Konfrontasi Viking vs The Jak di ‘Jalur Gaza’

1 Oktober 2018 9:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
The Jakmania menyalakan flare dalam pertandingan. (Foto: Twitter @Ultras_Sector5)
zoom-in-whitePerbesar
The Jakmania menyalakan flare dalam pertandingan. (Foto: Twitter @Ultras_Sector5)
ADVERTISEMENT
Ayam jantan belum lagi berkokok kala iring-iringan enam bus berisi anggota The Jakmania menembus kegelapan menuju Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jam menunjukkan pukul 02.30 dini hari, saat kebanyakan orang masih lelap dibuai mimpi.
ADVERTISEMENT
Tapi tidak bagi para suporter Persija Jakarta yang larut dalam sukacita setelah klub sepak bola andalan mereka merebut gelar Piala Presiden 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (17/2). Malam itu, Persija melibas Bali United dengan skor telak 3-0.
Namun kegembiraan 500-an The Jak yang menumpang bus-bus itu buyar begitu memasuki Terminal Cileungsi. Segerombolan pemuda telah menunggu di sana. Jumlahnya puluhan. Mereka membawa senjata tajam dan meneriakkan makian.
Caci maki itu bak genderang perang. Terminal Cileungsi segera menjelma arena pertempuran. Batu-batu melayang di udara dan menerjang badan bus.
“Semua bawa sajam dan sudah siap (menyerang),” kata Dimas Fauzi, The Jakmania Koordinator Wilayah Cileungsi ‘Chicago’ (Ciangsana-Cikeas-Jonggol), kepada kumparan di Leuwinanggung, Depok, Kamis (27/9).
ADVERTISEMENT
Dimas ikut menumpang salah satu bus yang diserbu itu. Ia sempat merekam peristiwa tersebut via ponsel. Kala itu, The Jak turun dari bus-bus yang mereka tumpangi dan melancarkan serangan balasan. Aksi saling lempar terjadi. Batu-batu kian banyak terbang.
Diam-diam, Dimas mengirim video perkelahian itu ke aparat Polres Bogor. Beberapa menit kemudian, polisi datang membubarkan tawuran.
Empat orang The Jak yang luka-luka akibat benda tajam dibawa ke Rumah Sakit Hermina Mekarsari yang berjarak enam menit berkendara dari lokasi tawuran. Sementara belasan orang Viking--kelompok suporter Persib Bandung--digiring ke kantor polisi setempat.
“Pelaku (penyerangan) dari Viking kami serahkan ke Kepolisian,” kata Arif Saifi Ridwan alias Oleh, Ketua Distrik Viking Cileungsi, Sabtu (29/9).
Konvoi The Jakmania. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konvoi The Jakmania. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Konfrontasi di Cileungsi, menurut Dimas, terjadi akibat kurangnya komunikasi antara pihaknya dengan aparat kepolisian setempat.
ADVERTISEMENT
“Ada miskomunikasi sama Polsek. Awalnya berangkat sudah koordinasi, tapi pas rombongan pulang lose contact.
Penyerangan terhadap The Jak, menurut mantan Ketua Distrik Viking Cileungsi Lutfi Anwar alias Obeh, terjadi akibat emosi kelompoknya mendengar lagu-lagu dengan lirik menghina Persib dinyanyikan suporter Persija selama pertandingan.
“Biasanya diawali dari nyanyian-nyanyian rasis di stadion. Kalau waktu itu di GBK,” kata Obeh kepada kumparan, Jumat (28/9).
The Jakmania (oranye) menyaksikan Persija bertanding. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
The Jakmania (oranye) menyaksikan Persija bertanding. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Tawuran akibat nyanyian hanya salah satu dari sekian gesekan antara Viking dan The Jak di ‘Jalur Gaza’--istilah di kalangan suporter bola Persib-Persija yang merujuk pada wilayah tempat bermukim rival mereka.
Menurut Bobotoh sekaligus peneliti hukum olahraga Eko Noer Kristiyanto yang lebih dikenal dengan nama Eko Maung, ‘Jalur Gaza’ juga sebutan untuk perbatasan Jakarta dan Jawa Barat yang memiliki basis suporter Persib dan Persija dalam jumlah berimbang.
ADVERTISEMENT
Maka, insiden tak hanya pecah di Cileungsi, tapi juga Bekasi, Cikarang, sampai Karawang. Di area-area itu, Viking dan The Jak ikut mewarnai dengan segala problem mereka--yang bahkan merembet hingga urusan asmara.
Keributan, misalnya, pernah pecah antara The Jak dan Viking Cileungsi yang sedang menonton bola bersama. Usut punya usut, ujar Obeh, “Ternyata salah satu provokator The Jak punya masalah dengan seorang anggota kami gara-gara perempuan.”
Bila dirunut lebih jauh, lanjut Obeh, ragam gesekan yang kerap terjadi di Cileungsi saat ini bermula dari ketidaksukaan Viking akan simbol-simbol Persija di wilayah itu.
Cileungsi bisa dibilang salah satu titik paling panas di ‘Jalur Gaza’ Jawa Barat-Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Dulu, ibaratnya nggak boleh lihat ada atribut oranye (warna The Jakmania) di Cileungsi ini. Hanya dua orang pun (kalau mengenakan simbol The Jak) akan kami kejar dan suruh buka atributnya,” kata Obeh yang memimpin Viking Cileungsi selama tiga tahun, 2012-2015.
Konflik di luar pertandingan, menurut Eko Maung, lebih mengerikan ketimbang di arena stadion.
“Karena tak selalu jadi sorotan media. Coba lihat di Cileungsi, Bogor, sering kejadian cuma nggak ada beritanya,” ujarnya saat bertandang ke kantor kumparan, Selasa (26/9).
Ucapan itu diamini Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer. “Dalam konteks Persija dan Persib, daerah Bogor dan sekitarnya itu Jalur Gaza. Kapan saja Viking dan Jakmania di sana bisa bertarung.”
Suporter Persib Bandung. (Foto: Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Persib Bandung. (Foto: Antara)
Viking Cileungsi berdiri pada 2007. Ia kini memiliki sekitar 300 orang anggota berusia produktif antara 25-30 tahun. Mereka tersebar di 12 desa yang masuk dalam wilayah administratif Cileungsi di tenggara Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Mayoritas anggota (Viking Cileungsi) bekerja sebagai buruh dan tukang jualan,” kata Oleh. Tak heran, sebab Cileungsi ialah salah satu kawasan industri yang menjadi penyangga ibu kota.
Sementara The Jak Cileungsi ‘Chicago’ yang terbentuk resmi tahun 2010 memiliki kurang lebih 500 orang anggota aktif. Separuh dari jumlah itu merupakan pendatang di Cileungsi.
Cegat-mencegat antara The Jak dan Viking di Cileungsi sudah biasa. Empat tahun sebelum insiden terakhir pelemparan batu ke bus The Jak pada Februari 2018, gesekan sudah terjadi. Ketika itu 2014, usai salah satu pertandingan Persija vs Persib di Stadion GBK Jakarta.
ADVERTISEMENT
Serupa seperti insiden 2018, kemarahan Viking Cileungsi tersulut nyanyian The Jak di stadion yang mereka dengar melalui televisi. Maka usai pertandingan, aksi ‘balasan’ dilancarkan. Kendaraan The Jak yang kembali ke arah Cileungsi jadi sasaran.
Bus rombongan The Jakmania dari Kabupaten Bogor. Badan bus dipasangi spanduk bertuliskan, “Bukan Anak Jakarta tapi Cinta Persija.” (Foto: Puti Cinintya/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bus rombongan The Jakmania dari Kabupaten Bogor. Badan bus dipasangi spanduk bertuliskan, “Bukan Anak Jakarta tapi Cinta Persija.” (Foto: Puti Cinintya/kumparan)
Viking Cileungsi bersiap di dekat kantor lama Kecamatan Cileungsi, Jalan Alternatif Cibubur. Begitu minivan dengan atribut Persija mendekat, mobil itu langsung diburu dan diserang.
Namun, betapa kaget Obeh--Ketua Distrik Viking Cileungsi saat itu--dan anak buahnya ketika melihat mobil itu berisi seorang bapak dan anak-anak usia sekolah menengah. Apa lacur mobil telanjur rusak parah.
Obeh seketika menyesal dan merenung. “Wah, kalau begini terus kita bisa ngebahayain nyawa orang,” ujarnya.
Viking Cileungsi kemudian membayar ganti rugi sekitar Rp 10 juta akibat kerusakan yang mereka timbulkan, dan korban yang suporter Persija itu mencabut laporan hukum atas peristiwa penyerangan yang menimpanya.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, Obeh dan bapak bernama Armand itu malah menjalin silaturahmi. “Alhamdulillah jadi akrab. Lebaran segala macam, bareng-bareng. Itu jadi titik balik bagi kami untuk mulai meredam (gesekan),” kata Obeh.
Ia berupaya mengajak The Jak sekadar ngopi bareng. Namun, perlu waktu untuk memperbaiki hubungan antara The Jak dan Viking. Rekonsiliasi tersebut didukung sebagian anggota, tapi juga ditolak yang lain.
Anggota yang tak sepakat dengan langkah Obeh membuka komunikasi dengan The Jak lantas hengkang dari Viking Cileungsi untuk bergabung dengan kelompok pendukung Persib lain seperti Hooligan dan Ultras.
Koreografi Persib vs Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. (Foto: Sandi Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koreografi Persib vs Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. (Foto: Sandi Firdaus/kumparan)
Obeh berharap, The Jak dan Viking Cileungsi dapat melakukan terobosan untuk mewujudkan perdamaian antara kedua kubu.
Dimas selaku The Jak Korwil Cileungsi ‘Chicago’ menekankan pentingnya komitmen nyata dari kedua belah pihak untuk tak saling serang.
ADVERTISEMENT
“Saya bukan enggak ingin damai, tapi saya mau lihat dulu gimana saat gue lewat di jalan. Kalau gue enggak diapa-apain, saat lu lewat juga gue jamin aman.”
------------------------
Ikuti laporan mendalam Sepak Bola Tumbal di Liputan Khusus kumparan.