Mario Gomez Khawatirkan Efek Buruk Dihentikannya Liga Indonesia

25 September 2018 20:07 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Roberto Carlos Mario Gomez, pelatih Persib (Foto: Sandy Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Roberto Carlos Mario Gomez, pelatih Persib (Foto: Sandy Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kematian Haringga Sirla dalam laga berakhir kemenangan Persib Bandung 3-2 atas Persija Jakarta dalam laga Liga 1 pekan ke-23 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Minggu (23/9/2018), berujung dengan campur tangan pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Palu telah diketuk, kompetisi sepak bola nasional, termasuk Liga 1, akan dihentikan selama dua minggu terhitung sejak Selasa (25/9).
ADVERTISEMENT
Jika mengacu data dari Save Our Soccer -- sebuah lembaga swadaya yang memantau isu sepak bola nasional --, Harringa merupakan korban ke-7 karena rivalitas Persib dan Persija, atau ke-70 jika menghitung suporter yang telah wafat secara keseluruhan.
Kendati demikian, tak seluruhnya wafat karena rivalitas. Ada juga yang meninggal karena kecelakaan, terinjak ketika berada di stadion, sampai kelalaian panitia penyelenggara pertandingan.
Intervensi pemerintah ini berujung kekecewaan bagi pelatih Persib, Roberto Carlos Mario Gomez. Salah satu alasannya karena pelatih asal Argentina itu merasa reaksi seperti ini sudah sudah sangat terlambat. Ketika korban telah bertambah, baru ada tindakan.
“Kenapa harus dihentikan sekarang? Kenapa tidak kemarin? Kenapa tidak ketika sebelum lawan Arema atau Persija? Kenapa harus ketika sudah memakan korban jiwa?” ucap Mario Gomez, sebagaimana dilansir Simamaung.
ADVERTISEMENT
Alasan lainnya kenapa keputusan ini begitu disesalkan Mario Gomez adalah efek buruk yang mungkin dirasakan sepak bola Indonesia dalam jangka panjang. Sosok yang sempat menjadi asisten pelatih di Valencia itu khawatir jika keputusan ini akan membuat Indonesia dilarang bertanding di AFC Cup pada musim depan oleh FIFA.
FIFA sendiri memang pernah menghukum sepak bola Indonesia akibat intervensi pemerintah terhadap PSSI. Teraktual, itu terjadi pada 2015 ketika pemerintah melalui Kemenpora berniat untuk memperbaiki karut-marut sepak bola nasional saat itu.
“Jika kamu memulai kompetisi, kamu harus menyelesaikannya. Tidak bisa begitu saja terhenti, karena di kalender FIFA, Liga 1 selesai pada bulan Desember. Jika tak selesai di bulan itu, FIFA takkan memperbolehkan klub Indonesia bermain di AFC Cup,” ucap Gomez.
ADVERTISEMENT
“Mereka (FIFA) pasti akan bertanya apa alasannya. Karena kompetisi yang kita gelar ini bukan peraturan yang dibikin pemerintah Indonesia, tapi FIFA. Saya tahu kejadian kemarin sangat buruk. Tak hanya bagi kami, tapi juga untuk tim lain. Tapi, menghentikan liga itu solusi yang sangat buruk,” pungkasnya.