Memupuk dan Menumpukan Harapan pada Gabriel Jesus di Piala Dunia 2018

28 Maret 2018 15:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Butuh gol? Telepon Gabriel Jesus. (Foto: Reuters/Fabrizio Bensch)
zoom-in-whitePerbesar
Butuh gol? Telepon Gabriel Jesus. (Foto: Reuters/Fabrizio Bensch)
ADVERTISEMENT
Dalam buku hitungan Paul Brown, juara dunia sepak bola saat ini adalah Tim Nasional (Timnas) Peru, dan ya, Anda tidak salah dengar. Peru yang lolos ke Piala Dunia 2018 lewat jalur play-off menghadapi Selandia Baru itu adalah kampiun Unofficial Football World Championship (UWFC).
ADVERTISEMENT
Sesuai namanya, kampiun UWFC memang tidak didasarkan pada hasil Piala Dunia. Namun, Brown yang merupakan jurnalis asal Inggris itu mencoba hitung-hitungannya sendiri. Dalam hitung-hitungan itu, cara menentukan juara di ajang tinju dia praktikkan di dunia sepak bola.
Brown memulai hitungan ini pada laga internasional pertama antara Inggris dan Skotlandia pada 1872 silam. Laga itu sendiri berakhir imbang tanpa gol dan pemenang baru ada setahun berikutnya ketika Inggris menang 4-2 atas lawan yang sama. Sejak itu, siapa pun yang berhasil menang atas pemenang sebelumnya dinyatakan sebagai juara sampai akhirnya, 'gelar' itu jatuh ke tangan Peru.
Nah, jika Brown punya hitung-hitungan seperti itu, ada hitung-hitungan lain untuk menentukan siapa tim terkuat di dunia saat ini. Tentunya, siapa pun yang bisa mengalahkan juara dunia layak dimasukkan dalam kategori ini, bukan?
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Timnas Brasil yang baru saja mengalahkan Jerman 1-0 pada laga uji tanding di Olympiastadion Berlin, Rabu (28/3/2018) dini hari WIB, layak disemati gelar sebagai tim terbaik. Hebatnya, ini bukan keberhasilan pertama Brasil melakukan itu, melainkan yang ke-15. Dalam sejarahnya, tak ada tim lain yang mampu menaklukkan juara dunia sebanyak Brasil.
Atas keberhasilan yang ke-15 itu, Brasil harus berterima kasih kepada seorang pemuda 20 tahun bernama Gabriel Jesus. Penyerang yang bermain untuk Manchester City itu mencetak gol tunggal kemenangan Selecao lewat sundulannya pada babak pertama. Meski sundulan itu sebenarnya bisa dibaca Marc-Andre ter Stegen, bola kemudian tetap masuk ke gawang lantaran halauan sang kiper dilakukan di posisi yang tidak menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Namun, gol adalah gol dan Jesus seoranglah yang layak mendapat kredit atas itu semua. Sebuah gol yang menjadi penegas bahwasanya, nasib Brasil di Rusia nanti bisa saja ditentukan oleh seorang pemuda yang bahkan belum bisa mengonsumsi alkohol secara legal. Sebuah gol yang menunjukkan bahwa tanpa Neymar sekalipun, Brasil di Piala Dunia nanti memang layak jadi unggulan.
Jesus, tentunya, bukan Neymar. Meski punya kemampuan olah bola brilian, eks pemain Palmeiras itu tidak bermain seperti halnya Neymar bermain. Jika Neymar merupakan pemain yang lebih kerap menyisir sayap kiri dengan bantuan kecepatan dan teknik olah bola mumpuni, Jesus adalah seorang penyerang tengah mematikan.
Di mana pun Jesus bermain, baik di klub maupun tim nasional negaranya, dia selalu dimainkan di tengah. Biasanya, dia bakal diapit dua penyerang sayap. Di Timnas Brasil ada Neymar dan Willian atau Douglas Costa. Di City ada Leroy Sane dan Raheem Sterling.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Jesus bukanlah penyerang nomor 9 klasik yang cuma bisa menunggu bola di kotak penalti seperti Filippo Inzaghi atau Ruud van Nistelrooy. Lebih dari itu, kemampuan olah bolanya memungkinkan Jesus untuk lebih terlibat dalam bangun serangan. Untuk itu, area favoritnya untuk ikut serta dalam bangun serangan adalah sayap kiri, sama halnya dengan Neymar.
Dengan gambaran umum seperti itu, bisa dibilang Jesus adalah penyerang tengah yang komplet. Ini belum termasuk bagaimana dia selalu mau dan mampu untuk berduel dengan bek lawan, meski tubuhnya tergolong kecil. Lalu, jangan lupakan pula bagaimana dia mampu secara lihai mencari ruang kosong dan bagaimana dia bisa mencetak gol dengan kaki kanan, kaki kiri, serta kepalanya. Singkat kata, Jesus adalah penyerang sempurna.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, tak heran jika di Timnas Brasil, Jesus masih menjadi pilihan utama Tite. Meski di level klub Roberto Firmino sejatinya lebih konsisten, Jesus yang kerap absen lantaran cedera ini tetap merupakan penyerang utama Brasil tatkala kondisi fisiknya memungkinkan, seperti sekarang ini.
Yang jadi soal saat ini adalah fakta bahwa ujian Jesus berikutnya bersama Timnas Brasil adalah turnamen paling prestisius sedunia. Ya, mengalahkan Jerman di uji tanding sekalipun tentunya masuk dalam kategori impresif, tetapi menghadapi pasukan Joachim Loew itu di panggung sesungguhnya tentu perkara lain.
Jesus bukannya sama sekali belum terbukti. Di Olimpiade Rio 2016 lalu, misalnya, Jesus sudah menjadi penyerang utama Brasil. Akan tetapi, Olimpiade bukanlah Piala Dunia. Bahkan, juara cabang olahraga sepak bola di Olimpiade sama sekali tidak masuk hitungan apa-apa karena pertama, tim yang turun di Olimpiade adalah tim U-23 dan kedua, Olimpiade tidak masuk agenda FIFA.
ADVERTISEMENT
Artinya, kiprah Jesus di negeri sendiri dua tahun silam tak bisa betul-betul dijadikan patokan. Terlebih, Brasil punya motivasi berlipat ganda untuk melipur lara akibat kegagalan di rumahnya empat tahun lalu. Bagi Brasil, tak ada target lain selain juara dan menumpukan beban sedemikian berat kepada ujung tombak berusia 20 tahun tentunya cukup riskan.
Namun, Jesus adalah pemain spesial. Dia memang masih belia dan punya riwayat cedera yang tak menguntungkan. Namun, secara mental, tak pernah ada masalah berarti pada dirinya. Sebagai bukti nyata, transisi Jesus dari Palmeiras ke Manchester City berjalan mulus. Selain itu, di debutnya bersama Timnas Brasil senior, Jesus mampu mencetak dua gol dan menghasilkan satu tendangan penalti.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, tidak salah apabila Jesus dijadikan tumpuan. Riskan? Tentu saja. Namun, di dunia ini tak ada yang tak berisiko. Selain itu, di Timnas, Jesus juga bakal disokong pemain-pemain yang sekiranya bakal mampu meringankan bebannya.
Untuk menyediakan peluang, Brasil punya Neymar (kalau sembuh tepat waktu), Philippe Coutinho, Willian, Douglas Costa, dan lain-lain. Kemudian, seandainya beban Jesus dirasa terlalu berat, masih ada Firmino yang bisa dijadikan cadangan. Dengan situasi seperti ini, Jesus punya segudang alasan untuk berprestasi bersama negaranya.
Nyamannya Jesus dalam berlaga bersama Timnas Brasil itu terlihat dari catatan golnya. Dari 15 pertandingan, dia sudah mampu menyarangkan 9 gol. Catatan itu bahkan lebih baik dibanding 15 gol Jesus dalam 31 penampilan bersama City. Jika di City rasio golnya adalah 0,48, di Brasil dia bisa mencatatkan rasio 0,60.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, keberadaan Jesus di Timnas Brasil dan ekspektasi yang dibebankan kepadanya sekarang ini sebenarnya sudah pas. Dengan kemampuan (dan potensi) yang dimilikinya, sudah sewajarnya jika pemain kelahiran Sao Paulo itu menjadi penyerang sekaligus tumpuan utama Brasil. Syaratnya cuma satu: jangan cedera.