Lampard Kecam Nyanyian Rasial Suporter Chelsea

29 Juli 2019 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Frank Lampard mendampingi Chelsea saat menghadapi Reading di Madejski Stadium. Foto: Andrew Couldridge/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Frank Lampard mendampingi Chelsea saat menghadapi Reading di Madejski Stadium. Foto: Andrew Couldridge/Reuters
ADVERTISEMENT
Minggu (28/7/2019), lawan Chelsea di Madejski Stadium adalah Reading. Namun, suporter The Blues yang ikut bertandang ke arena tersebut justru menyinggung Tottenham Hotspur dan West Ham United dalam chant-chant (nyanyian) mereka.
ADVERTISEMENT
Bukan sesuatu yang mengherankan, sih, mengingat dua tim tersebut sama-sama berasal dari London. Itu berarti, Spurs dan West Ham merupakan rival sekota Chelsea seperti halnya Arsenal.
Maka, wajar-wajar saja jika mereka mengagungkan segala momen-momen superior atas sang rival. Termasuk gol ke-200 Lampard saat Chelsea menghadapi West Ham di Stamford Bridge pada 2013. Chant tentang itulah yang dilantunkan suporter di Madejski Stadium.
Masalahnya, lagu tersebut menyelipkan kalimat bernada rasial. Suporter Chelsea dideskripsikan sebagai pikeys -- istilah untuk menyindir kaum Gipsi Inggris dan pendatang dari Irlandia.
Suporter memberikan dukungan kepada Chelsea. Foto: Reuters/Carl Recine
Lampard selaku sosok yang dipuja dalam lagu itu, tak lantas mengapresiasi sikap suporter. Dia justru bersikap antipati karena pendukungnya dianggap melontarkan pesan-pesan tak pantas.
ADVERTISEMENT
"Dukungan untuk suporter luar biasa. Saya sebetulnya tidak mendengarkan lagu yang dipermasalahkan. Namun, jika ada lagu semacam itu pada era modern atau kata-kata ofensif, saya tentu tidak ingin mendengarnya," tutur Lampard seperti dilansir oleh Telegraph.
"Begitulah pandangan saya sebagai sosok besar di Chelsea yang menghargai dukungan dan merasakannya bertahun-tahun. Sebaliknya, jika suporter menyanyikan lagu lainnya, saya akan memberikan dukungan," ujar pria yang sempat bermain untuk West Ham itu.
Kasus rasialisme yang melibatkan suporter Chelsea bukan kali pertama terjadi. Salah satu yang cukup parah hadir pada April 2019 lalu atau sebelum The Blues bertanding di kandang Sparta Praha.
Berlatar di sebuah bar di Kota Praha, Republik Ceko, sekitar enam orang suporter Chelsea bernyanyi dan menyebut Mohamed Salah sebagai 'bomber'. Ini ditengarai berkaitan agama Islam atau kepercayaan Salah.
ADVERTISEMENT
Akibat momen tersebut, manajemen Chelsea sempat melayangkan ultimatum. Mereka mengancam akan mencabut hak-hak pemegang tiket musiman terhadap suporter yang melakukan aksi serupa.
"Klub memiliki batasan jelas untuk hal-hal di luar lapangan. Terkait perilaku ofensif dan prasangka, kami telah bersikap tegas dalam era modern. Kami tak menginginkannya," ucap Lampard.