Mari Bicara soal Ada Hegerberg, Wanita Pertama Peraih Ballon d'Or Itu

4 Desember 2018 19:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hegerberg, perempuan pertama peraih Ballon d'Or. (Foto: FRANCK FIFE / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Hegerberg, perempuan pertama peraih Ballon d'Or. (Foto: FRANCK FIFE / AFP)
ADVERTISEMENT
Ada Hegerberg menjadi tokoh di malam penganugerahan Ballon d'Or 2018. Keberadaannya ibarat mesin waktu yang membawa kita ke beberapa bulan sebelumnya. Musim 2017/18 ditutup oleh Hegerberg dengan raihan medali Liga Champions Wanita ketiganya secara beruntun. Di partai final, Lyon berhasil menutup laga dengan kemenangan 4-1 atas Wolfsburg. Hegerberg bahkan mencetak gol ketiga untuk timnya itu pada menit 103.
ADVERTISEMENT
Lucunya, kelima gol di pertandingan ini baru muncul di babak tambahan. Adalah Wolfsburg yang berhasil menorehkan keunggulan perdananya pada menit 93 lewat gol Pernille Harder. Lima menit berselang, giliran Lyon yang tampil menggila. Dalam kurun waktu delapan menit saja, mereka mampu menyegel empat gol: Amandine Henry (98'), Eugenie Le Sommer (99'), Hegerberg (103'), dan Camille Abily (116').
Hebatnya, Hegerberg tak cuma menutup kompetisi dengan trofi juara, tapi juga gelar sebagai pencetak gol terbanyak lewat 15 torehannya. Ngomong-ngomong soal Ballon d'Or, ada tujuh pemain Lyon Feminin yang menjadi finalis. Selain Hegerberg, 'utusan' Lyon adalah Lucy Bronze, Amandine Henry, Saki Kumagai, Amel Majri, Dzsenifer Marozsan, dan Wendie Renard.
"Saya sudah membawa ambisi di Liga Champions sejak awal musim. Persiapan saya berjalan dengan baik dan saya ada dalam performa terbaik. Yang menyenangkan, tim saya juga dalam performa yang mumpuni. Ada banyak orang yang berbicara tentang rekor, tapi sebagai pemain, Anda bakal kalah kalau terus-terusan berpikir tentang rekor. Saya pikir, persiapan jauh lebih penting daripada hitung-hitungan rekor. Jadi, saya mencoba bekerja keras dan pada akhirnya, saya sadar bahwa saya akan membukukan rekor baru," jelas Hegerberg dalam wawancara eksklusifnya bersama Suzanne Wrack untuk The Guardian.
ADVERTISEMENT
Hegerberg dan Andrine memutuskan untuk bergabung dengan Kolbolt IL pada 2010. Hegerberg juga pernah dinobatkan sebagai pemain termuda di sepanjang sejarah Topserrien (divisi tertinggi kompetisi sepak bola Norwegia) yang mencetak trigol. Tepat pada 6 Agustus 2011 itu, usianya baru 16 tahun. Laga melawan Roa IL itu pun dimenangi Kolbolt dengan skor telak 4-1.
Ada Hegerberg di final Liga Champions 2017/18. (Foto: FRANCK FIFE / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ada Hegerberg di final Liga Champions 2017/18. (Foto: FRANCK FIFE / AFP)
Selain Hegerberg yang mencetak trigol, sang kakak juga menyempurnakan keunggulan dengan mencetak gol keempat untuk timnya. Walaupun kedua kakak-beradik ini menjadi bintang di Kolbolt, mereka memutuskan untuk pindah ke Stabaek pada 2012. Hegerberg lagi-lagi menunjukkan tajinya dengan menjadi topskorer lewat 24 gol dalam 18 pertandingan.
Serupa di Kolbolt, karier Hegerberg di Stabaek pun tak lama. Pada 2013, ia memutuskan untuk merantau ke Jerman dan bergabung dengan Turbine Potsdam. Namun, kebintangan Hegerberg baru benar-benar terlihat saat ia bermain membela Lyon. Bergabung sejak 2014, Hegerberg sudah membukukan 120 gol dalam 91 pertandingan di kompetisi liga.
ADVERTISEMENT
Hanya karena dinilai sebagai salah satu bakat terbesar sepak bola wanita asal Norwegia, bukan berarti Hegerberg merasa mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak laki-laki di kampung halamannya itu. Cukup ironis karena penyerang yang satu ini justru menilai bahwa sepak bola adalah olahraga paling populer bagi anak-anak perempuan di Norwegia.
"Masa remaja saya habiskan dengan bermain sepak bola bersama anak laki-laki, itu hal alami bagi saya dan kakak perempuan saya (Andrine Hegerbeg yang bermain untuk Paris Saint-Germain). Kami bermain dengan pola seperti itu sampai usia 13 atau 14 tahun," ucap pesepak bola berusia 23 tahun ini.
"Sepak bola adalah olahraga paling populer buat anak-anak perempuan Norwegia. Ironisnya, anak-anak perempuan di sana tidak memiliki kesempatan yang sama dengan anak laki-laki. Norwegia memiliki sejarah yang besar di ranah sepak bola wanita, tapi keadaannya bertambah sulit dewasa ini. Pembangunan sepak bola wanita kami seperti tidak lagi dibicarakan sehingga negara lain datang mengambil alih."
ADVERTISEMENT
Pencapaian terbaik Timnas Norwegia di Piala Dunia Wanita muncul pada 1991. Kala itu mereka menjadi juara usai menundukkan Jerman di partai final dengan skor 2-0. Setelahnya, pencapaian terbaik Norwegia adalah peringkat keempat pada Piala Dunia 1999 dan 2007. Di Piala Eropa, pencapaian mereka jauh lebih baik karena menjadi juara pada 1987 dan 1993--berbanding dengan empat kali menjadi runner up, pada 1989, 1991, 2005, dan 2013.
Hegerberg di Piala Eropa 2016. (Foto: JACK GUEZ / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Hegerberg di Piala Eropa 2016. (Foto: JACK GUEZ / AFP)
Hegerberg sebenarnya sudah bergabung dengan Timnas Norwegia sejak 2011. Setelah ikut membela Norwegia di Piala Dunia 2015, Hegerberg memutuskan untuk rehat dari Timnas pada 2017. Menyoal keputusannya itu, Hegerberg menjelaskan bahwa baginya, mengambil jarak dengan sepak bola juga penting.
"Berjarak dengan sepak bola juga penting. Saya tinggal di kota yang indah dan mencoba untuk rileks saat tidak latihan. Tapi, kalaupun tidak bersama tim, saya juga berlatih sendirian. Setiap hari saya selalu menyisihkan waktu supaya berjarak dengan sepak bola. Kalau sudah seperti ini, saya banyak membaca. Saya tidak mengenyam pendidikan tinggi, jadi saya membaca semuanya--mulai dari novel sampai biografi," ucap Hegerberg.
ADVERTISEMENT
"Ambisi saya selalu berhubungan dengan perkembangan diri saya sebagai pesepak bola. Setiap tahun saya menganalisis musim sebelumnya bersama orang-orang terdekat saya: Thomas--tunangan Hegerberg--kakak dan orang tua saya. Inilah yang membuat saya dapat memahami area-area mana yang mesti saya benahi dan yang harus saya konsolidasi," jelas Hegerberg.