Mencari Kejutan Baru di La Liga 2019/20

15 Agustus 2019 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Getafe, tim kejutan di La Liga 2018/19. Foto: AFP/Benjamin Cremel
zoom-in-whitePerbesar
Getafe, tim kejutan di La Liga 2018/19. Foto: AFP/Benjamin Cremel
ADVERTISEMENT
Prediksi ada untuk dipatahkan. Sebagaimana peraturan ada untuk dilanggar dan janji ada untuk diingkari. Tak perlu dicari asal muasalnya. Anggap saja itu sudah menjadi bagian dari kodrat manusia untuk selalu mencari dan mengupayakan terwujudnya kemungkinan-kemungkinan yang sebelumnya tidak eksis.
ADVERTISEMENT
Dengan semakin melebarnya jurang antara si kaya dan si miskin di sepak bola, membuat prediksi jadi semakin mudah. Di La Liga, misalnya, sangat gampang menebak siapa yang bakal keluar jadi juara karena kandidatnya memang cuma itu-itu saja.
Akan tetapi, La Liga tidak cuma diikuti oleh Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid. Ada 17 tim lain yang berlaga di sana dan bukan cuma gelar juara yang jadi pertaruhan di sana. Tiket Liga Champions, tiket Liga Europa, dan keberhasilan lolos dari degradasi adalah prestasi bagi tim-tim di luar triumvirat itu.
Musim lalu, dengan mulusnya jalan Barcelona meraih gelar juara, front pertempuran sengit pun bergeser ke perebutan posisi empat alias tiket terakhir Liga Champions. Sampai pekan-pekan terakhir ada empat tim yang punya kans besar mendapatkannya: Valencia, Getafe, Espanyol, dan Sevilla. Hal-hal macam inilah yang membuat La Liga musim lalu jadi begitu menarik.
ADVERTISEMENT
Untuk musim 2019/20, situasinya kemungkinan besar tidak akan berubah. Barcelona, Real, dan Atletico akan bertarung dalam liga mini mereka sendiri untuk memperebutkan gelar juara. Namun, tim-tim yang berusaha menjadi the best of the rest bisa jadi tak lagi sama.
Valencia, dengan keberhasilan finis di tempat keempat, jadi the best of the rest pada musim lalu. Namun, itu tak mereka dapatkan dengan mudah karena alotnya perlawanan tiga tim di bawahnya, terutama Getafe. Di sini, kumparanBOLA akan berbicara soal tim-tim yang berpotensi menjadi Getafe baru.
1) Real Betis
Pemain-pemain Real Betis merayakan gol ke gawang Valencia pada semifinal Piala Raja 2018/19. Foto: AFP/Jorge Guerrero
kumparanBOLA berharap banyak pada Real Betis musim lalu. Mereka punya pelatih berkualitas dalam diri Quique Setien dan pemain-pemain yang sepertinya bisa menjalankan instruksi dengan baik untuk membawa Betis, setidaknya, lolos ke kompetisi antarklub Eropa.
ADVERTISEMENT
Namun, harapan tinggal harapan. Betis tampil angin-anginan. Mereka bisa menang atas Barcelona tetapi kalah dari Levante dan Leganes. Setien pun akhirnya dipecat dan digantikan oleh pelatih yang meloloskan Espanyol ke Liga Europa, Rubi.
Ada perbedaan besar antara Setien dan Rubi sebagai pelatih. Setien adalah filsuf sepak bola yang punya pandangan saklek soal bagaimana olahraga ini semestinya dimainkan. Rubi, sementara itu, jauh lebih pragmatis. Di Espanyol, dia sama sekali tidak malu untuk memainkan bola panjang.
Inilah yang dibutuhkan Betis. Mereka memang tidak punya materi pemain yang cukup bagus untuk mengeksekusi ide Setien dengan sempurna. Pragmatisme, oleh karenanya, bisa jadi jalan untuk mendongkrak prestasi Betis di papan klasemen.
Musim lalu Betis finis di peringkat sepuluh dan musim ini mereka punya kans untuk mencapai lebih dari itu. Pada bursa transfer ini mereka memang kehilangan sejumlah pilar seperti Pau Lopez, Giovani Lo Celso, dan Junior Firpo, tetapi manajemen juga tidak tinggal diam. Mereka sukses merekrut Nabil Fekir, Juanmi, Emerson, Dani Martin, serta yang terbaru Borja Iglesias.
ADVERTISEMENT
Para pemain baru ini utamanya didatangkan untuk mendongkrak produktivitas tim. Iglesias bakal jadi andalan utama Rubi seperti di Espanyol pada musim lalu. Sementara, Fekir akan menjadi otak serangan tim asal Andalusia tersebut. Jika proses integrasi berjalan lancar, Betis setidaknya akan bisa lolos ke Liga Europa 2020/21.
2) Sevilla
Sevilla merayakan kemenangan atas Real Sociedad. Foto: Dok. Sevilla CF
Yep, Real Betis bukan satu-satunya tim Kota Sevilla yang pencapaiannya di bawah ekspektasi pada musim lalu. Sevilla pun tidak terlalu impresif. Sampai-sampai, mereka harus memecat pelatih Pablo Machin di tengah jalan. Namun, jelang musim 2019/20 ini, ada optimisme baru yang merebak di Estadio Ramon Sanchez Pizjuan.
Sevilla punya pelatih baru musim ini dalam diri Julen Lopetegui. Rekam jejak Lopetegui memang tercoreng akibat kegagalannya bersama Real Madrid musim lalu tetapi harus diakui bahwa dia sebenarnya pelatih berkualitas. Capaiannya dengan Timnas Spanyol dalam ajang Kualifikasi Piala Dunia 2018 bisa jadi acuan, di mana kala itu La Furia Roja menang 9 kali dan imbang 1 kali dalam 10 pertandingan.
ADVERTISEMENT
Selain merekrut pelatih baru, Sevilla juga melakukan perombakan skuat besar-besaran. Seiring kembalinya Monchi sebagai direktur olahraga, Los Nervionenses sukses mendatangkan banyak pemain baru.
Di sana ada yang berlabel sarat pengalaman seperti Luuk de Jong, Moanes Dabour, Nemanja Gudelj, dan Lucas Ocampos, ada pula yang punya potensi besar macam Rony Lopes, Joan Jordan, Jules Kounde, dan Sergio Reguilon. Kedatangan pemain-pemain ini diimbangi dengan banyaknya jumlah pemain yang dilepas, mulai dari Gabriel Mercado sampai Pablo Sarabia.
Aktivitas transfer ini memberi harapan baru bagi Sevilla, terutama dalam upaya untuk finis di empat besar. Akan tetapi, bukan rahasia apabila perombakan besar seperti ini mengandung risiko tak kalah besar. Jika banyak pemain yang telat nyetel, bisa berabe mereka.
ADVERTISEMENT
3) Eibar
Para pemain Eibar merayakan gol. Foto: REUTERS/Vincent West
Eibar adalah tim kesayangan para penonton netral La Liga. Berasal dari Basque, mereka sebenarnya juga punya jiwa pemberontak seperti halnya Athletic Club de Bilbao yang jauh lebih masyhur namanya. Akan tetapi, tak seperti Athletic, Eibar bukan tim 'berbahaya'. Mereka seperti adik kecil penuh bakat yang tidak akan mengancam dominasi para raksasa di liga dalam waktu dekat.
Musim lalu Eibar cuma finis di peringkat ke-12. Ini sebenarnya tidak buruk buat ukuran mereka. Akan tetapi, tim yang bermarkas di Ipurua ini sebetulnya memiliki potensi untuk meraih prestasi lebih baik. Mereka punya identitas bermain yang jelas dan jika dieksekusi dengan tepat bisa membahayakan siapa pun.
Kendati begitu, Eibar memang bukan klub besar. Mereka cuma liliput dengan anggaran terbatas sehingga tidak mampu mendatangkan pemain-pemain yang bisa benar-benar mengubah nasib secara drastis. Alhasil, penyakit klasik bernama inkonsistensi pun senantiasa menghampiri.
ADVERTISEMENT
Pada bursa transfer ini Eibar kehilangan empat pilar sekaligus: Joan Jordan, Asier Riesgo, Ruben Pena, dan Marc Cucurella. Namun, kehilangan itu mereka tambal dengan mendatangkan Edu Exposito, Alvaro Tejero, Quique, serta Takashi Inui. Operasi transfer Eibar yang cerdas dan hati-hati inilah yang sebenarnya membuat orang jatuh hati pada mereka.
Tak ada bintang di sana, tetapi tim pelatih dan manajemen Eibar selalu berhasil menyusun tim yang solid dan siap menyulitkan siapa pun. Kepulangan Inui dari Real Betis, terutama, bakal memberi dorongan ekstra bagi Eibar dalam upayanya menembus enam besar musim 2019/20.
4) Athletic Club
Para pemain Bilbao rayakan gol Oscar De Marcos ke gawang Barcelona. Foto: REUTERS/Albert Gea
Ada Eibar, ada Athletic Club. Mustahil untuk mencoret raksasa Basque ini dari daftar tim yang berpotensi membuat kejutan. Pasalnya, ketika kita berbicara soal potensi, Athletic memang selalu memilikinya.
ADVERTISEMENT
Athletic adalah tim unik. Mereka punya kebijakan rekrutmen tiada duanya. Dengan adanya larangan untuk merekrut pemain non-Basque, Athletic jadi kesulitan untuk bersaing di papan atas. Namun, fakta bahwa mereka belum pernah terdegradasi sama sekali meski memiliki kebijakan tersebut adalah bukti kejutan bakal selalu bisa muncul dari San Mames.
Pada bursa transfer ini Athletic belum mendatangkan satu pun pemain. Padahal, mereka telah melepas tiga pemain sekaligus, termasuk dua sosok kawakan Ander Iturraspe dan Markel Susaeta. Satu-satunya bisnis besar yang mereka lakukan pada bursa transfer ini adalah mengikat Inaki Williams dengan kontrak sembilan musim.
Athletic sebenarnya punya peluang mendatangkan Ander Herrera dan Fernando Llorente, dua pemain Basque yang kontraknya habis pada akhir musim lalu. Namun, prospek itu tak pernah mereka seriusi. Alhasil, skuat mereka pun tidak mengalami perbaikan apa-apa.
ADVERTISEMENT
Sisi positifnya, Athletic bakal memiliki stabilitas. Di bawah komando Gaizka Garritano yang masuk sebagai pelatih pada pertengahan musim lalu, mereka menemukan cara untuk tidak terus-terusan kehilangan poin.
Musim 2019/20 nanti, Athletic memiliki kans untuk meneruskan performa apik di bawah Garritano. Namun, kemungkinan mereka kesulitan memetik kemenangan akibat ketiadaan juru gedor mumpuni juga tetap ada. Sebab, Aritz Aduriz sudah semakin tua dan dipastikan akan pensiun akhir musim nanti.
5) Getafe
Pemain-pemain Getafe merayakan gol ke gawang Valencia di Copa del Rey. Foto: AFP/Javier Soriano
Mengapa ada Getafe lagi di sini? Bukankah poin dari pembahasan ini adalah mencari 'tim seperti Getafe'?
Well, itu memang benar. Namun, Getafe musim 2019/20 bisa berbeda dari Getafe musim 2018/19. Dalam artian, kejutan yang mereka bikin boleh jadi akan lebih besar. Penyebabnya adalah apiknya manuver mereka di bursa transfer musim panas ini.
ADVERTISEMENT
Faysal Fajr, Marc Cucurella, dan Allan Nyom adalah rekrutan-rekrutan yang pantas mendapatkan lampu sorot tersendiri. Mereka adalah pemain-pemain yang mampu meningkatkan kualitas tim secara signifikan. Cucurella dan Nyom adalah bek sayap tangguh, sementara Fajr akan memberi suntikan kreativitas ekstra.
Selain itu, keberhasilan mempertahankan Jose Bordalas sebagai pelatih juga bakal semakin membuat Getafe stabil. Mereka punya cetak biru permainan yang jelas dan kedatangan pemain-pemain baru berkualitas bakal membuat bangunan permainan yang dibangun jadi lebih kokoh. Lolos ke Liga Champions bukan hal mustahil bagi mereka.