Liga 1 Krisis Jumlah Wasit

19 Juni 2019 21:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wasit Liga 1. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wasit Liga 1. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Menit 90 laga Persebaya versus PSIS Semarang (30/5/2019) tampak panas. Skor tengah seri 1-1 dan kedua tim ngotot mengincar kemenangan.
ADVERTISEMENT
Bola liar di sisi kanan pertahanan PSIS menjadi perebutan antara Fredyan Wahyu dan Elisa Basna. Fredyan lebih dekat dan berhasil mendapat bola lebih dulu.
Meski demikian, Elisa yang kadung masuk dalam kemelut tetap melayangkan cegatan. Alih-alih mengenai bola, kaki pemain Persebaya itu malah mendarat di perut Fredyan.
Pemain PSIS itu langsung meringis kesakitan akibat injakan Elisa. Sontak pemain-pemain 'Laskar Mahesa Jenar' marah kepada Elisa. Keributan nyaris pecah.
Wasit melerai dan langsung mengeluarkan kartu kuning dari sakunya untuk Elisa. Hanya saja, hukuman itu kembali memicu kericuhan. Penggawa PSIS tak terima Elisa tak diganjar kartu merah langsung.
Namun, ribut-ribut itu tak berlangsung lama. Pertandingan bisa diselesaikan.
Elisa lalu mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Fredyan. “Situasi di lapangan sedang cari menang. Saya langsung telepon dia (Fredyan) buat meminta maaf. Mau ke hotelnya, tapi dia keburu balik ke Semarang," ujar Elisa.
ADVERTISEMENT
Buntut dari partai pekan ketiga Liga 1 itu panjang. Sang pengadil harus bersiap dipanggil Komite Wasit soal keputusan kontroversialnya.
***
Cerita keputusan kontroversial wasit di partai Persebaya melawan PSIS menutup perhelatan Liga 1 sebelum libur Lebaran. PSSI langsung mendapat sorotan untuk menindaklanjuti kinjera wasit selama tiga pekan awal kompetisi.
Sebelumnya pun ada beberapa keputusan kontroversial pengadil lapangan dalam dua pekan awal. Sebanyak tujuh wasit Liga 1 sudah ada yang dipanggil menghadap Komite Wasit PSSI untuk. Kasusnya pun bermacam-macam.
Tengok saja ketika pertandingan PSS Sleman kontra Semen Padang pada pekan kedua. Sang pengadil tak menghukum Kushedya Hari Yudo yang melakukan diving di kotak penalti 'Kabau Sirah'. Malah, wasit menunjuk titik putih atau menghadiahi PSS tendangan penalti.
ADVERTISEMENT
Belum lagi drama hakim garis yang mengangkat bendera offside pada laga PSS melawan Arema FC pada pekan pertama liga. Dua kali sang asisten wasit menghukum offside pemain Arema. Padahal, dalam tayangan ulang posisi pemain 'Singo Edan' onside.
Sementara itu, lima kesalahan wasit lain tak dibeberkan PSSI. Federasi memang berpegang teguh kepada Kode Etik untuk tidak mengekspos apa saja keputusan salah dari wasit berikut namanya. Kecuali, sang pengadil melanggar Kode Etik semisal terlibat match fixing, baru boleh dibeberkan.
“Berdasarkan ketentuan di PSSI, tidak boleh wasit yang salah dalam menjalani tugas diekspos. Kecuali dia melanggar etika, seperti suap,” ujar Efraim Ferdinand, Pelaksana Tugas Kepala Departemen Wasit PSSI, kepada kumparanBOLA.
Efraim kemudian berbicara langkah yang dilakukan PSSI dalam meningkatkan kualitas wasit. Tujuh wasit yang salah bertugas dalam pekan pertama dan kedua ditambah satu wasit di laga Persebaya vs PSIS masuk daftar panggil evaluasi.
ADVERTISEMENT
Namun, sebelum dipanggil Komite Wasit PSSI dan tim penilai wasit, delapan pengadil lapangan itu sudah menjalankan hukuman larangan memimpin laga sehari setelah mereka membuat kesalahan. Pekan ini evaluasi selesai dilakukan untuk menilik kesalahan tugas wasit plus hukuman tambahan.
“Mereka ditarik dari penugasan sampai waktunya evaluasi tiba. Jadi, mereka sebetulnya sudah dihukum lebih dulu. Sanksi itu keluar 1 x 24 jam setelah kejadian (kesalahan bertugas, red.). Pada evaluasi wasit akan diteliti kesalahannya apa,” kata Efraim.
Hukuman tambahan buat wasit, kata Efraim, bentuknya beragam. Mulai dari sanksi penonaktifan sementara, tidak ditugaskan lagi pada musim ini, hingga degradasi ke kompetisi di bawah Liga 1.
“Sudah dilakukan evaluasi performa wasit Liga 1 untuk pekan pertama sampai ketiga pada 16 Juni. Beragam kejadian atau insiden dibahas. Wasit yang bersangkutan sudah dimintai keterangan serta diberikan arahan perbaikan. Ada hukuman tergantung kesalahan yang mereka buat,” ujar Efraim.
ADVERTISEMENT
Evaluasi wasit bukan pekerjaan mudah bagi PSSI. Efraim menuturkan kalau tim penilai bersama Komite Wasit PSSI mesti mencari tahu apa dasar pengambilan keputusan para pengadil sebagai langkah awal.
“Kasus Elisa Basna, misalnya, harusnya mendapat kartu merah. Namun, persoalannya harus dilihat dari dasar si wasit memberikan kartu kuning. Pastinya, wasit akan cerita kondisi atau atmosfer di lapangan seperti apa. Dia harus berpikir cepat dengan kondisi yang ada. Ini contoh saja, dia memberikan kartu kuning karena kalau kartu merah penonton akan rusuh dan pertandingan tak selesai. Artinya, dia ingin ‘menyelamatkan’ laga. Itu bisa jadi dasar keputusan di evaluasi. Dia tetap mendapat hukuman, tapi ada alasan mau menyelamatkan pertandingan yang bisa dipertimbangkan,” tutur Efraim.
ADVERTISEMENT
Tugas Departemen Wasit PSSI sangat padat pada awal Liga 1 musim 2019. Setelah melakukan evaluasi wasit, departemen tersebut langsung dihadapkan makin berkurangnya wasit Liga 1 karena banyak yang kena sanksi.
Seperti diketahui, jumlah wasit yang bertugas di Liga 1 kali ini hanya 32 orang (14 wasit tengah dan 18 asisten wasit). Kalau delapan wasit sudah dipanggil dan terkena hukuman, otomatis hanya tersisa 26 wasit saja.
Pahit-pahitnya, perhitungan kasar kedelapan wasit yang terhukum merupakan wasit tengah. Artinya, tinggal enam wasit tengah yang bertugas memimpin liga pada pekan-pekan berikut. Padahal, ada sembilan laga dalam setiap pekan.
“Kerja Departemen Wasit PSSI mengevaluasi kinerja pengadil lapangan setiap dua pekan. Kecuali ada kasus ekstrem, maka akan ada evaluasi mendadak. Yang kemarin saja belum kelar, ini kami harus berpikir merotasi wasit yang masih bisa bertugas,” kata Efraim.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Efraim blakblakan kalau enam wasit yang tidak masuk daftar evaluasi akan kerja rodi. Masalahnya, performa wasit akan terdampak kalau tugasnya padat.
“Dalam dunia wasit, sebelum bertugas mereka dites dulu fit atau tidak. Nah, kalau kerja rodi begini, performa mereka terpengaruh. Wasit itu ‘kan tidak boleh punya tugas lain. Artinya begini, begitu kelar memimpin pertandingan mereka harus menjalani program seperti pemulihan fisik. Lalu, ia harus menjaga kondisi kebugarannya sebelum bertugas lagi. Jika kerja rodi begini bikin mereka fisiknya menurun,” ujar Efraim.
Menyikapi krisis pengadil Liga 1, PSSI berniat untuk melakukan penambahan jumlah wasit. Namun, penambahan itu tidak bisa dilakukan pada tengah musim kompetisi.
Terlebih, menambah jumlah wasit Liga 1 ditempuh melalui seleksi tak sembarangan. Ada empat tahapan seleksi, yaitu psikotes, tes pemahaman Laws of the Game, tes kebugaran, dan penilaian performa musim 2018.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, arah untuk penambahan wasit sudah dilakukan PSSI. Pada 12-14 Juni lalu digelar seleksi. Namun, Departemen Wasit PSSI belum membeberkan hasil seleksi tersebut.
“Bisa menambah, tapi nanti tengah musim. Evaluasi keseluruhan wasit itu per tengah musim. Nah, kami sudah menggelar seleksi kemarin. Ada enam wasit lagi untuk upaya penambahan ini. Mereka adalah wasit di Piala Indonesia yang tidak lolos memimpin Liga 1 musim ini,” ujar Efraim.
Memang, menurut Efraim, masih ada nama Thoriq Alkatiri yang didaftarkan memimpin Liga 1. Artinya, sekarang kompetisi level teratas Indonesia itu punya tujuh wasit. Namun, Thoriq sendiri diprioritaskan untuk memimpin laga level Asia.
“Kalau bisa Thoriq jangan pulang. Dia harus punya banyak jam terbang di level Asia. Jika tidak demikian, wasit kita yang ke Asia tidak ada lagi. Tujuannya ‘kan ada wasit Indonesia yang bisa ke Piala Dunia,” tutur Efraim.
ADVERTISEMENT