Kunci Sukses Persib Kalahkan Arema: Bola Panjang dan Umpan Silang

14 September 2018 8:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jonathan Bauman menanduk bola dalam laga Persib Bandung vs Arema FC. (Foto: Raisan Al Farisi/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Jonathan Bauman menanduk bola dalam laga Persib Bandung vs Arema FC. (Foto: Raisan Al Farisi/Antara)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak salah menempatkan Persib Bandung sebagai unggulan di setiap laga Liga 1 2018. Sebab, ketika alur distribusi mereka terpampat, 'Maung Bandung' masih bisa meneror dan membidik gawang lawan.
ADVERTISEMENT
Itulah yang terlihat ketika Persib mengalahkan Arema FC dengan skor 2-0 dalam laga di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Kamis (13/9/2018) sore WIB. Pertandingan ini tidak cuma menyoal bagaimana Atep Rizal dan Bojan Malisic membuka keran gol, tetapi juga kepiawaian bek-bek 'Maung Bandung' dalam mengalirkan bola.
Dalam laga pekan ke-21 Liga 1 itu, Arema tahu betul bahwa sumber alur distribusi Persib berasal dari kedua porosnya, Dedi Kusnandar dan Oh In-Kyun. Maka itu, 'Singo Edan' tak membiarkan Dedi dan In-Kyun nyaman menguasai bola dengan melakukan penjagaan orang per orang.
M. Rafli dan Hendro Siswanto diutus Milan Petrovic untuk terus membatasi pergerakan sekaligus menutup area umpan gelandang Persib tersebut. Arema juga berupaya menyempitkan ruang yang bisa dimanfaatkan sayap-sayap Persib untuk masuk ke sepertiga akhir dengan menerapkan penjagaan daerah.
ADVERTISEMENT
Efeknya, dua bek tengah Persib, Bojan Malisic dan Victor Igbonefo, lebih banyak menyentuh dan mendistribusikan bola ke lini depan ketimbang melakukan aksi-aksi defensif guna meredam serangan Arema. Bahkan, pada awal babak pertama, Malisic dan Igbonefo kerap memainkan bola-bola pendek di pertahanan sendiri.
Begitu pula dengan full-back Persib yang rajin terlibat dalam hal build-up. Sampai-sampai Ardi Idrus, yang jarang naik ke pertahanan lawan dalam laga-laga sebelumnya, beberapa kali melakukan penetrasi dan menginisiasi serangan dari tepi lapangan.
Tersumbatnya aliran bola Persib sepanjang babak pertama tertera dalam statisik. Persib mencatatkan 63% penguasaan bola, tetapi cuma mampu melakukan 4 upaya dengan 1 di antaranya mengarah tepat ke gawang. Persib kesulitan mengancam karena peredaran bola lebih banyak di daerah sendiri.
ADVERTISEMENT
Oh In-kyun menerima pengawalan ketat dalam laga Persib vs Arema. (Foto: Dok. Liga Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Oh In-kyun menerima pengawalan ketat dalam laga Persib vs Arema. (Foto: Dok. Liga Indonesia)
Lalu, apa yang menjadi senjata Persib menekuk Arema? Jawabannya terletak pada kepiawaian bek-bek Persib dalam mengirimkan umpan. Malisic dan Igbonefo yang menjadi sumber distribusi mampu mengirimkan umpan panjang dengan baik ke lini depan.
Memang, tak ada persentase yang bisa membuktikan ketepatan kedua pemain itu dalam menyuplai bola ke lini depan. Akan tetapi, dalam beberapa situasi, Malisic dan Igbonefo bisa mendaratkan bola dengan baik ke kaki-kaki pemain depan atau setidaknya bisa mengarahkan bola kepada Ezechiel N'Douassel dan Jonathan Bauman.
Hebatnya, N'Douassel dan Bauman mampu menjadi tembok yang bertugas memantulkan bola ke tepi lapangan. Itulah yang kemudian menjadi daya Persib untuk meneror gawang lawan kendati alur distribusi mereka terpampat.
Umpan Silang: Kunci Persib Atasi Arema
ADVERTISEMENT
Saat area tengah permainan Arema begitu rapat, Persib mengambil satu keputusan tepat untuk memakai jalur kanan dan kiri sebagai sumber serangan. Skema itu direalisasikan dengan tingginya penetrasi yang dilakukan bek-bek sayap mereka dan otoritas operan yang diarahkan ke tepi lapangan ketika sudah di sepertiga akhir.
Umpan silang jadi andalan Persib ketika sudah memasuki pertahanan Arema. Ada banyak latar belakang mengapa umpan silang menjadi tumpuan serangan Persib, di antaranya buruknya blok bek sayap Arema dan postur N'Douassel plus Bauman yang tinggi.
Bek kanan Arema, Agil Munawar, terbilang buruk dalam mengantisipasi pergerakan Ghozali Siregar di sisi kanan. Agil begitu reaktif saat melihat Ghozali atau Adri bergerak di daerah permainannya. Hal itu memudahkan Ghozali untuk mengirimkan umpan silang.
ADVERTISEMENT
Di samping faktor-faktor tersebut, Arema punya masalah dalam mematahkan bola-bola silang Persib. Salah satunya adalah jarak yang terlalu jauh dan buruknya koordinasi antarpemain, terutama Hamka Hamzah dan Israel Wamiau, di dalam kotak penalti.
Gol pertama Persib bisa jadi bukti. Ghozali mendapatkan ruang untuk melepaskan umpan silang. Bola yang meluncur di depan gawang mampu ditepis oleh kiper Utam Rusdiana. Namun, tak ada pemain belakang Arema yang menyapu bola liar tersebut. Alhasil, bola mendarat di kaki Atep dan bisa dikonversikan menjadi gol.
Buruknya Arema dalam mengantisipasi umpan silang terlihat juga dari peluang-peluang yang didapatkan Persib via bola mati. Selain gol Malisic yang diawali sepak pojok, ada beberapa kesempatan didapatkan Persib karena bek-bek Arema butut dalam mematahkan umpan silang via bola mati.
ADVERTISEMENT