kini telah berusia 65 tahun itu mengundurkan diri. Namun, dia tak lama menganggur karena panggilan dari Sir Alex Ferguson datang.
Ferguson yang kepincut dengan kemampuan Queiroz mengajaknya bergabung ke United sebagai asisten pelatih. Pria Portugal itu tentu saja tak menolak. Siapa pula yang mau menolak seorang Ferguson? Jadilah keduanya bekerja sama di Old Trafford. Dan dari sini, kisah Queiroz dengan Ronaldo dimulai.
ADVERTISEMENT
Queiroz adalah orang yang menyarankan Ferguson untuk memboyong Ronaldo muda di Inggris. Karena itu pula, transfer antara Sporting CP dan Manchester United untuk Ronaldo, ditengahi di apartemen Queiroz yang berada di Kota Lisbon.
Setelah sang pemain tiba di Inggris pun, Queiroz adalah sosok yang benar-benar memperhatikannya. Sebagai sesama Portugal, Ronaldo menemukan 'pengasuh' dalam sosok Queiroz. Meski kemudian dia sempat menjadi pelatih Real Madrid, tapi ketika dipecat dan kembali lagi ke Old Trafford, keakraban itu tak hilang.
Ronaldo dan Queiroz di Timnas Portugal. (Foto: FRANCISCO LEONG / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo dan Queiroz di Timnas Portugal. (Foto: FRANCISCO LEONG / AFP)
Dalam biografi 'Ronaldo' yang ditulis Gillem Balague, Queiroz adalah sosok yang membuat sang megabintang menjadi pencetak gol ulung dan pembaca permainan yang pintar. Ronaldo bahkan membuat banyak orang iri kala itu, sampai-sampai striker United kala itu, Ruud Van Nisterlooy, menyebut Queiroz adalah ayah yang senantiasa memanjakan anaknya.
ADVERTISEMENT
Kisah manis di Old Trafford itu kemudian berakhir pada 2008 seiring penunjukkan Queiroz sebagai pelatih Timnas Portugal. Di sini, dia mulai menjalin hubungan 'baru' dengan Ronaldo. Hubungan yang tak semanis di Inggris. Sebab, di Portugal tak ada lagi Ferguson dan semua kendali benar-benar dipegang Queiroz.
Queiroz sebenarnya tahu dia punya pemain amat hebat yang bisa jadi penopang tim. Namun, keputusannya untuk bermain dengan gaya defensif dan membosankan membuat kemampuan terbaik Ronaldo tak keluar. Di Piala Dunia 2010, langkah Selecao cuma sampai di babak 16 besar dan tak berhasil mencetak gol di tiga dari empat pertandingan yang mereka lewati.
Ronaldo jengkel dengan hal ini. Usai disingkirkan Spanyol dari Afrika Selatan, dia menjawab salah satu pertanyaan tentang mengapa Portugal tersingkir dengan kalimat: 'Tanya Queiroz!'. Setelah itu, kata sang pelatih, keduanya tak pernah lagi berbicara.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Ronaldo sempat tak mendapat panggilan ke Timnas Portugal sebelum akhirnya Queiroz dipecat. Manis-manis di United itu kini sudah ada. Setelah perseteruan 2010 itu, keduanya tak lagi menunjukkan kebersamaan dan sibuk dengan kariernya masing-masing sampai tibalah keduanya bertemu di laga pamungkas Grup B Piala Dunia 2018, Selasa (26/6/2018) dini hari WIB mendatang.
Ronaldo, tumpuan serangan Portugal. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo, tumpuan serangan Portugal. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Iran yang dilatih Queiroz akan menghadapi Portugal yang dipimpin oleh Ronaldo. Ini laga yang amat sentimental bagi keduanya. Terlebih laga ini memperebutkan satu tiket ke babak 16 besar. Siapa yang menang, bisa terus berada di Rusia, sedangkan yang kalah harus buru-buru angkat koper.
Portugal saat ini memang lebih diunggulkan. Apalagi Ronaldo tengah on fire setelah mencetak empat gol dalam dua laga awal. Namun, Iran juga tak bisa dianggap remeh. Semenjak ditangani Queiroz, sistem defensif mereka amat sulit dibobol lawan-lawan. Dari dua laga awal saja, mereka baru kebobolan satu kali.
ADVERTISEMENT
Iran benar-benar menjadi tim yang kokoh, solid, dan penuh semangat. Spanyol sudah tahu bagaimana sulitnya menghadapi pasukan Queiroz. Karena itu, jika hanya mengandalkan Ronaldo--yang sudah dihapal betul gerak-geriknya oleh Queiroz--Portugal bisa saja terjungkal dalam laga nanti.
Sebab, Queiroz juga ingin membuktikan bahwa gaya defensif yang dibenci Ronaldo bisa juga meraih sukses. Sementara Ronaldo juga ingin membuktikan kepada 'ayah asuhnya' bahwa dia sudah jadi pemain yang jauh lebih bagus dan siap menggapai sukses dengan imajinasinya sendiri.