Lika-liku Perjalanan Mesut Oezil Bersama Timnas Jerman

23 Juli 2018 19:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi Mesut Oezil usai menjalani latihan. (Foto: Christof Stache/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi Mesut Oezil usai menjalani latihan. (Foto: Christof Stache/AFP)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Ketika saya memutuskan untuk memakai kostum ini, itu artinya saya akan berjuang dan bermain untuk negara ini," begitu kalimat yang terlontar dari mulut Mesut Oezil.
ADVERTISEMENT
Ucapan tersebut dilontarkan oleh Oezil sesaat sebelum pertandingan uji tanding melawan Norwegia, 11 Februari 2009. Kalimat tersebut adalah kalimat pertamanya saat diambil sumpah untuk menjadi penggawa Tim Nasional (Timnas) Jerman.
Keputusan Oezil membela Jerman terbilang menyakitkan, termasuk bagi Fatih Terim, pelatih Turki kala itu. Baginya, keputusan pemain berusia 20 tahun tersebut menunjukkan bahwa Turki tak bisa menjadi tempat yang menarik perhatian Oezil.
“Kami telah melakukan semuanya untuk membuat ia bermain bersama Turki. Namun, segala usaha yang kami lakukan gagal. Ia lebih memilih untuk mengenakan seragam Jerman, ketimbang Turki,” kata Terim.
Membedah silsilah keluarga, Oezil memang lahir dari darah seorang Turki. Ayahnya, Mustafa, bekerja sebagai pekerja pabrik dan peramu teh. Sementara ibunya, Gulizar, menghabiskan waktunya untuk mendidik anak di rumah.
ADVERTISEMENT
Tak hanya secara darah, Oezil juga dibesarkan di kawasan pekerja di Gelsenkirchen bernama Bismarck. Bersama sesama anak imigran Turki yang lain, ia senantiasa menghabiskan sore di sana dengan bermain sepak bola.
Mesut Oezil kecewa dengan sikap Timnas Jerman. (Foto: Dylan Martinez/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Mesut Oezil kecewa dengan sikap Timnas Jerman. (Foto: Dylan Martinez/Reuters)
***
Pada 2006 silam, usai menjalani sebuah latihan di markas tim junior Schalke, Knappenschmiede, Oezil memenuhi panggilan pelatihnya, Norbert Elgert. Jika dirangkum, pembicaraan tersebut berisi tawaran bagi Oezil untuk memperkuat Timnas U-17 Jerman.
Tawaran Elgert tentu menarik, apalagi bagi Oezil, seorang remaja yang membutuhkan alat untuk menunjukkan eksistensi. Setelah berbincang dengan ayah dan ibunya, Oezil mengiyakan tawaran tersebut. Di usia 16 tahun, ia memulai perjalanannya bersama Jerman U-17.
Setahun berikutnya, Oezil naik kelas ke Jerman U-21. Bersama beberapa rekan sejawatnya macam Marko Marin dan Jerome Boateng, mereka memperkuat tim yang dipersiapkan untuk Piala Eropa U-21 2009.
ADVERTISEMENT
Piala Eropa U-21 2009 jadi batu loncatan dalam karier Oezil. Ia bermain reguler dalam skema 4-2-3-1 yang digunakan oleh pelatih Horst Hrubesch. Namanya kian moncer saat ia berhasil membawa Jerman menjadi juara dan meraih gelar pemain terbaik.
Bakat Oezil ternyata dipantau oleh pelatih Jerman, Joachim Loew. Sebelum menjalani Piala Eropa U-21, pada Februari 2009, ia diberi kesempatan Loew untuk tampil bersama tim senior dalam laga uji tanding menghadapi Norwegia dalam sebuah partai uji tanding.
Tiga bulan setelah Piala Eropa U-21 2009, Oezil mencetak gol perdananya untuk tim senior Jerman. Gol tersebut tercipta pada laga uji tanding melawan Afrika Selatan yang digelar di BayArena, Leverkusen.
Oezil kala memperkuat Timnas Jerman. (Foto: David W. Cerny/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Oezil kala memperkuat Timnas Jerman. (Foto: David W. Cerny/Reuters)
Pada 2010, Oezil menjadi satu dari 11 imigran dan/atau keturunan yang dibawa oleh Loew ke Piala Dunia 2010. Selain selalu menjadi pilihan utama, Oezil berhasil mencetak satu gol, yakni saat melawan Ghana di pertandingan terakhir fase grup.
ADVERTISEMENT
Konsistensi membuat Oezil kembali dipilih untuk menjadi dirigen serangan Jerman untuk Piala Eropa 2012. Sayang, di tengah matangnya penampilan, Oezil gagal membawa Jerman menjadi juara, setelah kalah dari Italia di semifinal.
Dua tahun berselang, Oezil memulai Piala Dunia 2014 dengan status pencetak gol terbanyak Jerman di babak kualifikasi. Cedera Marco Reus lantas membuat Loew mengubah pola Jerman dan menjadikannya sebagai winger kiri.
Penampilan Oezil di fase grup tak bisa dibilang mengagumkan. Namun, nasib buruk tak berlanjut di fase gugur. Dalam laga perdana fase gugur, ia menjadi penentu kemenangan Jerman saat menghadapi Aljazair.
Pujian untuk Oezil berlanjut saat ia bermain sebagai starter dalam laga semifinal menghadapi Brasil. Lewat umpan akurat di menit ke-29, ia membantu Sami Khedira mencetak gol kelima Jerman dalam laga tersebut.
ADVERTISEMENT
Secara khusus, penampilan Oezil dalam dua turnamen besar terakhir, Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018, tak berjalan memuaskan. Penampilan buruknya bahkan disebut-sebut sebagai salah satu alasan mengapa Jerman tersingkir di fase grup Piala Dunia 2018.
***
Perjalanan Oezil di Tim Nasional (Timnas) Jerman bisa dibilang begitu berliku. Meski kadang tak memuaskan, ia tak jarang menunjukkan penampilan yang membuatnya mendapatkan banyak pujian.
Dengan mengambil keputusan untuk pensiun, Minggu (22/7/2018) waktu setempat, maka berakhir pula karier Oezil untuk Timnas Jerman. Tak akan ada lagi canda di pemusatan latihan, begitu pula dengan kemarahan yang seringkali ia luapkan di tengah pertandingan.