Meneropong Celah Liverpool, Memupuk Kans Leicester

30 Januari 2019 15:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Firmino mencetak gol kedua Liverpool di laga vs Leicester. (Foto: REUTERS/Darren Staples)
zoom-in-whitePerbesar
Firmino mencetak gol kedua Liverpool di laga vs Leicester. (Foto: REUTERS/Darren Staples)
ADVERTISEMENT
"Semua akan terlihat tidak mungkin sebelum kamu benar-benar melakukannya."
ADVERTISEMENT
Rabu (30/1/2019) dini hari WIB, Newcastle berhasil membuktikan kata-kata muatiara Nelson Mandela di atas usai menjungkalkan Manchester City. Keberhasilan klub yang memiliki catatan gol terendah kedua di Premier League itu mampu membobol gawang City yang selalu bersih dalam enam laga sebelumnya.
Melihat gambaran itu, mampukah Leicester City, yang datang ke Anfield sebagai underdog, melakukan hal yang sama kepada Liverpool, Kamis (31/1) dini hari WIB?
Jamie Vardy merayakan golnya ke gawang Chelsea bersama rekan-rekannya. (Foto: Action Images via Reuters/Matthew Childs)
zoom-in-whitePerbesar
Jamie Vardy merayakan golnya ke gawang Chelsea bersama rekan-rekannya. (Foto: Action Images via Reuters/Matthew Childs)
'Si Rubah' berjalan pincang saat melawat ke Anfield. Tiga pertandingan teranyar mereka selalu berujung kekalahan. Salah satunya kala takluk dari kontestan League Two, Newport County, pada babak ketiga Piala FA. Parahnya lagi, 8 kali sudah gawang mereka bobol dalam rentang waktu tersebut.
ADVERTISEMENT
Kondisi demikian jelas bertentangan dengan Liverpool yang notabene merupakan tim dengan produktivitas tertinggi kedua di Premier League --setelah City-- lewat rata-rata 2,3 gol pada tiap pertandingan. Sementara Leicester? Rata-rata hanya 1,3 gol yang berhasil mereka ukir per laga atau nyaris setengah dari torehan calon lawannya itu.
Curamnya angka di atas terkait erat dengan keberadaan kreator serangan. Hanya James Maddison seorang yang jadi tukang bikin peluang utama di Leicester. Secara struktur skuat, juara Premier League edisi 2015/16 itu memang terbilang minim kreator serangan, baik itu dari gelandang serang maupun winger. Lebih-lebih setelah mereka kehilangan Riyad Mahrez. Sialnya, Rachid Ghezzal yang diplot sebagai pengganti Mahrez masih tampil di bawah harapan.
Sementara Kelechi Iheanacho dan Demaray Gray sendiri hanya berfungsi maksimal untuk mengakomodir serangan balik, bukan tipikal pencipta peluang tulen. Itulah mengapa Puel kemudian mendorong Ricardo Pereira ke pos winger --sebagai bala bantuan untuk membantu Jamie Vardy. Hasilnya tak buruk, pemain yang diboyong dari FC Porto itu berhasil mengemas sebiji gol dan sepasang assist dalam 5 laga terakhir.
ADVERTISEMENT
Mahrez bersama Claude Puel. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
zoom-in-whitePerbesar
Mahrez bersama Claude Puel. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
'Kemiskinan' yang melanda Leicester itu berbanding terbalik dengan amunisi yang dipunyai Liverpool. Tengok saja kecanggihan skuat Liverpool yang kaya akan pendulang peluang nyaris di setiap lini. Ada Andrew Robertson dan Trent Alexander-Arnold di sektor full-back, plus James Milner di lini tengah.
Belum lagi dengan Sadio Mane, Roberto Firmino, dan Mohamed Salah sebagai penghuni reguler garda terdepan. Lebih dari sekadar mesin gol, mereka juga piawai dalam mengkreasi peluang untuk rekan-rekannya.
Untuk urusan ini, Salah menjadi yang terhebat karena mengukir rata-rata 2,1 umpan kunci di tiap pertandingan. Catatan yang berbanding lurus dengan jumlah assist yang sudah mencapai angka 7. Cukup menggambarkan betapa vitalnya porsi mantan penggawa FC Basel itu selain menjadi topskorer liga dengan 16 golnya.
ADVERTISEMENT
Jangan lupakan juga Xherdan Shaqiri yang bisa menjadi alternatif Juergen Klopp saat timnya mulai kesulitan membongkar pertahanan lawan. Dalam mode ini, artinya pelatih kelahiran Stuttgart itu memainkan empat pemain bertipe ofensif sekaligus.
Para pemain Liverpool merayakan gol. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Liverpool merayakan gol. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
Sad but true, hampir mustahil bagi Leicester untuk menandingi produktivitas Liverpool. Alasannya, ya, itu tadi... Karena mereka tak memiliki banyak pencipta peluang yang ulung.
So, cara paling realistis Leicester untuk mengarungi duel di Anfield dini hari nanti adalah dengan mematikan sektor-sektor kreatif Liverpool. Ini bukan mustahil karena Leicester punya stok gelandang petarung yang cukup, yakni Wilfred Ndidi, Hamza Choudhury, Nampalys Mendy, serta Daniel Amartey.
Dari kontribusi mereka pula Leicester sukses memecundangi Chelsea serta Manchester City pada pekan ke-18 dan 19 Premier League. Metode Puel hampir sama: Menaruh dalam-dalam trio gelandang di garis pertahanan. Bukan untuk bergerak horizontal, tetapi cenderung aktif mengarah ke sisi tepi. Selain memangkas serangan di sepertiga pertahanan lawan, mereka juga bertugas untuk meng-cover sepasang full-back yang rajin melakukan overlap.
ADVERTISEMENT
Tengok saja keberhasilan Leicester menaklukkan City yang tercipta karena bantuan penghuni area sentral. Adalah Ndidi yang berperan mencolok pada laga yang dihelat di King Power Stadium tersebut. Gelandang asal Nigeria itu berhasil mengukir 5 tekel sukses dan 3 intersep, kombinasi tertinggi di antara para pemain lainnya.
Selain itu, penempatan posisi Ndidi di tepi kiri pertahanan berhasil membuat Raheem Sterling dan Sergio Aguero buntung. Nyatanya, kedua pencetak gol terbanyak City itu nihil dalam melepaskan tembakan yang mengarah ke Kasper Schmeichel.
Beralih ke kemenangan Leicester atas Chelsea (yang juga) terkait erat dengan kontribusi para gelandangnya. Sadar akan skema false-nine yang diterapkan Maurizio Sarri, Puel lantas mengutus Ndidi dan Choudhury untuk ngepos di sisi tepi. Sementara Mendy bertugas melindungi Harry Maguire dan Wes Morgan di jantung pertahanan. Langkah yang tokcer karena sukses menekan aliran umpan kunci trio lini depan The Blues, Pedro Rodriguez, Willian, dan Eden Hazard.
ADVERTISEMENT
Para pemain Leicester merayakan gol. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Leicester merayakan gol. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Susunan yang sudah kami jabarkan di atas bisa jadi cetak biru untuk diterapkan Leicester. Mereka bisa memaksimalkan peran gelandang untuk mengebiri sektor-sektor penting Liverpool. Terlebih, The Reds akan kehilangan sedikit amunisi di areh tengah karena suspensi yang mengganjal Milner.
Keraguan mentasnya Virgil van Dijk juga memaksa Klopp kembali menurunkan Fabinho sebagai bek sentral. Artinya, kreativitas sektor tengah Liverpool akan terpangkas karenanya. Selain itu Georginio Wijnaldum yang bisa menjawab kebutuhan soal peran gelandang oportunis juga masih belum 100 fit usai mengalami cedera lutut.
Soal mencetak gol, Leicester rasa-rasanya tak perlu khawatir. Mereka punya serangan balik yang rutin jadi andalan, sekaligus senjata yang ampuh untuk melumpuhkan gegenpressing Liverpool.
ADVERTISEMENT