news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Malam Muram Tottenham Hotspur di Eindhoven

25 Oktober 2018 8:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pochettino kecewa Spurs gagal raih kemenangan atas PSV. (Foto:  Reuters/Andrew Couldridge)
zoom-in-whitePerbesar
Pochettino kecewa Spurs gagal raih kemenangan atas PSV. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
ADVERTISEMENT
Malam muram datang untuk Tottenham Hotspur. Matchday ketiga Liga Champions 2018/19 dilakoni Spurs tanpa membawa pulang kemenangan. Bertanding melawan PSV Eindhoven di Stadion Phillips pada Kamis (25/10/2018), Spurs hanya sanggup mengemas hasil imbang 2-2.
ADVERTISEMENT
Setelah berhasil menyamakan kedudukan lewat gol Lucas Moura (39'), Spurs yang tadinya tertinggal 0-1 karena gol Hirving Lozano (22'), sanggup membalikkan kedudukan menjadi 2-1 berkat gol Harry Kane (54'). Tapi, apa mau dikata, pada menit 87, Luuk de Jong mencetak gol yang mengubah narasi pertandingan.
Muramnya cerita perjalanan Spurs di laga ini diperparah pula dengan kenyataan bahwa mereka harus kehilangan penjaga gawang utama, Hugo Lloris, yang diganjar kartu merah pada menit 79. Alhasil, Mauricio Pochettino mesti mengorbankan Son Heung-min dan memasukkan Michel Vorm demi mengisi kekosongan di pos penjaga gawang. Sayangnya, Vorm kebobolan gol di menit akhir yang menghentikan asa Spurs untuk membawa pulang kemenangan dari Eindhoven.
Tak ada pelatih yang ingin pemainnya diganjar kartu merah. Siapa pun yang berdiri di pinggir lapangan, ingin timnya bertanding dengan kekuatan terbaik dan penuh. Apalagi di kompetisi sepenting Liga Champions. Namun, apa boleh bikin, strategi harus dirancang ulang, pertaruhan mesti diambil sesegera mungkin karena Lloris diusir dari lapangan akibat dinilai melanggar Lozano. Hanya, beruntunglah si penggawa Prancis karena sang pelatih enggan menudingnya sebagai biang kerok kegagalan merengkuh kemenangan.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak akan menyalahkan pemain mana pun. Jika ada individu yang harus disalahkan, maka sayalah orangnya karena saya bertanggung jawab atas tim ini. Menurut pendapat saya, kartu merah itu memang tidak adil. Tapi, kami juga tidak bisa menyalahkan wasit," jelas Pochettino dalam wawancara usai laga, mengutip ESPNFC.
Kane berjibaku menembus hadangan para pemain PSV.  (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
zoom-in-whitePerbesar
Kane berjibaku menembus hadangan para pemain PSV. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
Kegagalan Spurs meraih kemenangan tidak dapat didefinisikan begitu saja sebagai penampilan yang semenjana. Sebab, pada babak pertama, Spurs tampil superior. Kreativitas para pemain membikin Spurs mampu menorehkan dua peluang emas, setidaknya bagi penyerang tunggal mereka, Kane.
Mengandalkan kedinamisan dan kecerdasan para pemain sayapnya, Moura dan Son, yang juga ditopang oleh kinerja para full-back, Kieran Trippier dan Ben Davies, Spurs mendominasi paruh pertama. Catatan 9 upaya tembakan (berbanding 7 upaya PSV) yang dibarengi dengan 73,3% dapat menjadi indikator yang paling mudah dilihat.
ADVERTISEMENT
Menghadapi agresivitas Spurs, PSV tak punya banyak opsi untuk mencetak gol. Alhasil, serangan baliklah yang diambil. Cara ini terbukti jitu karena tim didikan Mark van Bommel ini sanggup mematrikan keunggulan pertama. Namun, gol penyama kedudukan yang ditorehkan Spurs pada menit 39 itu menjadi bukti bahwa kendali permainan masih bisa direbut The Lilywhites.
"Jika tidak bisa memenangi pertandingan di situasi seperti tadi, maka kami memang tidak pantas untuk ada di Liga Champions. Pertandingan hari ini memang kami dominasi, tapi kami harus lebih agresif dan mencetak lebih dari sepasang gol. Kami memiliki kesempatan di sepanjang laga tadi. Namun, pada kenyataannya, kami bisa kebobolan kapan pun."
"Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menyalahkan keputusan wasit untuk mengusir Lloris. Jika kami memang pantas menang, tapi tidak berhasil menang, maka akan sulit untuk melangkah lebih jauh. Mungkin kami memang masih bisa berlaga di sini, namun pada akhirnya tetap saja kami akan kesulitan bila lawan-lawan kami (Inter Milan dan Barcelona) bermain lebih tangguh daripada kami," jelas Pochettino.
ADVERTISEMENT
Lloris diusir dari lapangan di laga melawan PSV karena dinilai melanggar Lozano pada menit 79. (Foto: JOHN THYS / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Lloris diusir dari lapangan di laga melawan PSV karena dinilai melanggar Lozano pada menit 79. (Foto: JOHN THYS / AFP)
Di babak kedua, dominasi Spurs belum berhenti. Mereka mencatatkan 12 upaya tembakan dengan 4 di antaranya tepat sasaran dan 1 berujung gol. Namun, yang menjadi pembeda adalah efektivitas.
Bila dipersentasekan, maka efektivitas Spurs hanya mencapai angka 33,33%. Sementara, hanya dari 4 upaya, PSV mampu menciptakan 2 tembakan (50%) mengarah ke gawang dan 1 berbuah gol. Efektivitas macam inilah yang makin menjadi-jadi di pengujung laga, terlebih, Spurs harus bermain dengan 10 orang pemain.
"Ada dua persepsi di sini. Persepsi pertama, kami menjadi tim yang sejajar dengan Barcelona yang terbiasa memenangi Liga Champions. Di sisi lain, saat kami bertanding melawan PSV dan kami memiliki banyak peluang, tapi tidak bisa memenangi laga, mungkin kami harus melihat realitas dari sudut pandang berbeda," ucap sosok asal Argentina ini.
ADVERTISEMENT
"Tentu kami juga tampil sebagai tim yang bisa bersaing dan layak untuk mendapatkan hasil yang lebih baik daripada ini. Tapi, sepak bola bukan tentang kepantasan (untuk menerima kemenangan -red). Sepak bola adalah tentang menjadi agresif dan mencetak gol lebih banyak daripada lawanmu," jelas Pochettino
"Kami tidak tampil habis-habisan. Saat kami unggul 2-1 kami sudah tampil sebagai tim yang menunggu pertandingan selesai. Inilah yang membuat perasaan kami begitu buruk saat ini karena pada dasarnya kami memegang kendali dan bermain dengan baik. Suporter PSV sepertinya kecewa dengan penampilan timnya. Dan sekarang saya pikir, kekecewaan itu sudah menular ke suporter kami," jelas pelatih yang juga dikenal sebagai mantan anak asuh Marcelo Bielsa ini.
ADVERTISEMENT
"Kami seperti bermain tanpa upaya menambah gol, kami tidak agresif di area sepertiga akhir. Dalam sepak bola, Anda seharusnya tidak boleh membiarkan lawan tetap hidup. Anda harus membunuh permainan lawan dan memastikan pertandingan menjadi milik Anda selagi masih ada peluang. Jika tidak, maka sepak bola akan menuntutmu untuk membayar harga (kegagalan memenangi laga -red)," pungkas Pochettino.