Menakar Formasi yang Pas untuk Timnas Indonesia di Piala AFF

30 Oktober 2018 20:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain timnas Indonesia, Irfan Jaya (kanan) melakukan selebrasi usai mencetak gol dalam pertandingan uji coba antara Indonesia vs Myanmar di Stadion Wibawa Mukti, Rabu (10/10). (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain timnas Indonesia, Irfan Jaya (kanan) melakukan selebrasi usai mencetak gol dalam pertandingan uji coba antara Indonesia vs Myanmar di Stadion Wibawa Mukti, Rabu (10/10). (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Formasi, lebih dari sekadar angka-angka dan dasar dari sebuah permainan, juga adalah catatan sejarah. Bersama formasi itu, teriring kegagalan dan keberhasilan yang pernah diraih sebuah tim, termasuk Timnas Indonesia. Khususnya di ajang Piala AFF.
ADVERTISEMENT
Selama penyelenggaraan Piala AFF, sudah banyak formasi yang digunakan oleh Timnas Indonesia. Pernah ada masa ketika formasi 3-5-2 dipakai, saat trio bek Nur'alim, Aples Tecuari, serta Robby Darwis mengisi di belakang. Kala itu, Indonesia sedikit terpengaruh gaya Italia, karena memang beberapa pemain timnas menimba ilmu bersama PSSI Primavera dan Baretti di 'Negeri Pizza'.
Memasuki akhir 1990-an sampai awal 2000-an, formasi yang lebih modern mulai merasuk Timnas Indonesia. Jika ditelisik, ada dua konsep utama yang diusung Timnas Indonesia, yakni dua penyerang dalam formasi 4-4-2 atau format trisula melalui sistem 3-4-3 dan 4-3-3. Tiga formasi ini cukup rutin diterapkan oleh 'Garuda'. Mana yang dipilih tinggal menyesuaikan karakter pemain di skuat.
Formasi 4-4-2: Seimbang, Agresif, tapi Juga Rentan
ADVERTISEMENT
Formasi 4-4-2 adalah formasi yang cukup rutin digunakan oleh Timnas Indonesia. Rusdy Bahalwan adalah inisiator penggunaan formasi ini, berdasarkan pengalamannya kala menangani Persebaya Surabaya dan membawa tim tersebut juara Liga Indonesia pada musim 1996/97.
Formasi ini unik. Selain bisa dimodifikasi menjadi 4-2-3-1, formasi ini juga memiliki nilai plus. Pada ajang Piala AFF 2010, Indonesia bisa bermain atraktif karena formasi ini, dengan duet Ahmad Bustomi-Firman Utima yang memiliki karakter serupa, yakni pengumpan ulung dan pandai membaca permainan.
Tidak hanya itu, formasi ini meningkatkan intensitas serangan Indonesia. Tekanan bisa dihadirkan dari dua sisi sekaligus: sayap dan tengah. Empat pemain di sayap serta dua pemain di tengah, bisa dihadirkan secara langsung di lini pertahanan lawan. Ditambah dengan dua penyerang yang punya karakter yang berbeda, maka formasi ini akan semakin menakutkan.
ADVERTISEMENT
Bicara modifikasi, formasi ini juga bisa dibentuk menjadi formasi yang defensif. Dua baris empat pemain (empat di belakang dan empat di tengah) bisa menjadi tembok pertahanan yang rapat bagi tim mana pun. Inilah yang pernah ditampilkan Indonesia di ajang Piala AFF 2016 silam.
Namun, bukan berarti formasi ini tidak memiliki kekurangan. Rawan ditembus dari sayap, apalagi ketika dua bek sayap maju, adalah kekurangan dari formasi ini. Serangan juga bisa menjadi buntu jika serangan malah banyak terkonsentrasi di sayap saja, tanpa ada improvisasi yang menggebrak macam cut inside.
Andik Vermansah (26) melepaskan umpan saat Timnas Indonesia bersua Hong Kong. (Foto: Hafidz Mubarak/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Andik Vermansah (26) melepaskan umpan saat Timnas Indonesia bersua Hong Kong. (Foto: Hafidz Mubarak/Antara)
Formasi 3-4-3 dan 4-3-3: Lebih Ofensif, Juga Lebih Cair
Formasi 3-4-3 pernah dipakai oleh Timnas Indonesia dalam ajang Piala AFF 2004. Saat itu, di bawah asuhan Peter Withe, Indonesia tampil menggebrak sampai babak final. Bahkan, mereka pernah membantai Timnas Malaysia di Bukit Jalil dengan skor telak 4-1.
ADVERTISEMENT
Menggunakan formasi ini, dasarnya memang tidak beda jauh dengan formasi 4-4-2, yakni serangan dari sayap. Namun, yang membedakan adalah kecairan dalam formasi ini bisa terjaga. Dengan meratanya pemain yang ada di lapangan, terutama empat di tengah dan tiga di depan, bola bisa dialirkan dengan lebih leluasa.
Tidak hanya itu, lini depan begitu menakutkan dalam formasi ini. Pada 2004 silam, sampai babak final, Indonesia dapat mencetak 22 gol dan hanya kebobolan 5 gol saja. Torehan ini merupakan salah satu yang terbaik di antara seluruh kontestan. Sekaligus membuktikan bahwa Indonesia tampak menakutkan dengan trisula lini depan yang terdiri Boaz Solossa, Ilham Jayakusuma, serta Ellie Aiboy.
Keunggulan lain, jika lawan menerapkan tekanan agresif, formasi ini dapat membuat sebuah tim lepas dari tekanan agresif tersebut. Tersebarnya para pemain di berbagai posisi membuat pemain yang menjadi tujuan untuk umpan akan selalu ada, apalagi jika ditopang dengan kemauan para pemainnya membuka ruang.
ADVERTISEMENT
Namun, bukan berarti formasi ini tidak memiliki kekurangan. Agresifnya mereka dalam menyerang bisa menjadi sebuah bumerang ketika bertahan, terutama menghadapi tim yang menerapkan pertahanan zona (zonal marking) seperti Singapura dalam dua partai final Piala AFF 200. Ruang-ruang untuk berkreasi ditutup, dan itu akan membuat kecairan permainan hilang dengan sendirinya.
Pilihan Formasi yang Pas untuk Indonesia
Menelisik kiprah Indonesia di ajang Piala AFF, formasi dua penyerang atau tiga penyerang sebetulnya sempat memberikan hasil bagus. Khusus untuk sekarang, formasi 4-3-3 tampaknya lebih akrab bagi pemain Indonesia, karena Luis Milla banyak menggunakan formasi tersebut pada masa kepelatihannya. Terlebih lagi, Bima Sakti yang duduk di kursi pelatih merupakan eks asisten Milla.
ADVERTISEMENT
Namun, jika menelisik karakteristik para pemain Indonesia, sebenarnya 4-4-2 lebih pas. Karakter para pemain Indonesia yang cenderung bermain di sayap, dengan opsi umpan silang dan juga cut inside, akan sangat pas jika dipadukan dengan formasi ini. Inilah yang sempat dicoba Alfred Riedl di ajang Piala AFF 2016.
Lebih terbukanya 4-4-2 pada modifikasi juga membuat pelatih memiliki banyak opsi yang bisa dipilih jika satu opsi permainan sukses dipatahkan lawan. Bahkan, formasi 4-2-4 juga bisa diterapkan jika tekanan lebih memang perlu diberikan.
Meski begitu, ada baiknya jika formasi 4-3-3 juga dibiasakan di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Luis Milla. Hal itu akan memberikan opsi tambahan lebih pada permainan Indonesia, sekaligus membuat permainan Indonesia sulit ditebak. Intinya, banyak opsi akan menjadi sesuatu yang baik bagi Timnas Indonesia.
ADVERTISEMENT