Lewat Jersi, Dortmund Bersuara Lantang Melawan Diskriminasi

15 September 2018 9:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Borussia Verbindet, cara Dortmund melawan diskriminasi. (Foto: Patrik STOLLARZ / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Borussia Verbindet, cara Dortmund melawan diskriminasi. (Foto: Patrik STOLLARZ / AFP)
ADVERTISEMENT
Borussia Dortmund mengambil sikap. Mereka melawan diskrimasi yang kian menggila di tanah Jerman.
ADVERTISEMENT
Tepat pada 28 Agustus 2018, Jerman membara. Di salah satu kotanya, Chemnitz, terjadi demonstrasi besar-besaran yang melibatkan banyak pihak. Beberapa di antaranya adalah imigran, aktivis sayap kanan, serta aktivis Nazi. Unjuk rasa ini berakhir ricuh, dan sebuah laporan dari BBC menyebut bahwa ada penyerangan yang diterima para jurnalis dan imigran dalam aksi tersebut.
Hal ini memancing Dortmund untuk bersuara. Dalam laga pekan ketiga Bundesliga 2018/19 menghadapi Eintracht Frankfurt di Westfalenstadion, Sabtu (15/9/2018) dini hari WIB, Dortmund berbicara lewat jersi mereka yang mencantumkan tulisan 'Borussia Verbindet' di bagian depan. Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, akan berarti 'Borussia Bersatu'.
Lewat laman resminya, Dortmund menjelaskan bahwa mereka mengusung semangat persatuan yang tidak memandang ras, jenis kelamin, maupun usia.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah contoh dari komitmen Borussia Dortmund untuk melawan rasialisme, antisemitisme, homophobia, dan segala bentuk diskriminasi di masyarakat. Intinya, Borussia Dortmund terbuka kepada perbedaan," ujar pernyataan resmi Dortmund tersebut.
"Keluarga Kuning-Hitam (warna jersi Borussia Dortmund), baik itu mereka yang bekerja di klub, anggota klub, dan para suporter, bersatu di bawah warna kuning dan hitam. Dengan bangga, kami mengambil sikap ini," katanya menambahkan.
Dengan ini, Dortmund menjadi satu dari beberapa klub di Bundesliga yang mengambil sikap melawan diskriminasi di tengah situasi Jerman yang memanas karena naiknya isu soal imigran. Musim lalu, Eintracht Frankfurt melakukan hal yang sama, ketika mereka melarang spanduk bendera partai Far-Right Alternative for Deutschland (AfD) dibentangkan di markas mereka.
ADVERTISEMENT
Kelompok ultras Werder Bremen, Caillera, juga menyuarakan hal yang sama ketika Bremen bersua FC Nurnberg. Mereka meminta kepada para suporter, lewat spanduk yang mereka tulis di laga tersebut, untuk menjadi suporter yang kreatif, spanduk yang berisikan pesan persatuan. Tapi, ada juga pihak yang tidak setuju soal bersuaranya klub-klub di Jerman ini, salah satunya adalah Ralf Rangnick, pelatih RB Leipzig.
"Sepak bola memang bisa membawa banyak orang bersatu dalam beberapa hal. Maka, agar fungsi ini tetap terjaga, sepak bola harus jauh dari politik. Sepak bola harus jadi alat pemersatu, tapi mereka tidak boleh dilibatkan dalam politik," ujarnya.
Terlepas dari pro dan kontra yang mengikuti, Dortmund telah mengambil sikap. Dan sikap itu tak dipendam dalam. Mereka bersuara. Sepakan mereka di atas lapangan bukan hanya tentang merebut kemenangan, tapi juga tentang upaya menyingkirkan diskriminasi. Pekik sorak mereka tak hanya untuk merayakan gol, tapi juga pekik lantang yang merayakan perbedaan, yang melindungi kemanusiaan.
ADVERTISEMENT