Liverpool Punya Kegeniusan Klopp, PSG Punya Senjatanya Sendiri

28 November 2018 19:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PSG gelar sesi latihan jelang laga melawan Liverpool. (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
zoom-in-whitePerbesar
PSG gelar sesi latihan jelang laga melawan Liverpool. (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
ADVERTISEMENT
Thomas Tuchel dan Juergen Klopp punya rekam jejak yang sama. Keduanya pernah mengasah kegeniusan taktik dalam koridor Bundesliga, di Borussia Dortmund. Segala hal yang dikerjakan oleh Tuchel di Dortmund adalah lanjutan dari gagasan yang dibangun Klopp.
ADVERTISEMENT
Namun, periode keduanya tak berlangsung lama, lantas beranjaklah mereka ke labuhan terbaru. Bila Klopp memilih Liverpool, maka Tuchel memilih Paris Saint-Germain (PSG).
Liverpool di bawah kepemimpinan Klopp adalah klub yang perkasa walau tak kalis dari kekalahan. Di Premier League 2018/19 mereka menjadi satu dari dua tim yang belum sekalipun menelan kekalahan. Tapi, lain cerita di Liga Champions. Masing-masing dua kemenangan dan dua kekalahan sudah mereka kecap.
Hanya, catatan minor tak serta-merta mengandaskan langkah The Reds. Kini, mereka menempati posisi dua di klasemen Grup C, mengumpulkan raihan poin yang sama dengan Napoli, si pemuncak. Bila dua kemenangan dan kekalahan itu mengganjar Liverpool dengan raihan enam poin, maka lima poin adalah buah bagi satu kemenangan, dua hasil imbang, dan satu kekalahan untuk PSG. Lantas, matchday kelima jualah yang akan mempertemukan keduanya kembali.
ADVERTISEMENT
Nama besar Klopp sebagai genius taktik tidak membikin Tuchel terkejut begitu diperhadapkan dengan segala fakta yang berkisah tentang kekuatan Liverpool. Baginya, keperkasaan Liverpool adalah buah dari susah-payahnya meracik taktik di pinggir lapangan, dari satu sesi analisis ke sesi lainnya.
"Saya tidak terkejut dengan performa Liverpool secara keseluruhan. Juergen (Klopp) melakukan pekerjaan luar biasa. Ia adalah pelatih yang gila dan kalian semua lihat sendiri apa yang ia tanam dan tuai dalam tiga musim belakangan," ucap Tuchel dalam wawancara jelang laga, dilansir Goal International.
Juergen Klopp dan Thomas Tuchel bersalaman saat Liverpool bersua Borussia Dortmund Liga Europa. (Foto: Odd Andersen/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Juergen Klopp dan Thomas Tuchel bersalaman saat Liverpool bersua Borussia Dortmund Liga Europa. (Foto: Odd Andersen/AFP)
Klopp memang belum merengkuh trofi apa pun bersama Liverpool. Namun, di ranah sepak bola, pencapaian tak melulu tentang piala-piala yang memenuhi kabinet klub. Penyempurnaan gegenpressing adalah pencapaian yang ditorehkan oleh Klopp dalam masa kepelatihannya bersama Liverpool.
ADVERTISEMENT
Gegenpressing yang awalnya dikenal sebagai sistem permainan yang membikin serangan beringas, tapi keropos dalam bertahan itu kini lebih seimbang. Benar, pemain-pemain Liverpool pernah mengalami periode pertahanan yang rentan. Namun, lihatlah perjalanan mereka di Premier League 2018/19. Catatan 26 gol itu berbanding dengan lima kebobolan dalam 13 laga. Bahkan, ini pertama kalinya dalam sejarah Liverpool mereka hanya kemasukan lima gol dalam 13 pertandingan Premier League.
Efektifnya sistem permainan yang dibangun Klopp terlihat dalam pertemuan pertama dengan PSG. Sekitar dua bulan lalu, gegenpressing Liverpool membuat semuanya menjadi kacau bagi Neymar dan kolega. Selain bangunan serangan yang tersendat, mereka juga tak bisa lama-lama menahan bola.
Langkah Tuchel untuk menempatkan Marquinhos sebagai gelandang --bersama Adrien Rabiot dan Angel Di Maria juga tak berjalan mulus. Pasalnya, tekanan yang dilancarkan Liverpool membuat trio lini tengah PSG itu bermain terlalu dalam sehingga kesulitan untuk membangun serangan. Secara garis besar, sistem pressing itulah yang melumpuhkan PSG, lantaran minimnya sokongan dari area sental.
ADVERTISEMENT
Berbekal dengan permainan seperti ini, tak heran bila di leg pertama, Liverpool sudah mampu membukukan tiga tembakan tepat sasaran dalam 10 pertama. Gol pun seakan berkelindan setelahnya, seiring pressing yang mereka canangkan.
Thomas Tuchel di konferensi pers jelang laga Liverpool vs PSG. (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
zoom-in-whitePerbesar
Thomas Tuchel di konferensi pers jelang laga Liverpool vs PSG. (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
Sistem permainan seperti inilah yang akan dihadapi lagi oleh anak-anak didikan Tuchel nanti. Maka, beruntunglah PSG karena kemungkinan besar, mereka tidak akan kehilangan dua pilar lini serang andalan, Kylian Mbappe dan Neymar. Permainan PSG memang tidak hanya bergantung pada keduanya. Tapi, siapa pula yang meragukan bahwa keduanya acap menjadi tokoh utama dalam pertandingan PSG?
Logika sederhananya, kalaupun Mbappe dan Neymar tidak dapat mencetak gol, kehadiran keduanya saja sudah dapat memperbaiki moral tim di laga ini. Mental, seabstrak dan seklise apa pun permbicaraannya, selalu menjadi modal penting bagi setiap tim. Itu belum ditambah dengan kembalinya Marco Verratti yang bisa menjadi sumber kreativitas tim lewat aliran bolanya ke lini depan.
ADVERTISEMENT
"Liverpool hari ini akan berbeda bila dibandingkan dengan saat mereka kalah 0-2 di Belgrade (dari Crvena Zvezda). Mereka akan lebih dinamis, tapi kami pun percaya diri karena kami juga memiliki senjata (strategi), talenta, kualitas, dan mental untuk membuat laga ini menjadi milik kami," jelas Tuchel.
===
Matchday kelima Liga Champions 2018/19 yang mempertemukan Paris Saint-Germain dengan Liverpool akan digelar di Parc des Prices pada Kamis (29/11/2018). Sepak mula akan berlangsung pada pukul 03:00 WIB.