Matthijs De Ligt: Bek 18 Tahun yang Bikin Ronaldo ‘Masuk Kantong’

27 Maret 2018 19:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
De Ligt ketika menghadapi Ronaldo. (Foto: Fabrice Coffrini/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
De Ligt ketika menghadapi Ronaldo. (Foto: Fabrice Coffrini/AFP)
ADVERTISEMENT
‘Masuk Kantong’, istilah yang satu ini belakangan beken di dunia sepak bola untuk menggambarkan seorang pemain yang betul-betul dibikin tidak berkutik oleh pemain lawan.
ADVERTISEMENT
Ambil contoh Mohamed Salah. Pemain depan Liverpool tersebut sedang gila-gilanya musim ini. Salah tidak henti-hentinya bikin gol —ia sudah mencetak 28 gol dalam 30 laga di Premier League musim ini— sehingga dijagokan untuk menjadi pemain terbaik Premier League musim ini.
Namun, keran gol Salah macet ketika Liverpool bertanding melawan Manchester United di Old Trafford beberapa pekan lalu. Dalam laga yang dimenangi United dengan skor 2-1 tersebut, Salah dibikin mati kutu oleh Ashley Young yang bermain sebagai full-back kiri.
Lalu muncullah lelucon di internet: “Malam ini, ketika Young pulang dan mengosongkan isi kantongnya, ia akan menemukan dompet, kunci mobil, dan Mo Salah.”
Strategi yang diberlakukan Manajer United, Jose Mourinho, kala itu sebetulnya sederhana, yakni meminta Young melakukan man-marking kepada Salah. Pokoknya, ke mana Salah bergerak, tempel terus sampai habis.
ADVERTISEMENT
Meski tak selalu sukses, man-marking biasa diterapkan untuk mematikan individu tertentu —biasanya diterapkan untuk menihilkan peran seorang bintang di sebuah tim.
Nah, pada laga Portugal vs Belanda, Selasa (27/3/2018) dini hari WIB, strategi itu diterapkan untuk mematikan Cristiano Ronaldo. Belanda menang 3-0 dan Ronaldo tidak berkutik. Saking mati kutunya, Ronaldo tidak bikin shot on target sama sekali.
Lalu, siapa yang bertanggung jawab atas mati kutunya Ronaldo? Tak lain adalah seorang bek berusia 18 tahun, Matthijs De Ligt.
kumparan pernah membahas performa apik bek Ajax Amsterdam tersebut pada pekan lalu. Dalam tulisan tersebut, kami menyebutkan bahwa “…kepercayaan dirinya juga tergambar dari keberaniannya untuk melakukan penetrasi lewat dribel dengan kontrol yang baik.”
ADVERTISEMENT
Ya, sebagai bek, De Ligt tidak hanya piawai mematikan lawan, tetapi juga punya kemampuan dribel dan melepaskan operan dengan akurat. Tak heran jika bersama Ajax musim ini, dia mampu mengkreasikan 9 peluang —sesuatu yang biasanya dilakukan oleh gelandang atau pemain depan, bukan bek.
So, semestinya keberhasilannya mematikan Ronaldo tidak terlalu mengherankan. Walau, tentu saja, tetap layak untuk diapresiasi.
Jadi, mari kita simak atributnya dalam bertahan selama 84 menit bermain menghadapi Portugal. Ia melakukan 1 tekel sukses, 1 kali melakukan intersep (memotong bola), dan 2 kali sukses melakukan clearance (menghalau bola). Sebagai bonus: dia juga membuat dua assist.
Atribut komplet tersebut, memang, kemudian tertutupi dengan suksesnya dia mematikan Ronaldo. Namun, hal tersebut juga menunjukkan bahwa pemain kelahiran 12 Agustus 1999 ini bisa menjadi bek kelas satu di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
“Untuk ukuran pemain berusia 18 tahun, dia terbilang dewasa. Matthijs de Ligt adalah pemain yang luar biasa,” kata bek Belanda lainnya, Virgil van Dijk, kepada De Telegraaf.
Oh, ya… Omong-omong, belakangan beredar kabar bahwa Barcelona sudah memantau bakatnya. Tanda-tanda El Barca berniat merekrutnya? Hmm…