Mengakomodasi Jorginho, Memaksimalkan Chelsea

Gelandang andalan Chelsea, Jorginho. Foto: REUTERS/Andrew Yates

Seturut dengan kedatangannya ke Chelsea, Maurizio Sarri membawa satu nama yang sudah jadi kepercayaannya sejak ia menangani Napoli. Ia adalah Jorginho.

Ketika di Napoli, Jorginho dikenal sebagai metronom yang ulung. Kemampuannya sebagai pengalir bola, ditopang dengan penempatan posisinya yang baik, membuatnya menjadi pusat dari permainan menyerang yang diterapkan oleh Napoli. Berkat Jorginho pula, Napoli jadi tim yang andal dalam menguasai bola.

Catatan 2.860 umpan pada musim 2017/18, terbanyak di antara para pemain di lima liga top Eropa, menjadi sebuah bukti betapa pentingnya peran Jorginho di lini tengah Napoli. Dengan membawanya ke Chelsea, Sarri berharap bahwa ia juga bisa jadi metronom permainan Chelsea.

Namun, kenyataan memang tidak melulu berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Memang, sejauh ini pemain bernama lengkap Jorge Luiz Frello Filho tersebut masih jadi pemain dengan catatan umpan tertinggi di Premier League, yakni 2.219 umpan. Ia masih jadi metronom permainan Chelsea.

Tapi, tak jarang Jorginho justru jadi titik lemah Chelsea dalam beberapa kesempatan. Ketika Chelsea dikalahkan oleh Tottenham Hotspur di ajang Premier League, Jorginho jadi pesakitan karena ia kerap ditekan oleh para gelandang serang Spurs, sehingga ia tak bisa mengalirkan bola. Alhasil, permainan Chelsea tersendat. Ia juga kerap dikritik karena tidak kontributif dalam bertahan.

Menyoal Jorginho ini, Sarri selaku pelatih yang membawanya ke Chelsea angkat bicara. Menurutnya, dalam menjalankan perannya selaku poros, Jorginho tidak bisa bekerja sendiri. Ia perlu sokongan dari para pemain di sekitarnya, sehingga ia bisa mengalirkan bola dengan nyaman.

"Jorginho adalah pemain yang terbiasa main dengan satu-dua sentuhan saja. Sulit jika ia harus bermain seperti itu, tapi pemain lain tidak secara konstan bergerak. Jika kejadiannya seperti di 30 menit laga awal lawan Huddersfield kemarin, Jorginho dapat menjalankan perannya dengan lebih maksimal karena pemain lain bergerak," ujar Sarri.

"Untuk menyerang ruang kosong, dibutuhkan pergerakan konstan para pemain dan umpan dari Jorginho. Dengan begitu, bola akan selalu mengalir dan kami bisa jadi tim yang berbahaya. Jorginho akan termaksimalkan, dan permainan tim akan hidup," lanjutnya.

Dalam laga lawan Huddersfield kemarin, pemain berusia 27 tahun tersebut menjadi pemain yang paling rajin melepas umpan, yakni 83 kali, dengan persentase umpan sukses sebesar 94%. Area gerak Jorginho juga tidak sebatas di depan bek saja, tapi juga mencakup area tengah dan sepertiga akhir lawan.

Dari situ, terlihat jelas bahwa Jorginho punya peran yang signifikan di lini tengah Chelsea. Maka, ketika ia harus ditarik keluar dalam laga melawan Huddersfield tersebut karena menderita sakit di pangkal pahanya, kekhawatiran melanda Chelsea. Apalagi, Chelsea masih akan menjalani beberapa laga berat, termasuk di dalamnya laga babak kelima Piala FA, final Piala Liga, dan babak 32 besar Liga Europa.

Sadar bahwa peran Jorginho penting, Sarri mengakui bahwa ia sudah menyiapkan beberapa rencana andai kata Jorginho tidak bisa bermain atau dicadangkan dalam sebuah laga. Usai kepergian Cesc Fabregas ke Monaco, ia mengaku sudah menyiapkan solusi perihal akan seperti apa gaya main Chelsea ketika Jorginho tidak bermain.

"Di sesi latihan, ada dua pemain yang sudah saya siapkan (jika Jorginho absen), yakni (Ethan) Ampadu dan Mateo Kovacic. Mereka akan dipasang tergantung situasi, meski sebenarnya Kovacic lebih cocok karena ia lihai juga bermain umpan dengan satu-dua sentuhan," ujar Sarri.

"Jika itu saya terapkan, apalagi jika kelak (Ruben) Loftus-Cheek sembuh dari cederanya, Chelsea akan punya opsi lain di lini tengah, yakni memainkan Kovacic sebagai poros, sehingga Jorginho bisa beristirahat," pungkasnya.