Memori Emas Widodo di Stadion Rizal Memorial

27 Februari 2018 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Bali United, Widodo C Putro. (Foto: PT LIB)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Bali United, Widodo C Putro. (Foto: PT LIB)
ADVERTISEMENT
Laga kontra Global Cebu FC, Selasa (27/2/2018), merupakan momen nostalgia buat pelatih Bali United, Widodo Cahyono Putro. Sebab, dia bakal kembali ke Stadion Rizal Memorial, Manila, tempat dirinya memiliki memori manis bersama Tim Nasional (TImnas) Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ya, pada 1991, di bawah asuhan pelatih asal Rusia, Anatoly Polosin, Widodo dan 17 pemain Timnas Indonesia, seperti Rochy Putiray, Robby Darwis, Aji Santoso, Peri Sandria, dan Bambang Nurdiansyah, sukses menyabet medali emas SEA Games XVI. Mereka mengandaskan Thailand lewat adu penalti pada partai final di Stadion Rizal Memorial.
"Kami tak difavorikan jadi juara. Thailand menjadi favorit saat itu. Ternyata setelah melewati pemusatan latihan yang sangat keras dan luar bisa dengan Polosin, sampai latihan satu hari tiga kali. Jadi, waktu itu memang benar-benar fisik yang ditempa," kata Widodo kepada kumparan (kumparan.com).
"Cara bermain saat itu sangat berbeda, setelah melihat perkembangan sepak bola sekarang. Kami dulu benar-benar mengandalkan fisik. Mau bola ke mana saja akan kami kejar dan terus lari saja di atas lapangan, sepak bola yang nggak ada seninya," ujar pelatih kelahiran Cilacap ini menambahkan.
ADVERTISEMENT
Saat itu, pemain Indonesia memang dikenal memiliki kekuatan fisik yang luar biasa. Di babak penyisihan grup, Indonesia mengemas poin sempurna dan merebut predikat juara grup, mengungguli tuan rumah Filipina, Malaysia, serta Vietnam.
Kendati demikian, tak ada nada-nada positif yang disematkan kepada Indonesia untuk meraih medali emas. Indonesia mulai diperhitungkan saat sukses mengalahkan Singapura di babak semifinal. Indonesia dipaksa bermain imbang hingga perpanjangan waktu usai. Tak ada raut kelelahan yang diperlihatkan skuat besutan Polosin. Berbeda dengan pemain Singapura yang tampak kelelahan selepas dipaksa berlari sepanjang 120 menit.
"Waktu itu, kami terus lari karena memang kuat. Sampai jam 12 malam, kami harus (melakukan) adu penalti lawan Singapura," tutur Widodo mengenai laga semifinal tersebut.
ADVERTISEMENT
Alhasil, saat adu penalti dilakukan, algojo-algojo Garuda lebih siap. Indonesia unggul 4-3 atas Singapura dan berhak melaju ke babak final.
Seperti yang dituturkan Widodo, tak ada yang menjagokan Indonesia untuk menyabet medali emas sepak bola pada gelaran SEA Games kedelapan itu. Sebab, skuat asuhan Polosin harus berhadapan dengan Thailand, yang notabene raksasa Asia Tenggara saat itu, di partai puncak.
Stadion Rizal Memorial (Foto: Wikimedia)
zoom-in-whitePerbesar
Stadion Rizal Memorial (Foto: Wikimedia)
Tetap mengandalkan kekuatan fisik, pemain Indonesia mampu mengimbangi 'Gajah Putih' dengan skor 0-0 hingga babak tambahan 2x15 menit usai. Oleh karenanya, pemenang lagi-lagi ditentukan lewat adu penalti.
Dua penendang awal Indonesia gagal mengeksekusi bola, salah satunya Widodo. Akan tetapi, penjaga gawang Edy Harto bermain cukup tenang dan sukses menggagalkan dua penendang Thailand. Keadaan imbang 3-3 memaksa adu penalti dilanjutkan ke penendang keenam.
ADVERTISEMENT
Edy keluar sebagai pahlawan karena memenangi duel dengan eksekutor keenam Thailand. Kesuksesan eksekusi Sudirman kemudian memastikan kemenangan Indonesia.
Setelah itu, Stadion Rizal Memorial memiliki tempat spesial dalam benak Widodo C Putro. Tak heran, sebelum sepak mula laga melawan Global Cebu, Widodo menceritakan kenangan indahnya kepada Fadil Sausu dan kolega.
"Saya berbicara juga dengan pemain bahwa Stadion (Rizal Memorial) itu menyimpan kenangan buat saya. Memang saat adu penalti saya gagal menendang bola ke gawang karena ditepis oleh kiper, tetapi ini sejarah juga buat saya karena bisa mendapatkan medali emasi," kata Widodo.
"Mudah-mudahan memori yang dulu itu, di lapangan yang sama, walau rumput sudah diganti (menjadi artifisial), bisa terulang kembali ketika Bali United berlaga," pungkas eks juru taktik Sriwijaya FC itu.
ADVERTISEMENT