'Manajer-manajer Premier League Seharusnya Menghormati Piala FA'

7 Januari 2019 20:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siapa yang berhasil angkat trofi Piala FA? (Foto: Dok. The FA)
zoom-in-whitePerbesar
Siapa yang berhasil angkat trofi Piala FA? (Foto: Dok. The FA)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Babak awal kompetisi domestik non-liga seperti Piala FA kerap menjadi ajang bagi manajer-manajer tim di Premier League untuk merotasi skuatnya. Bagi eks pesepak bola profesional, Vinnie Jones, langkah manajer-manajer di Premier League ini tidak menghargai dan menghormati Piala FA.
ADVERTISEMENT
Jones merupakan bagian dari skuat Wimbledon yang menjuarai Piala FA 1988. Kala itu, Wimbledon yang tenar dengan julukan ‘The Crazy Gang’ berhasil mengejutkan seantero Britania Raya setelah mengalahkan Liverpool yang merupakan juara Division One yang saat ini setara Premier League. Jones bersama dengan Dennis Wise, John Fashanu, Lawrie Sanchez, dan Dave Beasant menjadi andalan utama Wimbledon dalam kemenangan bersejarah tersebut.
Bagi seseorang yang memiliki memori indah di Piala FA, kemarahan Jones tampak dapat dipahami. Ia meluapkan kekesalannya, terutama pada manajer-manajer asli Inggris yang melakukan rotasi di Piala FA.
Mantan pemain Wimbledon, Vinnie Jones. (Foto: ODD ANDERSEN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Mantan pemain Wimbledon, Vinnie Jones. (Foto: ODD ANDERSEN / AFP)
“Apabila saya menjadi manajer tim Premier League, saya akan menggunakan pemain-pemain terbaik saya, melihat hasil laga, baru memasang pemain-pemain muda. Tim-tim ini bahkan menurunkan pemain yang tidak cukup baik untuk menjadi pemain cadangan,” ucap Jones dikutip dari Talksport.
ADVERTISEMENT
“Masalahnya, ketika mereka mencapai semifinal, apakah pemain-pemain yang diturunkan di babak awal akan dipinggirkan? Mungkin saja. Ini tidak adil untuk semua pihak dan akan menjadi memalukan apabila mereka kalah. Manajer asal Inggris mengecewakan saya. Mereka seharusnya menampilkan sesuatu yang lebih baik. Piala FA adalah turnamen tertua yang kami miliki dan telah menjadi tradisi. Mereka seharusnya menghormati Piala FA," jelas Jones.
Ucapan Jones mungkin didasari oleh fenomena yang terjadi di ronde ketiga Piala FA musim ini. Berdasarkan catatan Independent, semua tim Premier League (kecuali Wolverhampton Wanderers dan Liverpool yang baru bertanding pada Selasa, 8 Januari 2019--dini hari WIB) merotasi minimal lima pemain dari starting XI-nya di pertandingan terakhir liga.
Rotasi pemain di tim-tim Premier League di babak ketiga Piala FA 2019. (Foto:  Dok. Independent)
zoom-in-whitePerbesar
Rotasi pemain di tim-tim Premier League di babak ketiga Piala FA 2019. (Foto: Dok. Independent)
ADVERTISEMENT
Watford menjadi tim Premier League yang merotasi semua pemainnya dari pertandingan terakhir mereka di liga. Hal ini mungkin didasari dengan fakta bahwa lawan yang mereka hadapi ‘hanya’ Woking, yang merupakan tim non-liga. The Hornets pun berhasil menang dengan skor 2-0.
Pil pahit mesti ditelan oleh Bournemouth, Huddersfield, Cardiff City, Leicester City, dan Fulham. Bournemouth yang membuat sembilan pergantian dikalahkan oleh tim Premier League lainnya, Brighton and Hove Albion. Huddersfield dengan delapan pergantian kalah tipis 0-1 dari Bristol City. Cardiff dan Leicester yang masing-masing membuat tujuh pergantian kalah mengejutkan dari Gillingham dan Newport County. Fulham dengan enam pergantian dipermalukan Oldham Athletic.
Berdasarkan kacamata Jones, hasil-hasil yang didapatkan oleh lima tim di atas menjadi penguat ucapannya. Rotasi berlebihan tak hanya membuat mereka keluar dari Piala FA, namun juga menimbulkan kesan seperti apa yang dirasakan oleh Jones.
ADVERTISEMENT
Hal berbeda dirasakan oleh Pep Guardiola. Ia memang membuat tujuh perubahan terhadap starting XI Manchester City di laga melawan Rotherham. Namun, nama-nama yang diturunkan juga merupakan penghuni tetap tim utama seperti Kevin De Bruyne, Ederson Moraes, Kyle Walker, John Stones, dan Raheem Sterling. Keputusan Guardiola ini mendapat kritikan dari segelintir pendukung City di media sosial, meskipun pada akhirnya The Citizens berhasil menggulung Rotherham dengan skor telak 7-0.
Pada akhirnya, tentu akan ada pihak-pihak yang tidak puas dengan satu jalan yang dipilih. Ucapan Jones boleh jadi ada benarnya, tapi rotasi pun pada dasarnya wajib dilakukan ketika ada kesempatan. Kasus yang menimpa Guardiola menjadi bukti bahwa ada juga suporter yang menginginkan adanya rotasi dan pemberian kesempatan pada pemain muda di kompetisi domestik non-liga.
ADVERTISEMENT