Malam Sureal di Anfield dan Keinginan Klopp untuk Ciptakan Sejarah

8 Mei 2019 8:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi kemenangan pemain Liverpool saat melawan Barcelona. Foto: REUTERS/Phil Noble
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi kemenangan pemain Liverpool saat melawan Barcelona. Foto: REUTERS/Phil Noble
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sepak bola memang tidak mengenal pengandaian. Apa yang sudah terjadi, ya, sudah. Namun, ia juga sering bertutur dalam narasi yang tidak disangka-sangka.
ADVERTISEMENT
Ambil contoh begini: Apa jadinya jika Peter Shilton berhasil meninju bola yang dihantam dengan tangan oleh Diego Maradona? Apa jadinya kalau Ronaldo tidak mengalami kejang-kejang sebelum laga dan tampil fit di final Piala Dunia 1998?
Well, kita cuma bisa berandai-andai. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Garis takdir sudah menentukan bahwa Maradona akhirnya menciptakan 'Gol Tangan Tuhan' dan Ronaldo melempem di final Piala Dunia 1998 --dan menjadi salah satu faktor kekalahan Brasil di tangan Prancis pada laga tersebut.
Duel Liverpool vs Barcelona pada juga bergerak dalam lingkup narasi senada. Apa jadinya bila Ousmane Dembele berhasil mencetak gol pada pengujung laga di Camp Nou? Tentu, Barcelona bakal menang 4-0 dan keunggulan 4-0 Liverpool di Anfield cuma akan membawa mereka bermain ke babak tambahan, bukan langsung lolos ke final.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa jadinya bila Luis Suarez tidak membikin Andrew Robertson out karena cedera? Ya, tentu saja Georginio Wijnaldum tidak akan masuk menggantikan Robertson pada awal babak kedua dan bikin dua gol pada menit ke-54 dan 56.
Ingat, gol Wijnaldum itulah yang membuat agregat antara Liverpool dan Barcelona sama kuat dan sama rata kembali. Sisanya adalah perkara magis, kegigihan serta ketekunan pemain-pemain Liverpool menutup dan mendominasi ruang, juga kegeniusan Trent Alexander-Arnold dalam melihat peluang.
Alexander-Arnold, 20 tahun dan anak asli Liverpool, tampil brilian sepanjang laga. Tidak hanya disiplin menjaga sisi kanan lapangan, ia juga menyempurnakannya dengan sebuah assist yang bikin banyak orang tepuk tangan.
Ia jeli melihat kesibukan di lini belakang Barcelona ketika menghadapi sebuah sepak pojok pada menit ke-79. Gerard Pique, bek Barca yang tinggi menjulang itu, kehilangan fokus sepersekian detik. Sementara itu, kiper Barca, Marc-Andre ter Stegen, masih meneriakkan instruksi kepada pemain-pemain di hadapannya --meminta mereka mengatur posisi sedemikian rupa supaya tidak ada pemain Liverpool yang lolos.
ADVERTISEMENT
Chaos is a ladder, kata Petyr Baelish. Kekacauan adalah kesempatan. Di tengah terpecahnya fokus pemain-pemain Barca--sebagian karena sudah tertinggal 0-3 dan sebagian karena berusaha menjaga supaya sepak pojok itu tidak membuahkan gol--, Alexander-Arnold melepaskan umpan dengan cepat.
Dari yang awalnya terlihat berjalan dan hendak mendiamkan bola, Alexander-Arnold dengan sigap mengubah gerakannya. Umpan datar itu ia kirim langsung ke jantung pertahanan Barca dan di sanalah Divock Origi sudah menunggu. Bola yang dikirim cepat itu tidak membuat Origi kehilangan ketenangannya. Alih-alih, ia dengan sempurna melesakkan bola masuk ke dalam gawang Barca. 4-0, comeback Liverpool sempurna.
Origi bukanlah pemain utama Liverpool. Ia hanya pelapis. Jika kita kembali ke persoalan pengandaian tadi, kita bisa kembali bertanya: Andai Roberto Firmino dan Mohamed Salah tidak cedera, mungkinkah Origi dapat kesempatan tampil?
ADVERTISEMENT
Yang jelas, Anfield baru saja mementaskan salah satu malam paling magis yang pernah ada. Dan juga salah satu malam yang paling sureal. Seolah-olah, berbagai kejadian dan pengandaian itu memang menggerakkan takdir supaya berpihak kepada Liverpool.
FINAALLLLLL!!!! Foto: REUTERS/Phil Noble
Juergen Klopp pun tidak memercayai ini. Meski optimismenya sedari awal tidak terganggu, ia tetap realistis. Ia sadar membalikkan ketertinggalan 0-3 dari Barca bukan perkara gampang. Begitu timnya betul-betul mewujudkan misi mustahil itu, ia langsung mendaraskan kalimat-kalimat berisi sukacita.
"Dari awal, kami sudah bilang bahwa kami ingin menciptakan sejarah kami sendiri. Bukannya kami tidak bangga dengan sejarah yang sudah dimiliki klub ini. Tapi, kami menciptakan sejarah baru," ucap Klopp seperti dilansir Reuters.
"Jika saya harus mendeskripsikan klub ini, saya akan menyebut bahwa klub ini punya hasrat yang meluap-luap. Dan malam ini, jantung dan hasrat kami berdegup amat kencang," kata Klopp.
ADVERTISEMENT