Matthijs De Ligt, Harapan Baru Lini Pertahanan Belanda

21 Maret 2018 22:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
De Ligt saat Ajax melawan Lyon. (Foto: JEAN-PHILIPPE KSIAZEK / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
De Ligt saat Ajax melawan Lyon. (Foto: JEAN-PHILIPPE KSIAZEK / AFP)
ADVERTISEMENT
Di deretan catatan buruk Timnas Belanda, terselip nama Matthijs De Ligt. Ia adalah anak muda keluaran Akademi Ajax. Usianya masih 18 tahun, tapi sudah bergabung dengan Akademi Ajax sejak berusia sembilan tahun. Di usianya yang masih begitu muda, namanya tercatat sebagai bagian dari skuat Timnas Belanda.
ADVERTISEMENT
Bila menilik rekam jejaknya, Timnas Belanda adalah tim yang penuh pasang-surut. Setelah menguasai sepak bola pada dekade 1970-an dengan total voetbal-nya, Belanda mendadak ambruk pada awal hingga pertengahan dekade 1980-an.
Mereka memang sempat masuk ke putaran final Euro 1980, tetapi gagal lolos ke Piala Dunia 1982, Euro 1984, dan Piala Dunia 1986, sebelum kembali ke Euro tahun 1988 untuk menjadi juara. Walau tidak lolos di Piala Dunia 2012, setelahnya, Belanda kerap tampil di ajang antarnegara sampai tahun 2014 lalu.
Saat ini, Belanda sedang ada dalam titik nadirnya. Mereka menjadi salah satu nama besar yang gagal bertanding di Piala Dunia 2018. Sebabnya, Belanda gagal menang besar atas Swedia di babak kualifikasi. Meski menang, Belanda tetap gagal lolos ke play-off karena mereka kalah selisih gol dari Swedia.
ADVERTISEMENT
Dari target 7-0, Belanda hanya mampu menang dengan skor 2-0 lewat gol dwigol Arjen Robben. Mengapa harus sampai 7-0? Karena Swedia datang dengan kepercayaan diri tinggi usai mengalahkan Luksemburg 8-0.
Belanda sudah beberapa kali berganti pelatih. Mulai dari Louis van Gaal, Guus Hiddink, Dany Blind, hingga Dick Advocaat. Namun, tak satu pun dari mereka yang berhasil membawa Belanda kepada performa terbaiknya. Penyebab yang paling masuk akal, kecenderungan mereka bergantung pada pemain-pemain tua.
Walaupun pemain-pemain tua itu punya pengalaman segudang, performanya tentu tak lagi sama. Melakoni pertandingan melawan tim-tim yang mengombinasikan pengalaman pemain tua dan visi baru pemain muda kemungkinan besar bakal jadi pertandingan yang berat sebelah.
Lantas, pelatih Timnas Belanda saat ini, Ronald Koeman, punya tugas berat. Transisi antargenerasi menjadi persoalan baru. Wesley Sneijder dan Arjen Robben kini telah pensiun. Keduanya adalah sosok kunci lolosnya Belanda ke final Piala Dunia 2010 silam.
ADVERTISEMENT
Namun, Belanda kini sudah tak bisa lagi menggantungkan nasib pada nama-nama senior ini. Robben mundur setelah Belanda dipastikan gagal, sementara Sneijder mengundurkan diri awal Maret 2018 lalu.
“Kami harus mengucap selamat tinggal kepada para pemain kreatif yang sulit sekali digantikan. Sekarang kami punya pemain-pemain muda yang harus berkembang dan apakah mereka bisa mencapai level yang sama dengan para pendahulunya, cuma waktu yang bisa menjawab,” ungkap Koeman soal jabatan terbarunya sebagai manajer Timnas.
Kembali ke De Ligt, namanya terdengar sekitar dua tahun lalu. Kala itu, ia bermain untuk tim muda Ajax, Jong Ajax. Namanya hampir selalu muncul di setiap pertandingan Jong Ajax, mulai dari Eredivisie U-19 hingga kompetisi level Eropa untuk usia muda.
ADVERTISEMENT
Keputusan Dany Blind untuk memainkan De Ligt di pertandingan kualifikasi melawan Bulgaria itu menuai kritik. Adalah baik bila sebuah tim, termasuk timnas, menjadi tim yang berkonsentrasi untuk mengembangkan pemain muda. Namun, berbagai penilaian menyebutkan, laga ini begitu krusial buat Belanda. Makanya, mengandalkan anak-anak muda yang kurang pengalaman sama dengan bunuh diri.
Di Ajax, posisi De Ligt adalah bek tengah. Orang-orang menyebutnya sebagai bek tengah modern. Nama-nama legendaris macam Paolo Maldini ataupun Alessandro Nesta bakal tetap dikenang sebagai bek-bek terbaik dunia. Namun, sepak bola modern adalah sepak bola yang membutuhkan pemain-pemain yang bisa mengerjakan peran lebih.
Dari 27 penampilannya musim ini bersama Ajax di Eradivisie, rataan kesalahan tekelnya dalam setiap pertandingan adalah 0,14 kali. Artinya, De Ligt tergolong sebagai bek yang cukup jeli untuk mengambil keputusan tekel.
ADVERTISEMENT
Kotak penalti adalah area angker dalam setiap pertandingan, sekaligus menjadi area tugas utama seorang bek tengah. Siapa pun yang ada di dalamnya harus berhati-hati. Kesalahan sedikit bisa berujung pada sejumlah hal berbahaya.
Salah tekel bisa membuat wasit menjatuhi hukuman penalti. Lengah dalam penjagaan bisa membuat lawan memiliki ruang yang lebih untuk mencetak gol.
Kontak fisik yang minimal di area kotak penalti adalah keharusan bagi setiap bek. Dan pada umumnya, pemain-pemain lawan yang sudah ada di dalam kotak penalti bakal berubah menjadi sosok yang ambisius untuk mencetak gol.
Mereka bakal berlari cepat, mengeluarkan kekuatan dan kemampuan terbaiknya. Bila sudah dalam keadaan seperti ini, maka seorang bek dituntut untuk bisa membaca apa yang sebenarnya bakal dilakukan lawan untuk menyerang.
ADVERTISEMENT
Tekel-tekel De Ligt yang minim kesalahan itu sebagian besar dilakukannya di dalam kotak penalti. Artinya, ia tampil sebagai bek yang mampu melakukan tekel-tekel bersih. Bila seorang bek minim kesalahan tekal, secara garis besar dapat disimpulkan, ia cukup jeli menentukan waktu dan mengambil keputusan untuk melakukan tekel.
Kemampuan ini menggambarkan seperti apa kepercayaan diri De Ligt sebagai bek muda. Kepercayaan dirinya juga tergambar dari keberaniannya untuk melakukan penetrasi lewat dribel dengan kontrol yang baik.
De Ligt dalam laga vs Manchester United. (Foto: JANEK SKARZYNSKI / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
De Ligt dalam laga vs Manchester United. (Foto: JANEK SKARZYNSKI / AFP)
Karena semakin modern maka semakin kompleks peran seorang pemain, bek tengah modern juga dituntut untuk bisa berperan lebih dari sekadar tugas dasarnya.
Ia harus bisa membuka blok pemain-pemain lawan yang ada di lapangan tengah. Ia pun juga harus sigap untuk segera turun tangan bila ada area yang dikepung terlalu banyak pemain lawan. Bahkan di era sekarang, bukan hal mengherankan bila seorang bek dituntut juga untuk bisa mengirimkan umpan kunci dan mencetak gol.
ADVERTISEMENT
Bersama Ajax musim ini, akurasi umpan De Ligt mencapai 90%. Ia pun sudah 9 kali membukukan peluang dan mencetak 3 gol untuk timnya di kompetisi liga. Artinya, sebagai bek modern, penampilan dan kemampuan De Ligt cukup meyakinkan.
Bila ditanya apakah mungkin De Ligt diperhitungkan sebagai bintang masa depan Timnas Belanda, jawabannya tentu mungkin. Namun, bila mengingat kembali kritik yang dialamatkan kepada Blind tadi, yang menjadi masalah adalah apakah De Ligt sudah cukup matang untuk menjadi tumpuan Belanda selanjutnya? Kritik tadi pun bukannya tanpa alasan. Dalam laga melawan Bulgaria tersebut, kesalahan De Ligt-lah yang membuat lawan menuai gol.
Belanda adalah negara yang tidak pernah berhenti melahirkan pemain-pemain muda berbakat. Namun, yang menjadi masalah, Belanda masih kesulitan untuk menemukan pemain-pemain muda berbakat yang matang. Kecenderungan pesepak bola muda Belanda saat ini, mereka terlalu cepat hijrah ke negara lain di usia yang sangat muda.
ADVERTISEMENT
Pemain-pemain muda ini gemar berpindah-pindah klub dan termakan iming-iming gaji besar serta kesempatan untuk berlaga di kompetisi-kompetisi Eropa lain yang lebih mentereng ketimbang Eredivisie. Sebenarnya hal ini menjadi pilihan yang wajar bagi seorang pemain muda. Namun, kepindahan yang 'dipaksakan' bukannya tak mungkin justru bakal mematikan langkah mereka karena tak kunjung berhasil menemukan permainan terbaik.
Mengantongi pengalaman bermain sebanyak-banyaknya jadi modal penting bila bek berusia 18 tahun seperti De Ligt bila ingin tampil sebagai pesepak bola matang, terlebih di Ajax ia mendapat tempat di skuat utama. Adalah hal yang cukup sulit jika ia tergoda untuk pindah dan berharap menit bermain yang banyak di tim-tim besar Eropa lainnya.
Menjadikan pemain-pemain muda seperti De Ligt sebagai tumpuan baru Timnas Belanda bukan hal yang tak mungkin, malah harus dilakukan, karena sebenarnya Koeman memang tak punya pilihan lain. Namun, saat ini yang menjadi PR besar bagi Koeman adalah bagaimana mematangkan pemain-pemain muda tersebut. Karena sebesar apa pun talenta seorang pemain muda, ia tetap akan kalah bila diperhadapkan dengan pemain matang.
ADVERTISEMENT