Laga Milan vs Juventus yang Memanusiakan Higuain

12 November 2018 11:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Drama Higuain di laga AC Milan vs Juventus. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
zoom-in-whitePerbesar
Drama Higuain di laga AC Milan vs Juventus. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
ADVERTISEMENT
Gonzalo Higuain menyudahi laga AC Milan melawan Juventus bak seorang pesakitan. Sepakan penaltinya digagalkan Wojciech Szczesny, diganjar kartu kuning di menit 83, mengumpat kepada wasit, dihukum wasit dengan kartu merah, dan teman-temannya menanggung kekalahan 0-2 dari Juventus, tim yang ditinggalkannya di awal musim 2018/19.
ADVERTISEMENT
Bagi Milan, San Siro malam itu adalah cerita kekalahan yang berulang. Namun bagi Higuain, San Siro adalah bukti bahwa sepak bola tak mengenal naskah. Bahwa menjadi pesepak bola tak sama dengan menjadi seorang penulis fiksi, yang dapat menciptakan duniamu sendiri, yang dapat menetapkan kemenangan dan kekalahanmu sendiri.
Laga pekan ke-12 Serie A 2018/19 yang berlangsung pada Senin (12/11/2018) dini hari WIB itu menjadi milik Juventus berkat gol Mario Mandzukic dan Cristiano Ronaldo. Kemenangan 2-0 yang direngkuh oleh Juventus menjadi medium paling relevan untuk membuktikan dominasi mereka di ranah kompetisi Serie A dan Italia.
"Saya harus meminta maaf kepada rekan-rekan saya, kepada pelatih, suporter, dan juga kepada wasit yang tentunya mendengar sendiri apa yang sudah saya ucapkan padanya. Di waktu yang sama, wasit seharusnya memahami emosi yang muncul di momen tersebut. Saya berekasi sekeras itu, saya tahu seharusnya saya tidak bersikap demikian. Jadi, saya meminta maaf kepada tim, pelatih, dan suporter," jelas Higuain, dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
"Yang diberikan wasit kepada saya tadinya hanya kartu kuning. Ya, memang seperti keputusannya. Saya meminta maaf dan bertanggung jawab atas reaksi saya."
Berhitung mundur, insiden kartu kuning itu terjadi di menit 83. Higuain kedapatan melanggar Medhi Benatia dan dihukum wasit dengan kartu kuning. Tak terima dengan keputusan sang pengadil lapangan, Higuain melontarkan protes keras yang dibarengi dengan umpatan. Persoalan terakhir inilah yang menggerakkan wasit Paolo Silvio Mazzoleni untuk mengacungkan kartu merah kepada sang penggawa Argentina.
"Saat kau bermain untuk klub lamamu, maka rasanya akan berselalu berbeda. Saya tetap bertanggung jawab, saya sadar ini tidak boleh terjadi lagi. Namun, saya juga harus jujur, akan selalu ada waktu saat kau kehilangan kendali. Bagaimanapun, kami yang bertanding ini bukan robot. Kami ini manusia, kami memiliki emosi," ucap Higuain.
ADVERTISEMENT
"Saya tahu saya salah. Saya meminta maaf kembali dan berjanji hal macam itu tidak akan terjadi lagi. Saya memang orang dan pesepak bola yang emosional. Sulit bagi saya untuk mengontrol sentimen pribadi. Bahkan orang-orang bisa menebak bagaimana mood saya hanya dengan melihat saya secara sekilas," kata mantan penyerang Napoli itu.
Higuain diganjar kartu merah di laga melawan Juventus. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
zoom-in-whitePerbesar
Higuain diganjar kartu merah di laga melawan Juventus. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
Turin adalah tempat yang tadinya dipikir Higuain sebagai rumahnya. Lima puluh lima gol dipersembahkannya dalam 105 penampilan Juventus, kontribusi yang turut mengantarkan Juventus pada masing-masing dua gelar juara Copa Italia dan scudetto. Namun, ternyata, Turin tak pernah menjadi rumah untuk Higuian. Cristiano Ronaldo datang, ia ditendang. Setidaknya, itulah yang berputar-putar dalam alam pikir Higuain.
"Di dalam diri saya, saya merasa ada sesuatu yang patah di hari ketika mereka melakukan transfer dengan memasukkan Ronaldo," kata Higuain kepada La Gazzetta dello Sport dilansir ESPN pada 19 Oktober 2018.
ADVERTISEMENT
"Bukan keputusan saya untuk pergi. Saya sudah memberikan segalanya untuk Juventus, saya juga memenangi banyak gelar di sana. Setelah Ronaldo datang, klub meminta saya untuk meningkatkan kualitas dan bilang bahwa saya tidak bisa bertahan, mereka bilang akan mencoba mencari solusi," tuturnya menambahkan.
Maka, bertemu kembalilah Higuain dengan Juventus. Seharusnya, laga ini menjadi kesempatan paling brilian yang dapat membuktikan bahwa Higuain belum habis. Pertandingan yang mampu membuat membuat Higuain berkata kepada Juventus, "Oke, kalian sudah membuang saya. Tapi, saya belum tamat. Saya menemukan tempat dan kini, gol saya membuat kalian menelan kekalahan."
Namun, sepak bola tak mau berkawan dengan skenario. Hitung-hitungan pratinjau dan prediksi yang kelogisannya mencapai batas paling muskil sekalipun tak selamanya sejalan dengan kenyataan pertandingan. Alih-alih menutup laga krusial dengan gol penentu kemenangan, Higuain justru menuntaskan laga dengan membawa pulang peringatan bahwa sepak bola tak melulu tentang emosi, tapi juga akal sehat.
ADVERTISEMENT
"Saya tahu, apa yang saya tunjukkan itu bukan contoh yang baik buat anak-anak. Tapi, kami bukan robot. Saya paham, reaksi saya salah, tapi di sisi lain, wasit juga seharusnya menyadari situasi yang ada dan bisa lebih pengertian. Soal kasus ini, pelatih bilang bahwa saya terlalu mengambil hati sehingga semuanya jadi terasa terlalu menyakitkan. Jadi, sekarang saya harus mengendalikan diri sendiri dan belajar untuk lebih tenang," ujar Higuain.
Dan begitulah, Higuain memang menutup pertandingan melawan Juventus bak seorang pesakitan. Namun, hanya manusia yang bisa menjadi pesakitan.