Krzyszstof Piatek: Antara Andriy Shevchenko dan Robert Lewandowski

24 September 2018 9:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Striker Genoa, Kryszstof Piatek. (Foto: Getty Images/Paolo Rattini)
zoom-in-whitePerbesar
Striker Genoa, Kryszstof Piatek. (Foto: Getty Images/Paolo Rattini)
ADVERTISEMENT
Serie A musim 2018/19 ini menawarkan sesuatu yang berbeda dan di sini kita tidak berbicara soal Cristiano Ronaldo. Justru sebaliknya. Di sini, yang akan kita perbincangkan adalah bagaimana daftar pencetak gol terbanyak justru didominasi nama-nama 'asing' yang sebelumnya tidak pernah mendapat banyak sorotan.
ADVERTISEMENT
Gregoire Defrel, penyerang Sampdoria itu, sudah mencetak empat gol. Padahal, musim lalu pemain asal Prancis tersebut cuma sanggup bikin satu gol dari 15 penampilan bersama Roma.
Dengan jumlah gol yang sama, ada pula Rodrigo De Paul, pemain buangan Valencia yang kini jadi tumpuan Udinese. De Paul, sebelum-sebelumnya, hanya mampu mencetak empat gol dalam semusim penuh, tetapi kali ini dari empat laga, empat gol pula telah dia lesakkan.
Namun, keberhasilan Defrel dan De Paul sejauh ini lebih bisa dimaklumi. Biar bagaimanapun, mereka berdua bukan nama baru di Serie A. Yang lantas betul-betul membuat geger adalah keberadaan sosok debutan bernama Krzyszstof Piatek di puncak tabel marcatori. Lebih dari Defrel dan De Paul, penyerang Polandia itu kini sudah mengemas lima gol dari empat pertandingan.
ADVERTISEMENT
Gol Piatek ke gawang Lazio pada laga pekan kelima, Minggu (23/9/2018) adalah gol kelima yang dimaksud. Meski Genoa kalah telak 1-3, gol itu sudah cukup membawa Piatek masuk buku sejarah Serie A.
Mmenurut catatan Opta, pemain terakhir yang mampu melakukan itu pada akhirnya jadi salah satu sosok legendaris di liga ini. Selain itu, torehan tersebut juga sudah lama sekali tidak terulang.
Sosok legendaris yang dimaksud adalah Andriy Shevchenko dan dia melakukan itu sembilan belas tahun silam. Ya, setelah pindah dari Dynamo Kyiv ke Milan pada 1999, Shevchenko langsung menggebrak. Pria Ukraina itu kemudian dikenang sebagai salah satu bomber paling berbahaya yang pernah merumput di Italia.
Sebelum menyamai rekor Shevchenko, Piatek juga sudah mampu menyamai rekor berusia 70 tahun di klubnya, Genoa. Rekor yang dimaksud adalah mencetak tiga gol dari empat pertandingan perdana dan sosok yang rekornya disamai Piatek itu adalah Juan Carlos Verdeal. Catatan-catatan inilah yang membuat Piatek betul-betul layak menjadi buah bibir di Serie A sampai sejauh ini.
ADVERTISEMENT
Untuk mendatangkan Piatek, Genoa tak perlu dana besar. Transfermarkt mencatat bahwa Il Grifoni hanya mengeluarkan duit 4,5 juta euro untuk mendaratkan pemain 23 tahun itu dari KS Cracovia yang berbasis di Krakow. Hasilnya pun, well, instan.
Piatek sendiri, sebelum membuat sensasi di Serie A, sudah membuktikan diri di ajang Coppa Italia. Saat bersua Lecce di babak ketiga, 12 Agustus silam, Piatek memborong empat gol kemenangan Genoa. Padahal, kala itu dia hanya bermain selama 60 menit. Lantas, ketika musim Serie A sudah dimulai, Piatek masih mampu meneruskan performa cemerlangnya.
Atas kebolehannya membobol gawang lawan tersebut, media-media kemudian melabeli Piatek dengan julukan 'Robert Lewandowski Baru'. Piatek pun, ketika ditanya ihwal perbandingan ini tak menampik bahwa dia mengagumi striker Bayern Muenchen tersebut. Namun, dia mengaku punya gaya bermain yang berbeda.
ADVERTISEMENT
"Lewandowski memang merupakan salah satu idolaku, tetapi kupikir, gaya bermainku lebih mirip Harry Kane," ujarnya usai membobol gawang Lecce tadi.
Well, Kane sampai saat ini telah membuktikan diri bahwa dia bukan sensasi satu musim saja. Kini, pertanyaannya adalah, mampukah Piatek melakukan hal yang sama sehingga dia nantinya bisa menjadi Lewandowski baru atau Shevchenko baru? Kita nantikan.