Lewat Bola Mati, Liverpool Hidup Lagi

22 April 2019 13:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses gol Wijnaldum di laga Cardiff City melawan Liverpool. Foto: REUTERS/Rebecca Naden
zoom-in-whitePerbesar
Proses gol Wijnaldum di laga Cardiff City melawan Liverpool. Foto: REUTERS/Rebecca Naden
ADVERTISEMENT
Cardiff City bukan lawan sembarangan. Mereka menahan Liverpool tanpa gol di sepanjang 45 menit pertama laga pekan ke-35 Premier League 2018/19. Padunya transisi dari menyerang ke bertahan membuat rangkaian tekanan yang digencarkan Liverpool mental.
ADVERTISEMENT
Ruang ganti tak sekadar menjadi tempat rehat bagi para pemain. Ruangan itu berulang kali menjadi cikal-bakal kebangkitan tim. Begitu pula dengan yang terjadi pada laga Cardiff melawan Liverpool, Minggu (21/4/2019).
Gagal membobol tuan rumah di sepanjang paruh pertama, Liverpool bangkit dan menggondol dua gol. Yang pertama, gol Georginio Wijnaldum yang melanjutkan sepak pojok Trent Alexander-Arnold. Kedua, via tendangan penalti James Milner.
Juergen Klopp usai laga Cardiff City vs Liverpool. Foto: Reuters/Carl Recine
Juergen Klopp bahkan mengakui gol pertama yang lahir dari tendangan sudut itu sebagai gol yang indah. Penyebabnya, torehan itu muncul dari analisis para pemain di ruang ganti.
"Kami memanfaatkan bola mati dengan cara fantastis. Tim sangat cerdas, mereka belajar dari pengalaman sepak pojok di sepanjang babak pertama. Keputusan taktikal mereka itu tidak lahir di tempat latihan, tapi di ruang ganti. Saya menyukainya," jelas Klopp, dilansir The Guardian.
ADVERTISEMENT
Klopp menilai, anak-anak asuhnya memahami Cardiff tak cukup baik dalam mengantisipasi situasi bola mati. Di Premier 2018/19, tim asuhan Neil Warnock ini sudah 65 kali kemasukan gol. Bila dirinci, 15 gol (23%) di antaranya lahir dari situasi bola mati. Di sisi lain, Cardiff mencetak 10 dari 30 gol lewat skema bola mati.
Angka yang cukup signifikan inilah yang dipahami oleh Liverpool. Dalam fragmen gol Wijnaldum itu, memang ada empat pemain Cardiff yang bersiaga menutup aliran bola yang dikirim oleh Alexander-Arnold.
Pemain Cardiff City Oumar Niasse berebut bola dengan sejumlah pemain Liverpool. Foto: Reuters / Carl Recine
Namun, keputusan yang mereka ambil keliru karena keempat orang tersebut hanya bersiaga tepat di garis gawang. Sementara, wilayah depan garis gawang dibiarkan kosong. Padahal, Wijnaldum mengambil posisi di area tersebut setelah berlari melewati kepungan beberapa pemain lawan.
ADVERTISEMENT
Manuver Cardiff itu bisa dimaklumi. Pasalnya, di area tersebut sudah ada empat pemain Liverpool yang bersiaga. Sialnya, tiga di antaranya memang rajin mencetak gol: Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane. Sementara, satu orang lagi adalah Joel Matip yang berpostur menjulang.
Hasilnya dapat ditebak. Wijnaldum dengan leluasa melepaskan sepakan keras mengarah tengah gawang saat para pemain Cardiff bergerak untuk mengepungnya. Ruang yang lebar, meski terbuka hanya dalam waktu singkat inilah yang menjadi momentum Wijnaldum untuk menggedor gawang lawan.
Jadi, anggaplah keempat pemain Liverpool tadi sebagai screener alias penghalang. Ketiganya bisa saja ditugaskan sebagai umpan untuk membuka ruang bagi Wijnaldum yang bersiap mengambil posisi di belakang mereka.
Selebrasi pemain Liverpool usai mencetak gol ke gawang Cardiff City. Foto: Reuters / Carl Recine
"Kamera sebagus apa pun, dari sudut pandang mana pun, tidak akan bisa menyaingi pengamatan para pemain yang turun langsung ke lapangan. Gini (panggilan akrab Wijnaldum) berlari melepaskan diri dari kepungan lawan sehingga ia berhasil mendapatkan ruang. Tugas selanjutnya adalah melepaskan tembakan akurat. Gol yang brilian, saya menyukainya," jelas Klopp.
ADVERTISEMENT
Menyoal set-piece, para pemain Liverpool memang bisa diandalkan. Dalam 35 laga Premier League 2018/19, 18 dari 79 gol 'The Reds' lahir dari situasi bola mati. Yang perlu diperhatikan, set-piece adalah skema alternatif untuk mencetak gol, bukan cara utama. Bagaimanapun, situasi yang berujung set-piece tidak terjadi di sepanjang pertandingan.
Ah, tapi tampaknya kita tak perlu pusing-pusing mengkhawatirkan itu. Toh, jika bicara hitung-hitungan statistik, Liverpool memang tak mengandalkan situasi bola mati untuk mendulang kemenangan. Buktinya, 57% gol mereka dicetak lewat skema open play. Jadi, cukup aman 'kan?