Kroasia Diremehkan, Kroasia Melaju ke Final

12 Juli 2018 7:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Modric memimpin Kroasia di laga vs Inggris. (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
zoom-in-whitePerbesar
Modric memimpin Kroasia di laga vs Inggris. (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
ADVERTISEMENT
Beda nasib antara Kroasia dan Inggris di Piala Dunia 2018 mewujud jelas dalam langkah mereka di laga semifinal. Inggris yang dijagokan sebagai pemenang menutup laga dengan kekalahan. Kroasia yang disebut sebagai tim kelelahan justru mengakhiri pertandingan dengan kemenangan.
ADVERTISEMENT
Kelelahan yang disebabkan oleh faktor usia dan kondisi fisik pemain Kroasia yang tak seprima Inggris tadinya disebut-sebut sebagai hantu yang bakal merusak permainan tim di pertandingan krusial ini.
Anggapan ini cukup masuk akal karena dibandingkan Inggris, rataan usia pemain Kroasia lebih tua. Bila rataan umur pemain Inggris adalah 26 tahun, maka Kroasia menyentuh angka 27,9 tahun. Anggapan itu diperkuat dengan keberadaan pemain berusia tua yang menjadi kunci bagi permainan Kroasia. Luka Modric, misalnya, yang sudah berumur 32 tahun.
Namun, Kroasia membuktikan bahwa di atas lapangan, usia tak lebih dari sekadar hitungan angka dan anggapan cuma sekadar omongan. Laga melawan Inggris dituntaskan Kroasia dengan kemenangan 2-1. Ivan Perisic dan Mario Mandzukic menjadi dua sosok yang menggetarkan gawang yang dikawal oleh Jordan Pickford.
ADVERTISEMENT
Torehan kemenangan ini sama dengan sejarah baru di ranah sepak bola Kroasia. Ini menjadi pertama kalinya Kroasia menapak di partai final Piala Dunia. Atas raihan ini, Modric yang juga mengemban tugas sebagai kapten menuturkan bahwa kecenderungan media Inggris yang menganggap remeh timnya menjadi pecut yang ampuh untuk mendongkrak permainan mereka.
"Semua orang berbicara, mulai dari jurnalis Inggris, hingga pundit di televisi. Mereka meremehkan Kroasia dan itu menjadi kesalahan yang besar. Kata-kata ini kami terima, kami membaca tulisan-tulisan mereka dan berkata; 'Oke, hari ini kita lihat saja siapa yang akan kelelahan.' Seharusnya mereka bersikap lebih rendah hati dan lebih menghormati siapa pun yang menjadi lawan," papar Modric kepada The Guardian.
Di sepanjang laga, Kroasia memang tak menunjukkan gelagat sebagai tim kelelahan dan dimakan usia. Sempat tertinggal di menit kelima, tim besutan Zlatko Dalic itu berhasil menyamakan kedudukan di menit 68 dan mengamankan satu kursi finalis di menit 109.
ADVERTISEMENT
Mandzukic merayakan gol ke gawang Inggris. (Foto: REUTERS/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Mandzukic merayakan gol ke gawang Inggris. (Foto: REUTERS/Carl Recine)
Kroasia bertanding dengan gairah untuk mewujudkan kemenangan. Hasrat macam ini ditunjukkan lewat kegigihan Kroasia membangun serangan sepanjang laga. Disitat Whoscored, Kroasia membukukan 22 tembakan, dengan 7 di antaranya mengarah gawang. Sementara, Inggris berhasil mencatatkan 11 tembakan dengan 2 di antaranya mengarah ke gawang yang dikawal oleh Denijal Subasic.
Tekad Kroasia untuk menutup laga dengan kemenangan juga ditunjukkan lewat keuletan mereka dalam aksi bertahan. Di situasi ini, Modric dan kawan-kawannya akan mengejar pemain Inggris ke segala penjuru lapangan. Kroasia bahkan melepaskan 8 dari 27 tekel di daerah pertahanan Inggris.
"Kami kembali membuktikan bahwa kami tidak lelah, kami mendominasi pertandingan baik secara mental maupun fisik. Kami seharusnya juga bisa menuntaskan pertandingan sebelum babak tambahan."
ADVERTISEMENT
"Ini menjadi pencapaian yang mengesankan buat Kroasia. Mimpi panjang yang akhirnya menjadi kenyataan. Sekarang, kami ada di final. Ini menjadi kesuksesan terbesar sepak bola Kroasia. Kami harus bangga dengan pencapaian seperti ini," tegas Modric.